Ekbis  

Distribusi Pupuk Subsidi Tak Dipersulit, Petani Cukup Gunakan KTP

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Foto: Kementerian Pertanian

apakabar.co.id, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan distribusi pupuk bersubsidi bagi petani tidak akan dipersulit. Pihaknya akan mengawal distribusi pupuk di seluruh Indonesia.

Ia menilai petani merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas pertanian, demi ketahanan pangan Indonesia.

“Kami sepakat pupuk ini digunakan, dan cukup menggunakan KTP (Kartu Tanda Penduduk),” kata Amran melalui keterangan resmi, dikutip Kamis (22/2).

Amran mengaku telah Peraturan Menteri Pertanian No. 10 Tahun 2022, sehingga akses petani terhadap pupuk bersubsidi menjadi lebih mudah, tidak hanya lewat kartu tani, petani dipastikan bisa mengakses pupuk hanya dengan KTP.

Hal tersebut didukung dengan kesepakatan yang dibangun dengan Pupuk Indonesia. Dengan begitu, petani dapat mengakses pupuk hanya dengan menggunakan KTP.

Kendala Kartu Tani

Amran mengungkap Kartu Tani yang disediakan pemerintah memunculkan persoalan yang berdampak pada distribusi pupuk di daerah.

Permasalahan tersebut terjadi sekitar 17-20 persen petani yang tidak bisa menggunakan Kartu Tani. Hal tersebut akibat ada petani lupa PIN kartu, kartu hilang ataupun daerah yang susah dijangkau.

“Dan masih banyak hambatan-hambatan masalah yang ditemukan, sehingga ada beberapa saudara kita tidak bisa mendapatkan pupuk. Ini juga memberikan kontribusi pada penurunan produksi padi Indonesia,” ujar Amran.

Amran menilai distribusi kelancaran distribusi dan efisiensi pupuk dapat mendukung keberlangsungan produksi pertanian.

Sebab, pupuk merupakan salah satu input penting dalam pertanian modern. Keterlambatan dan kelangkaan pupuk dapat berdampak negatif pada hasil panen petani.

Karena itu, pemberian perhatian kepada petani sangat penting, karena sebagai faktor yang sangat vital bagi keberlangsungan hidup bangsa dan negara.

Sebab, suatu negara akan dapat melewati krisis kesehatan, namun tidak dengan krisis pangan karena hal tersebut dapat memicu konflik sosial dan mengganggu stabilitas negara.

“Jangan biarkan petani jalan sendiri, kita dampingi mereka kalau petani kita lepas, jalan sendiri itu pangan kita bisa bermasalah. Ini tidak perlu diperdebatkan kalau petani sudah berteriak minta pupuk pasti produksi sudah menurun,” pungkasnya.

8 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *