Sport  

Menpora Sebut Peparnas Jadi Ajang Pembinaan dan Regenerasi Paralimpiade

Menpora Dito Ariotedjo (kiri) dalam sesi konferensi pers di Media Center Peparnas XVII Solo 2024 di The Royal Surakarta Heritage Solo, Minggu (6/10). Foto: apakabar.co.id/Fernando Fitusia

apakabar.co.id, SOLO – Menpora Dito Ariotedjo menegaskan pentingnya semangat pembinaan dalam penyelenggaraan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Solo 2024.

Dito menilai ajang multievent olahraga disabilitas ini harus mampu hadir sebagai wadah regenerasi bagi para atlet muda potensial.

Menurut Dito, olahraga disabilitas merupakan salah satu sektor yang wajib dikembangkan oleh pemerintah. Hal ini dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

“Dengan hadirnya Peparnas ini, cabor-cabor yang menjadi unggulan kita pada Paralimpiade akan melakukan scouting terhadap seluruh atlet potensial yang mewakili kontingennya masing-masing,” kata Dito Ariotedjo dalam sesi konferensi pers di Media Center Peparnas XVII Solo 2024 di The Royal Surakarta Heritage Solo, Minggu (6/10).

Karena itu, Dito memastikan cabang olahraga (cabor) unggulan Indonesia pada Paralimpiade harus menjadi fokus pembinaan dan pengembangan agar bisa meraih prestasi.

Inilah sebabnya, Peparnas 2024 bisa menjadi wadah mencari talenta baru dari seluruh daerah.

“Dalam pemantauan ini, kita mencari regenerasi dan pembinaan atlet. Untuk ke depannya, semangat Peparnas dan PON akan sama. Kami akan merancang agar Peparnas ini in line dengan pembinaan dan persiapan pemerintah dalam mempersiapkan kontingen ke Paralimpiade,” imbuhnya.

Lelaki berusia 34 tahun itu berharap pencapaian kontingen Indonesia di Paralimpiade menjadi standar terbaru dalam peningkatan prestasi olahraga nasional. Di level regional, Indonesia sukses mengukir hattrick juara umum, yakni pada Asean Para Games (APG) edisi 2017, 2022, dan 2023.

“Jadi, sekarang targetnya sudah bukan Asean Para Games lagi, tetapi meraih peringkat yang lebih baik di Paralimpiade. Ini yang akan kami rancang. PON orientasinya adalah Olimpiade atau minimal Asian Games, sedangkan Peparnas orientasinya Paralimpiade atau minimal Asian Para Games,” ujarnya.

Peran Penting Peparnas

Dalam kesempatan yang sama, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Surono menyinggung pentingnya Peparnas sebagai wadah persiapan untuk menghadapi ajang multievent di level internasional.

Surono membeberkan upaya ini sudah dirancang pihak penyelenggara Peparnas XVII dengan menambah jumlah cabor yang dipertandingkan. Sebelumnya, pada Peparnas XVI di Papua, hanya ada 12 cabor yang dipertandingkan. Jumlah ini bertambah menjadi 20 pada edisi ke-17 yang bergulir di Solo ini.

“20 cabang olahraga yang dipertandingkan pada Peparnas XVII ini bertujuan agar sesuai dengan jumlah cabor Asean Para Games 2025 di Thailand,” tutur Surono.

Surono menambahkan khusus enam cabang olahraga akan dicek kembali bakat dari atlet tersebut.

“Sehingga, setelah Peparnas XVII ini langsung dipilih dan dipersiapkan menjadi atlet-atlet nasional pada Asean Para Games 2025 di Thailand,” ujarnya.

Menurut Surono, salah satu aturan yang patut dipuji dari Peparnas XVII ini adalah pembatasan nomor bagi atlet yang sudah masuk dalam kategori elite.

Kategori ini diperuntukkan bagi atlet-atlet peraih medali emas pada edisi Peparnas sebelumnya, serta atlet yang pernah tampil di ajang multievent internasional seperti Asean Para Games, Asian Para Games, dan Paralimpiade.

“Yang sebetulnya harus kita tiru untuk PON nanti ialah atlet-atlet yang sudah mengikuti Paralimpiade itu hanya diizinkan untuk mengikuti satu nomor saja pada Peparnas XVII ini. Nah, inilah yang sebetulnya harus kita tiru untuk PON nanti,” paparnya.

Surono menegaskan aturan ini diberlakukan agar atlet-atlet daerah yang baru mengikuti PON sekarang bisa bersaing.

“Kalau tidak dibatasi, atlet-atlet yang mendapatkan medali di Paris akan mengambil semua nomor kalau tidak mereka bisa mengambil semuanya,” lanjutnya.

Lelaki kelahiran Blora itu menjelaskan regulasi semacam ini akan menjadi proyek percontohan Kemenpora.

Kemenpora bakal mengkaji kembali soal regulasi yang membatasi atlet-atlet yang sudah tampil di Olimpiade untuk mengikuti PON.

“Ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada atlet-atlet yang baru. Bagi yang memiliki potensi, nantinya bisa dikembangkan dan bisa ditingkatkan kualitasnya untuk menghadapi multievent di tingkat Asean maupun Asia,” jelas Surono.

16 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *