Banner Iklan

Indonesia Gabung BRICS, Rupiah Menguat

Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat ditutup menguat 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.197 per dolar AS didorong oleh intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing (valas). Foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTA – Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi mengungkapkan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah diprediksi. Hal itu dipengaruhi sikap Indonesia yang memilih bergabung ke dalam kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

Menurut Ibrahim, Pasar merespons positif bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok BRICS. Dengan begitu, posisi tawar Indonesia di kancah global, khususnya di mata Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) akan meningkat.

“Ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan posisi tawar Indonesia di kancah global, khususnya di mata OECD,” ujar Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (7/1).

Keputusan Indonesia bergabung dengan  BRICS sangat tepat, karena selama ini, posisi tawar Indonesia di mata OECD dianggap tidak setara dengan negara lain.

“Keanggotaan Indonesia di BRICS akan membuka peluang kerja sama di berbagai bidang, seperti teknologi, ketahanan pangan, dan perubahan iklim,” jelasnnya.

Ini merupakan langkah strategis dalam memperluas pengaruh, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Selain itu, dorongan dedolarisasi menjadi salah satu agenda BRICS yang dinilai akan terjadi secara alami, seiring berkurangnya dominasi AS, digantikan oleh kekuatan baru dari negara-negara anggota BRICS.

Menurut Ibrahin, tren dedolarisasi akan lebih banyak terjadi dalam konteks perdagangan antar anggota BRICS, sebagaimana yang diterapkan China dan Rusia dengan menggunakan mata uang lokal untuk 90 persen transaksi ekspor-impor mereka.

Hanya saja, menciptakan mata uang alternatif global sebagai sistem transfer pengganti SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication) sesungguhnya sangat sulit terwujud.

Selain itu, penguatan rupiah, kata Ibrahim, turut dipengaruhi oleh rencana kebijakan tarif Presiden AS terpilih Donald Trump yang terkesan akan lebih longgar.

Sebelumnya, wacara pelonggaran kebijakan tarif oleh rezim Trump telah berdampak pada pelemahan indeks dolar AS hingga 1 persen. Setelah rencana tersebut dibantah, pelemahan dolar AS berkurang menjadi 0,6 persen.

Adapun indeks dolar pada hari ini mencapai 108,6 dan nilai obligasi AS 10 tahun sebesar 4,65 persen.

Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.143 per dolar Amerika Serikat (AS), dari sebelumnya Rp16.198 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (6/1).

Data kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Selasa (7/1) juga menunjukkan penguatan rupiah ke level Rp16.169 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.193 per dolar AS.

787 kali dilihat, 2 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *