Dampak BI Rate Dipangkas, Analis: Rupiah Berpotensi Menguat

Ilustrasi - Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTA – Analis Bank Woori Saudara Rully Nova membeberkan, nilai tukar (kurs) rupiah akan sulit menguat lagi dibandingkan mata uang Asia lainnya. Hal itu terjadi seiring penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate.

Rupiah sulit menguat lebih tinggi lagi dibanding mata uang Asia lainnya. Itu karena penurunan bunga acuan BI kemarin,” ujar Rully dikutip ANTARA di Jakarta, Jumat (18/1).

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 pada Selasa (14/1) dan Rabu (15/1) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps). Dengan demikian BI Rate berada di level 5,75 persen.

Suku bunga deposit facility juga turun 25 bps menjadi di level 5 persen. Suku bunga lending facility ikut diputuskan turun 25 bps, berada pada level 6,5 persen.

Sementara itu, kata Rully, risiko ketidakpastian global masih belum mereda, baik di pasar keuangan maupun kondisi geopolitik. “Akibatnya pelaku pasar butuh suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu lebih lama,” paparnya.

Di sisi lain, indeks dolar Amerika Serikat (AS) sempat mengalami pelemahan menjadi 108,6 dan yield obligasi AS turun menjadi 4,61 persen.

Adapun Federal Reserve (The Fed) turut memberikan pernyataan dovish yang berdampak terhadap kurs rupiah. “The Fed tidak menghilangkan peluang penurunan suku bunga di paruh pertama tahun ini, bahkan di meeting Maret jika inflasi terus membaik,” ujar The Fed.

Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan hari Jumat (17/1) mengalami pelemahan 4 poin atau 0,02 persen. Akibatnya 1 dolar AS menjadi Rp16.380 per, dari sebelumnya sebesar Rp16.376 per dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat (17/1) justru menguat ke level Rp16.373 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.378 per dolar AS.

830 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *