apakabar.co.id, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menekankan tiga aspek utama yakni peningkatan permintaan energi hijau, kolaborasi teknologi dan rantai pasok, dan upaya mengundang lebih banyak pengembang, dalam roadshow menjelang Green Energy Investment Day untuk memperkuat ekosistem energi hijau.
“Bicara energi hijau kalau tidak ada yang pakai untuk apa? Jadi harus ada demand-nya seperti data center dan pabrik penghasil green product yang nantinya bisa menyerap pembangkit-pembangkit baru yang akan dibangun,” kata Ketua Harian Kelompok Kerja Transisi Energi Kadin Anthony Utomo dalam keterangan diterima di Jakarta, Selasa (4/3).
Kadin berencana menggelar serangkaian roadshow atau kegiatan lanjutan yang bertujuan memperkuat ekosistem investasi energi hijau di Indonesia. Puncak dari roadshow tersebut adalah perhelatan Green Energy Investment Day yang direncanakan pada pertengahan tahun atau Juni 2025.
“Gong-nya adalah Green Energy Investment Day yang merupakan hajatan kemitraan. Kemudian ada peluncuran proyek-proyek yang benar-benar real dampaknya ke ekonomi Indonesia. Kira-kira rencana kerja yang bisa kita lakukan itu,” ujar dia.
Baca juga: Genjot Energi Hijau, Kadin Usulkan Insentif ‘Tax Holiday’
Selain pentingnya permintaan energi hijau, Anthony lebih lanjut juga menjelaskan urgensi teknologi dan rantai pasok di Indonesia agar bisa mengundang investasi dan kemitraan dengan pelaku-pelaku usaha di Indonesia.
“Selain itu fokus ketiga adalah mendorong lebih banyak pengembang untuk ke Indonesia supaya bisa mendapatkan harga yang lebih kompetitif dan sumber pembiayaan yang lebih terjangkau,” katanya.
Dalam upaya mencari mitra teknologi terbaik, Kadin mengakui bahwa beberapa negara memiliki keunggulan spesifik dalam industri energi terbarukan.
“Misalnya Denmark dan Jerman itu kuat di industri Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), kemudian kalau China itu mendominasi di industri Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),” kata Anthony.
Baca juga: Kadin Kantongi Proposal Pengembangan PLTN dari Tiga Negara
Meski China masih menjadi pemain dominan, Kadin berupaya mengembangkan kemitraan dengan lebih banyak negara agar tidak terlalu bergantung pada satu pihak.
Diversifikasi ini juga penting untuk memastikan proses transfer teknologi berjalan optimal dan selaras dengan kepentingan strategis Indonesia di kancah global.
“Makanya kita juga coba agar punya mitra-mitra penyedia teknologi dari negara lain supaya ketergantungan kita dan transfer of technology ini bisa berjalan dengan baik tanpa harus meninggalkan kepentingan hubungan di tataran global,” kata Anthony.
Baca juga: PLN Pastikan Pembangkit Listrik Energi Hijau di IKN
Wakil Ketua Umum Bidang ESDM Kadin Aryo Djojohadikusumo sebelumnya dalam Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025, menyatakan sudah mendapat proposal dari tiga negara terkait pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia yang direncanakan on-grid pada tahun 2032. Tiga negara tersebut yakni Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia.
Aryo mengatakan proposal tersebut masih dalam tahap negosiasi, namun dari pihak Amerika Serikat sudah menjalin kemitraan dengan anggota Kadin.
Menurut Aryo, pihak Rusia sudah menyatakan bahwa perusahaan negaranya yakni Rosatom tertarik untuk menjalin kerja sama pembangunan PLTN di Tanah Air.
“Baru dua hari yang lalu secara resmi Rusia melalui Sergei Shoigu waktu beliau bertemu dengan Bapak Presiden, Rosatom berminat untuk ikut serta membangun PLTN,” ujarnya.