apakabar.co.id, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengingatkan agar Indonesia mewaspadai terjadinya deflasi di periode musim panjang liburan.
Ekonom INDEF, Eko Listyanto menerangkan potensi deflasi biasanya terjadi di momen musiman seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru masyarakat memiliki kultur yang kuat dalam meningkatkan permintaan.
“Yang terjadi justru malah justru menurunkan demand atau permintaan pada saat musim-musim tersebut. Nah, itu justru malah menjadi sinyal yang bahaya bagi perekonomian,” ungkapnya di Jakarta dikutip Sabtu (15/4).
Baca juga: Gempuran Barang Impor Pengaruhi Tren Deflasi RI
Eko menerangan dalam ilmu ekonomi penyebab deflasi biasanya terjadi karena permintaan yang melemah.
Artinya, kendati para pedagang menurunkan harga, tetapi konsumen tetap tak meningkatkan belanja karena ada masalah dalam kemampuan daya beli mereka.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa deflasi yang terjadi secara berturut-turut hingga beberapa bulan itu mengkhawatirkan karena merepresentasikan penurunan minat belanja masyarakat seiring pendapatan mereka tergerus.
“Jadi, memang deflasi kalau terjadi berturut-turut menjadi indikator pelemahan daya beli masyarakat,” kata Eko.
Baca juga: Setop PHK! INDEF Minta Perbaikan Daya Beli Kelas Menengah
Menurut dia, deflasi tak bisa dianggap sebagai suatu prestasi. Hal ini mengingat deflasi yang berlarut-larut biasanya menjadi kekhawatiran tersendiri bagi negara tertentu. Secara empirik, mengatasi deflasi itu lebih rumit daripada menangani inflasi.
Jika mengatasi inflasi, berarti masih ada permintaan yang kuat, tinggal bagaimana menambah persediaan, memperbaiki distribusi, dan menjaga harga tetap stabil.
Namun, kalau deflasi itu bersumber dari pendapatan yang mengalami penurunan atau tidak naik, sehingga cara memperbaiki keadaan tersebut harus membuat penghasilan meningkat terlebih dahulu dan menyediakan lapangan pekerjaan, lalu kesejahteraan meningkat, baru deflasi bisa teratasi.
“Jadi, bukan prestasi ya deflasi itu,” pungkasnya.