apakabar.co.id, JAKARTA – Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan mengungkapkan diperlukan langkah strategis untuk mengantisipasi atau memitigasi munculnya pemutusan hubungan kerja (PHK) terutama di industri tekstil, yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia.
Hal itu disampaikannya saat mengundang mengundang sejumlah pengusaha tekstil dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Strategi Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pasca PHK di Bidang Industri Tekstil, untuk mengatasi tantangan ketenagakerjaan khususnya industri garmen yang selalu dinamis.
“Kita tak boleh tinggal diam. Kita harus mengambil langkah-langkah strategis untuk membantu tenaga kerja yang terkena PHK agar mereka dapat kembali bekerja atau memulai usaha baru,” kata Wamenaker Noel dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Selasa (18/3).
Baca juga: 60 Ribu Pekerja Terkena PHK Sepanjang Januari-Februari 2025
Immanuel yang akrab disapai Noel menerangkan ekosistem industri tekstil dan garmen nasional cenderung dinamis. Meski begitu banyaknya tantangan ketenagakerjaan dan PHK bukan berarti harus pesimis.
Noel mengkhawatirkan apabila tren PHK di industri tekstil ini dibiarkan tanpa intervensi serius, Indonesia bukan hanya akan kehilangan sektor industri strategis, tapi juga akan terjadi dampak sosial dan ekonomi yang merusak.
Ia menilai terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan sebagai solusi jangka pendek. Mulai dari pelatihan dan re-skilling; penyediaan lapangan kerja baru; pendampingan dan akses permodalan bagi wirausaha; perlindungan sosial bagi pekerja; dan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan serikat pekerja.
Baca juga: Gelombang PHK Meluas, Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?
Selain telah memastikan semua hak-hak dari para pekerja ter-PHK tetap terpenuhi, maka solusi jangka panjang untuk mengatasi PHK industri tekstil perlu segera dirumuskan bersama.
“Seperti menyiapkan pekerjaan baru bagi karyawan yang kehilangan pekerjaan, menyiapkan keterampilan memadai bagi mereka yang mau berwirausaha, dan sebagainya,” ujar Noel.
Di sisi lain, Dirjen Binalavotas Kemnaker Agung Nur Rohmad menilai perlu adanya strategi konkret untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja pasca PHK agar mereka dapat kembali bersaing di dunia kerja atau beralih ke sektor lain yang lebih prospektif.
“Melalui FGD yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan ini, kami membahas langkah-langkah strategis dalam meningkatkan keterampilan dan peluang kerja bagi SDM yang terdampak PHK di industri tekstil,” pungkasnya.