Ekbis  

IHSG Melemah di Tengah Kekhawatiran Konflik Timur Tengah dan Ketidakpastian Global

Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). Foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi (20/6), dibuka melemah. IHSG turun 20,36 poin atau 0,29 persen ke level 6.948,28. Sementara itu, indeks saham unggulan LQ45 juga ikut terkoreksi 3,55 poin atau 0,46 persen ke posisi 771,26.

Pelemahan IHSG terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap konflik geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel. Ketegangan yang terus meningkat memunculkan kecemasan investor terhadap dampak konflik terhadap stabilitas global dan ekonomi dunia.

Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, setelah mengalami koreksi cukup dalam, IHSG masih berpeluang untuk mengalami rebound teknikal jangka pendek ke level 7.000–7.050. Namun, peluang tersebut dinilai sebagai kesempatan untuk take profit karena IHSG masih berpotensi terkoreksi hingga ke level 6.800 dalam waktu dekat.

Dari sisi global, pelaku pasar terus mencermati sikap negara-negara besar terhadap konflik yang tengah berlangsung. Harapan besar tertuju pada kemungkinan adanya negosiasi antara Uni Eropa dan Amerika Serikat dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Negosiasi ini diharapkan bisa menurunkan ketegangan yang berisiko meluas ke negara-negara besar lainnya.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan telah mengadakan rapat darurat kedua dalam dua hari terakhir di Situation Room, Gedung Putih. Dalam pertemuan itu, Trump mempertimbangkan kemungkinan aksi militer terhadap Iran, yang menambah ketidakpastian arah situasi geopolitik.

Selain aspek politik, pasar juga mulai mengkhawatirkan gangguan terhadap rantai pasok energi, terutama minyak dan gas. Ketegangan ini telah mendorong harga energi naik, yang pada akhirnya meningkatkan risiko inflasi global. Dengan inflasi yang tinggi, ruang bagi bank sentral seperti The Fed untuk memangkas suku bunga menjadi semakin terbatas.

Sehari sebelumnya, The Fed memang mempertahankan level suku bunga acuan, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, beberapa pejabat The Fed memperkirakan tidak akan ada penurunan suku bunga hingga akhir tahun ini, sebuah sikap yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Harga minyak dunia pun terpantau naik. Minyak Brent diperdagangkan di level 76,97 dolar AS per barel, dan minyak mentah WTI di posisi 73,73 dolar AS per barel pada Jumat pagi.

Sementara itu, pasar saham global turut merespons kondisi ini. Bursa Eropa pada Kamis (19/6) kemarin mengalami pelemahan serempak. Indeks FTSE 100 Inggris turun 0,58 persen, Euro Stoxx 50 melemah 1,33 persen, DAX Jerman turun 1,12 persen, dan CAC Prancis merosot 1,34 persen.

Di Asia, situasi bervariasi. Nikkei Jepang turun tipis 0,12 persen, Hang Seng Hong Kong melemah 0,58 persen, sementara Shanghai Composite dan Strait Times justru mencatatkan kenaikan tipis.

Ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik masih menjadi penggerak utama pasar. Investor disarankan tetap waspada dan mempertimbangkan langkah-langkah perlindungan portofolio menghadapi dinamika ini.

516 kali dilihat, 518 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *