apakabar.co.id, JAKARTA – Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengingatkan agar pemerintah Indonesia mengamankan pasokan minyak bumi dan gas alam (migas) agar mengantisipasi potensi dampak dari eskalasi konflik yang melibatkan Iran dan Israel.
Wijayanto menerangkan saat ini harga minyak bumi masih relatif stabil meski terjadi perang di kawasan Timur Tengah yang berpotensi mengganggu harga migas.
Iran menurutnya memproduksi 1,5 persen dari 6,5 persen minyak bumi dan gas alam dunia. Sedangkan Selat Hormuz melayani 20 persen dan 30 persen ekspor impor minyak dan gas alam dunia.
“Pemerintah perlu mengamankan pasokan minyak bumi dan gas bagi Indonesia dengan memperbaiki kontrak dengan mitra dagang kita,” katanya di Jakarta, Jumat (20/6).
Baca juga: IHSG Melemah di Tengah Kekhawatiran Konflik Timur Tengah dan Ketidakpastian Global
Wijayanto memperkirakan konflik tidak akan mengalami eskalasi lebih lanjut, mengingat tiga kekuatan besar dunia, Amerika Serikat, Rusia, dan China, telah menyatakan tidak akan terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Namun, ia tetap mengingatkan bahwa potensi dampak terhadap perekonomian nasional tidak bisa diabaikan. Gangguan pada rantai pasok minyak dan gas global dikhawatirkan menekan kinerja ekspor Indonesia, khususnya pada sektor komoditas, sehingga dapat memperburuk neraca transaksi berjalan dan menekan nilai tukar rupiah.
“Jika perang mengalami eskalasi dan menghambat suplai minyak bumi dan gas alam dunia, ini akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia yang pada gilirannya akan mengurangi volume dan harga komoditas ekspor Indonesia, menurunkan neraca transaksi berjalan, dan menekan nilai tukar rupiah,” katanya.
Baca juga: Rupiah Terpukul Akibat Serangan Israel ke Iran
Maka dari itu, ia juga menekankan pentingnya optimalisasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) untuk memperkuat cadangan devisa sebagai amunisi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah.
“Proyek besar boros anggaran perlu dikalibrasi ulang, disesuaikan dengan kapasitas fiskal, jangan sampai fiskal kita semakin terbebani untuk hal-hal yang walaupun penting tetapi tidak urgent,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, pada perdagangan Jumat (20/6) pukul 14.53 WIB, harga minyak mentah Brent tercatat berada di level 72,16 dolar AS per barel, sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi 73,92 dolar AS per barel.