apakabar.co.id, JAKARTA – Pengamat Ekonomi dari Universitas Brawijaya Wildan Syafitri membeberkan sejumlah tantangan yang langsung dihadapi oleh Purbaya Yudhi Sadewa setelah menduduki kursi Menteri Keuangan (Menkeu) menggantikan Sri Mulyani.
“Secara umum tugasnya berat, ada pembenahan sistem coretax yang lebih baik, kebijakan anggaran lebih mendukung pertumbuhan ekonomi, dan sistem tunjangan keuangan berbasis kinerja dan kualifikasi,” kata Wildan di Kota Malang, Jawa Timur seperti dilansir Antara, Kamis (11/9).
Wildan pun mengurai satu per satu konteks tantangan yang dimaksudkan, yakni untuk coretax perlu dilakukan strategi dan inovasi untuk membuat sistem tersebut lebih mudah digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan.
“Di satu sisi memang lebih akuntabel, tapi karena wajib pajak kesulitan pada akhirnya akan mengurangi. Karena yang seharusnya lebih cepat tetapi malah agak lama dengan coretax,” ucapnya.
Baca juga: Viral Video Sri Mulyani ‘CIA’, Menkeu Purbaya Larang Anaknya Main IG
Lalu, untuk kebijakan anggaran yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi harus disusun dengan memperkuat kolaborasi lintas kementerian.
Setiap program, lanjutnya, harus benar-benar transparan yang berarti perlu ada penguatan sosialisasi sebelum diterapkan sehingga tak menimbulkan gejolak di masyarakat.
Tak hanya itu, Purbaya kata Wildan, juga perlu melihat dan meninjau ulang skema pengalokasian anggaran untuk operasional instansi agar tidak terjadi kesenjangan di tingkat pusat dan daerah.
“Misalnya ada yang dobel jabatan dan lain sebagainya itu seperti apa nanti,” ucapnya.
Baca juga: Kadin Harap Menkeu Purbaya Bisa Teruskan Kebijakan dan Evaluasi
Kemudian, lanjutnya, menyelaraskan kebijakan keuangan dengan program prioritas, salah satunya Makan Bergizi Gratis (MBG).
Meski demikian, dia meyakini dengan pengalaman yang dimiliki oleh Menteri Keuangan Purbaya di bidang industri perbankan, tantangan tersebut bisa dilalui dengan baik, sehingga mampu mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia secara bertahap ke arah yang lebih baik lagi.
“Kalau langsung ke delapan persen saya merasa cukup berat, kalau prediksi beberapa lembaga mungkin lima sampai enam persen dulu tetapi perlu ada langkah besar menuju ke sana,” jelasnya.