apakabar.co.id, JAKARTA – Seluruh mata uang di dunia bertekuk lutut dengan keperkasaan Dolar Amerika Serikat (AS). Tak terkecuali rupiah yang mengalami pelemahan.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan hal itu terjadi sejak pascalibur Lebaran. Tercatat, rupiah melemah hingga Rp16.250 per dolar AS.
“Jadi dibandingkan peer country kita lebih aman,” kata Airlangga di konferensi pers Update Kondisi Perekonomian Indonesia Pascaserangan Iran ke Israel, Kamis (18/4).
Airlangga menerangkan turunnya nilai tukar rupiah tak separah seperti yang dialami sejumlah negara lain.
Nilai tukar yang terkontraksi lebih parah dibandingkan rupiah seperti mata uang Bath di Thailand, Ringgit di Malaysia, dan Yuan di China.
“Turunnya Indonesia tidak sedalam yang lain jadi kita walau turun di atas China, Thailand maupun Malaysia,” ujarnya.
Airlangga mengungkapkan pelemahan rupiah disebabkan oleh situasi global yang memburuk, khususnya dari Amerika Serikat (AS).
Data terbaru menunjukkan, inflasi belum kembali sesuai target bank sentral yakni di kisaran 2%. Hal ini membuat keraguan adanya penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed).
Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah juga dipicu dari gejolak geopolitik di Timur Tengah yang melibatkan Iran dan Israel.
“Situasi ini akan meningkatkan ketidakpastian global sehingga investor menahan diri atau memilih instrument aset aman atau safe haven,” jelasnya.