apakabar.co.id, JAKARTA – Legislator DPR RI asal Kalsel Syaifullah Tamliha bulat ingin maju di Pilbub Banjar. Ia ingin mengembalikan marwah kabupaten ini di kancah nasional.
“Saya ingin mengembalikan Martapura sebagai Serambi Mekkah kedua Indonesia,” ucapnya kepada apakabar.co.id.
Tamliha lahir di Lampihong, Balangan 55 tahun silam. Ia adalah politikus Kalsel yang menembus kancah nasional.
Kader PPP ini sudah bertengger di Senayan sejak 2009 silam. Ia sukses mempertahankan kursi di DPR hingga sekarang.
Sejatinya Tamliha juga didorong untuk mengabdi di Kabupaten Balangan, tanah kelahirannya sendiri. Namun ia lebih memilih Banjar.
View this post on Instagram
Pertanyaan lantas muncul, mengapa Banjar? Ia menjawab lugas. Perjalanan hidupnya lebih banyak di sana.
“Separuh hidup saya lebih banyak di Martapura ketimbang Balangan,” ucapnya. Kebetulan, istrinya juga orang sana.
Ia mengaku memahami banyak hal soal Banjar. Apalagi perjalanan karirnya selalu berkaitan dengan kabupaten ini.
Bahkan sejak awal terjun ke arena legislatif. Ia sukses menduduki kursi di DPRD Kalsel 2004-2009 dari wilayah pemilihan Kabupaten Banjar.
“Saya mewakili Kabupaten Banjar sejak di DPRD provinsi sampai DPR RI. Sudah hampir 20 tahun,” ungkap mantan aktivis PMII itu.
Kabupaten Banjar adalah Kota Santri. Tempat lahir dan tinggal para ulama. Tamliha paham itu. Karena ia juga dapat pendidikan spiritual di sini.
Tamliha pernah berguru ke sejumlah ulama karismatik di Banjar. Salah satunya adalah almarhum Kiai Zaini Abdul Ghani; Guru Sekumpul.
Karena itu, sekali lagi Tamliha bilang, ia ingin mengembalikan Banjar sebagai Serambi Mekkah kedua di Indonesia.
Waduk Riam Kiwa, Energi dan Ketahanan Pangan
Beranjak dari urusan Serambi Mekkah, Tamliha melihat ada yang belum selesai di Banjar. Paling mendesak adalah soal banjir. Kabupaten ini tiap tahun langganan terendam.
Berkaca 2023 lalu. Dari catatan BPBD, Ada sekitar 17.257 rumah terendam banjir di Banjar. 19.428 kepala keluarga harus mengungsi.
Banjir terparah merendam tujuh kecamatan. Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Astambul, Sungai Tabuk, Karang Intan dan Cintapuri.
Tiap tahun, penyebabnya selalu sama. Luapan air sungai. Kabupaten ini tak mampu membendung.
“Karena itu saya ingin mewujudkan pembangunan Waduk Riam Kiwa. Agar tidak lagi terjadi banjir,” katanya.
Tamliha bahkan punya bayangan lebih jauh. Waduk Riam Kiwa itu tak cuma sekadar pengendali banjir. Tapi juga sumber energi. Di sana bisa dibangun turbin untuk tenaga listrik.
Dengan begitu, pasokan listrik di Kabupaten Banjar bakal terjamin. Merata di seluruh wilayah. Kata Tamliha tak lagi sering terjadi pemadaman seperti sekarang.
“Dari waduk ini, juga bisa mencetak 1.000 sampai 2.000 hektare sawah,” ucapnya.
Ia menjamin, persawahan itu tak bisa diganggu gugat. Apalagi sampai dialihfungsi. Baginya, ketahanan pangan di Kabupaten Banjar harus terjaga. Sehingga masyarakat bisa menikmati pangan yang murah.
“Nanti kalau saya jadi bupati, saya akan membuat peraturan daerah. Bahwa sawah-sawah itu tidak boleh dialihfungsikan,” tegasnya.
Banjar Perantara IKN
Di Senayan, Tamliha pernah bertugas di sejumlah komisi. Salah satunya yang membidangi infrastruktur; komisi V. Ia bahkan jadi wakil ketua.
Pengalaman itu yang kemudian memicunya ingin membangun Kabupaten Banjar. Selaras dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Pertanyaannya; apa yang ingin Tamliha lakukan? Jawabnya, visioner. Boleh dibilang, menjanjikan.
Ia ingin merealisasikan adanya kereta api untuk seluruh Pulau Kalimantan. Plus jalan tol menuju IKN. Di mana semuanya terpusat di Banjar.
“Saya ingin terminalnya ada di Kabupaten Banjar. Sehingga semua orang akan berkunjung ke sini,” tuturnya.
Kata Tamliha, ini salah satu cara menggeliatkan perekonomian di Banjar. Termasuk juga pariwisatanya. Pasarnya, adalah orang-orang yang transit di sini.
“Sehingga masyarakat yang bergerak di bidang UKM maupun UMKM bisa ikut merasakan,” ujarnya.
Intinya, ia ingin menjadikan Kabupaten Banjar sebagai hub. Penghubung, perantara menuju IKN.