apakabar.co.id, JAKARTA – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyatakan kawasan industri yang ada di Indonesia harus dirancang untuk mewujudkan karbon bersih atau nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE).
“Kami terus mendorong perusahaan, baik lokal maupun asing, untuk menjadikan keberlanjutan sebagai prioritas utama dalam setiap proyek yang mereka jalankan,” kata Menteri Rosan saat sesi panel di World Economic Forum (WEF) bertajuk Industrial Cluster as Energy Pioneers di Davos, Swiss seperti dilansir Antara, Minggu (26/1).
Dalam forum tersebut, Rosan memaparkan Indonesia memiliki beberapa klaster industri yang terintegrasi. Salah satunya mengonsumsi sekitar 4,5 gigawatt (GW) energi. Ia juga berencana melakukan perluasan dengan menambah pasokan 2,5 GW energi hijau.
“Target kami adalah memastikan seluruh kebutuhan energi sebesar 6,6 GW di klaster ini menggunakan energi bersih,” ujarnya.
Baca juga: China Jadi Jawara Negara Penyumbang Emisi Karbon Terbesar Dunia
Baca juga: Gunakan Green Material di IKN, PUPR Klaim Mampu Kurangi Emisi Karbon
Rosan juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis klaster industri untuk membangun ekosistem yang berlanjutan.
Selain itu, Indonesia telah meluncurkan klaster industri dengan target emisi nol. Salah satu contohnya adalah klaster industri terkait nikel yang seluruh rantai pasok, mulai dari produksi nikel hingga daur ulang baterai kendaraan listrik terintegrasi dalam satu lokasi.
Hal itu dilakukan mengingat potensi Indonesia dalam energi terbarukan sangat besar, meliputi tenaga surya, angin, air, panas bumi, dan gelombang laut, dengan total potensi mencapai 3.700 GW.
“Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, khususnya di Jawa dan Sumatra, namun yang telah terpasang saat ini baru kurang dari 1 persen. Ini menunjukkan peluang besar yang masih bisa digarap,” pungkasnya.