apakabar.co.id, JAKARTA – Di era digital seperti sekarang, teknologi semakin mempermudah berbagai aktivitas sehari-hari, termasuk dalam urusan keuangan. Salah satu inovasi yang banyak digemari oleh anak muda adalah bank digital.
Hal ini dirasakan Dila Syarahtika Maharani (21) , mahasiswi Binus University yang saat ini sedang menjalani program magang di salah satu stasiun televisi milik pemerintah.
Menurut Dila, bank digital lebih disukai oleh anak muda karena sifatnya yang praktis dan tidak ribet. Jika dulu orang harus pergi ke ATM atau bank untuk melakukan transaksi, kini semua bisa dilakukan hanya dengan satu genggaman melalui ponsel.
“Sekarang kan semua orang pasti punya HP, jadi lebih mudah kalau mau transfer atau beli makanan dan belanja online,” ujar Dila kepada apakabar.co.id di Jakarta, Rabu (26/3).
Bank digital juga menawarkan berbagai kemudahan seperti transaksi tanpa biaya admin, promo menarik, dan fitur yang memudahkan pengelolaan keuangan. Dibandingkan dengan bank konvensional, bank digital lebih fleksibel dan cepat, sesuai dengan gaya hidup anak muda yang dinamis.
Hal serupa diamini Talita Nabila Patra, mahasiswi Binus University jurusan Marketing Communication. Menurut Talita, banyak anak muda memilih bank digital karena berbagai alasan. Salah satu faktor utamanya adalah promosi yang menarik.
“Sekarang bank digital sering menawarkan promo, misalnya dengan mengumpulkan poin yang bisa ditukar dengan diskon atau hadiah,” ungkapnya.
Selain promo, tampilan dan fitur yang mudah digunakan juga menjadi daya tarik utama. “Bank digital itu desainnya menarik dan compact, jadi dalam satu aplikasi bisa melakukan banyak hal,” tambah Talita.
Keunggulan lain yang disebutkannya adalah transaksi lintas bank tanpa biaya admin, yang tentunya menguntungkan bagi pengguna.

Momen Lebaran
Saat momen spesial seperti Lebaran, menurut Dila, telah mengakibatkan pengeluarannya turut meningkat. Biasanya pengeluaran tersebut digunakan untuk membeli baju, makanan, maupun kebutuhan lainnya.
Dila sendiri mengaku lebih sering mengecek mutasi rekening untuk mengontrol keuangan dan memastikan pengeluaran tetap terkendali.
“Biasanya kalau lebaran itu pengeluaran naik, jadi harus lebih rajin cek rekening supaya tidak kaget,” ujar Dila.
Meskipun bank digital menyediakan berbagai fitur transaksi, Dila mengaku belum memanfaatkan fitur investasi atau tabungan digital. Ia lebih sering menggunakan layanan transfer, pembelian pulsa, dan top-up kartu elektronik.
Sementara bagi Talita, dalam menyikapi pengeluaran, utamanya menjelang momen Lebaran, ia mengaku lebih selektif saat berbelanja. “Saya bukan tipe yang impulsif. Kalau tidak butuh, lebih baik saya simpan atau tabung,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik bagi anak muda. Termasuk tidak mudah terpengaruh tren yang terkadang tidak jelas ujungnya.
“Sekarang banyak godaan belanja karena tren dan FOMO (fear of missing out). Jadi kita harus bisa mengontrol diri dan membuat daftar prioritas,” sarannya.
Di era digital seperti sekarang, layanan perbankan tidak lagi terbatas pada kantor cabang atau mesin ATM. Bank digital semakin diminati, terutama di kalangan anak muda.
Secara khusus, Dila menyoroti kelebihan bank digital dibandingkan bank konvensional. “Sekarang mencari ATM cukup sulit, sementara dengan bank digital, transaksi bisa dilakukan kapan saja tanpa harus mencari mesin ATM,” paparnya.
Ia mencontohkan aplikasi seperti Dana, yang memungkinkan transaksi hanya dengan nomor ponsel, tanpa perlu nomor rekening. “Ini mempermudah mereka yang tinggal di daerah tanpa akses mudah ke kantor cabang bank,” jelasnya.
Senada dengan Dila, Talita menilai salah satu bank digital yang populer di kalangan anak muda adalah Blu BCA. Hal itu dimungkinkan, karena layanannya yang ramah terhadap anak muda.
“Di kampus saya, banyak yang menggunakan Blu karena ada kerja sama dengan kampus. Selain itu, sering ada promo, terutama untuk makanan dan minuman,” ujarnya.
Dalam penggunaannya, Talita lebih sering memanfaatkan layanan transaksi sehari-hari seperti transfer, pembelian pulsa, token listrik, dan top up e-money.

Perubahan besar
Pengamat ekonomi Ferry Latuhihin menjelaskan perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia perbankan. Salah satu inovasi yang kini semakin diminati oleh masyarakat, khususnya generasi muda, adalah bank digital.
Kehadiran bank digital menawarkan kemudahan dalam transaksi tanpa harus melalui proses administratif yang rumit, seperti kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) secara fisik. Hal ini menjadikan bank digital sebagai solusi praktis dan efisien.
“Bank digital merupakan bagian dari kemajuan teknologi yang tidak bisa dihindari,” ujar Ferry kepada apakabar.co.id, Minggu (30/3).
Fenomena ini terjadi secara global, tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, industri perbankan dituntut untuk beradaptasi agar tetap relevan dan mampu bersaing.
Konsekuensi dari digitalisasi ini adalah pengurangan jumlah tenaga kerja akibat otomatisasi sistem perbankan. “Namun, di sisi lain, efisiensi yang dihasilkan juga semakin meningkatkan kualitas layanan bagi nasabah,” jelasnya.
Meskipun layanan perbankan secara umum hampir serupa, ada beberapa keunggulan utama yang membuat bank digital lebih menarik, seperti kecepatan dan kemudahan transaksi.
“Nasabah dapat melakukan transaksi kapan saja dan di mana saja tanpa perlu datang ke kantor cabang,” ujarnya.
Hal berikutnya adalah efisiensi biaya. Dengan proses yang sepenuhnya digital, biaya operasional bank digital lebih rendah dibandingkan bank konvensional.
Terakhir, terkait kemudahan akses. “Bank digital lebih inklusif karena dapat menjangkau masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses layanan perbankan tradisional,” papar Ferry.
Sementara bagi pengguna seperti Dila, semakin populernya bank digital telah berdampak besar bagi perbankan konvensional. Banyak bank konvensional mulai mengembangkan layanan digital agar tetap relevan di tengah persaingan.
Dila berpendapat, tren ini tidak bisa dihindari, mengingat hampir semua orang kini mengandalkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. “Mau tidak mau, bank konvensional juga harus mengikuti tren dan menyesuaikan layanan mereka agar tetap bisa bersaing,” katanya.
Hal itu dikukuhkan Ferry. Kehadiran bank digital telah memaksa bank konvensional untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Jika tidak, mereka akan kesulitan bersaing dengan layanan yang lebih cepat dan murah.
Bank-bank besar sudah mulai merespons tren ini dengan meluncurkan layanan digital mereka sendiri, seperti BCA Digital melalui Blu dan Bank Mandiri dengan e-banking, mobile banking, dan Livin’ by Mandiri, Mandiri Cash Management 2.0 hingga Kopra.
Meskipun begitu, kata Ferry, bank konvensional tetap memiliki peran penting, terutama dalam layanan yang membutuhkan tatap muka langsung, seperti pemberian pinjaman dan investasi.

Waspadai risiko
Meskipun menawarkan berbagai kemudahan, penggunaan bank digital tetap memiliki risiko. Salah satu yang paling sering terjadi adalah penipuan online, seperti scam melalui SMS atau email palsu yang mengatasnamakan bank tertentu.
Oleh karena itu, menurut Dila, pengguna bank digital harus lebih waspada dan tidak sembarangan memberikan informasi pribadi. “Sering banget ada SMS atau pesan penipuan yang menawarkan hadiah atau meminta data pribadi. Kita harus pintar memilah mana yang asli dan mana yang palsu,” terangnya.
Bagi Talita, bank digital memang menawarkan banyak kemudahan. Hanya saja, ia menekankan bahwa keamanan data merupakan salah satu risiko terbesar yang harus diwaspadai bank digital.
“Kasus kebocoran data menjadi kekhawatiran utama. Banyak orang masih memilih mobile banking versi lama karena merasa lebih aman,” ungkapnya.
Namun sejauh ini, Talita belum pernah mengalami masalah kebocoran data saat menggunakan layanan bank digital, khususnya dari BCA. “Kalau bank lain saya belum tahu,” imbuhnya.
Tantangan terkait keamanan siber memang tidak bisa dianggap sepele. Karena itu, Ferry mengingatkan tentang potensi peretasan data hingga pencurian data pribadi, di tengah sejumlah keunggulan yang ditawarkan oleh bank digital.
“Risiko peretasan dan pencurian data menjadi ancaman utama yang harus diwaspadai,” jelasnya.
Selain itu, perlu ada regulasi dan perlindungan konsumen. Pemerintah, kata Ferry, perlu memastikan bahwa regulasi yang ada cukup untuk melindungi nasabah dari potensi risiko transaksi digital.
Tantangan lainnya adalah persaingan dengan bank konvensional skala besar. Bank-bank digital skala kecil, menurut Ferry, dipastikan mengalami kesulitan untuk bersaing dengan bank-bank besar yang memiliki modal lebih besar dalam pengembangan teknologi.

Masa depan bank digital
Perkembangan bank digital di Indonesia masih dalam tahap pertumbuhan dan memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Dibandingkan dengan negara maju, Indonesia masih tertinggal dalam inklusi keuangan, mengingat tidak semua masyarakat memiliki rekening bank.
Namun, dengan semakin banyaknya masyarakat yang beralih ke layanan digital, kata Ferry, bank digital dapat memainkan peran penting dalam mempercepat inklusi keuangan dan meningkatkan efisiensi ekonomi.
Dengan semakin meningkatnya adopsi teknologi digital dalam sektor perbankan, ke depan masyarakat akan melihat lebih banyak inovasi yang mempermudah akses layanan keuangan.
“Bank digital bukan hanya sebuah tren, tetapi juga merupakan masa depan sistem transaksi yang lebih efisien, cepat, dan inklusif,” ujarnya.

Bijak menggunakan bank digital
Sebagai pengguna bank digital, Dila menyarankan agar anak muda lebih bijak dalam mengelola keuangan. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan fitur tabungan yang tersedia agar tidak boros saat berbelanja.
“Jangan boros! Sebisa mungkin pisahkan uang untuk kebutuhan dan keinginan supaya lebih terkontrol,” pesannya.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, bank digital semakin menjadi pilihan utama bagi anak muda. Namun, penting bagi setiap pengguna untuk tetap berhati-hati dan mengelola keuangan dengan bijak agar manfaat dari bank digital bisa dirasakan secara maksimal.
Sementara bagi pengguna bank digital, seperti Talita, ada sejumlah tips yang ia terapkan dalam mengelola keuangan secara lebih baik.
Menurut Talita, yang terpenting adalah mengatur limit pengeluaran. “Saat ini, banyak bank digital memungkinkan pengguna untuk menetapkan batas transaksi harian atau bulanan. Hal ini layak untuk dicoba,” katanya.
Berikutnya, manfaatkan promo dengan bijak. Talita menyarankan agar jangan tergoda promo yang justru membuat pengeluaran semakin besar.
Selain itu, gunakan dana yang ada untuk mencukupi kebutuhan utama. “Prioritaskan transaksi yang penting seperti pembayaran tagihan atau transfer,” ujarnya.
Meski memiliki banyak keunggulan, pengguna tetap perlu berhati-hati dalam memilih dan menggunakan layanan bank digital. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, kata Talita, anak muda bisa memanfaatkan kemudahan bank digital tanpa harus terjebak dalam pengeluaran yang tidak perlu.