Restorasi Lahan Gambut melalui Agroforestri Dukung Fungsi Hutan dan Ekonomi Warga

Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Wono Lestari bersama Belantara Foundation bersama dan pemangku kepentingan setempat yang didukung oleh One Tree Planted, Jejakin dan APP Group mengembangkan program proteksi dan restorasi lahan gambut melalui agroforestri. Foto: Belantara Foundation

apakabar.co.id, JAKARTA – Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Wono Lestari bersama  Belantara Foundation dan pemangku kepentingan setempat mengembangkan program proteksi dan restorasi lahan gambut melalui agroforestri.

Program itu berada di wilayah perhutanan sosial yaitu HKm seluas 93 ha di Desa Jati Mulyo, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Wilayah tersebut berdampingan dan berdekatan dengan Hutan Lindung Gambut Londrang yang merupakan bagian dari salah satu kawasan hidrologi gambut penting di Provinsi Jambi.

Pada tahun 2018, Gapoktanhut Wono Lestari memperoleh izin pengelolaan HKm selama 30 tahun dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. HKm merupakan hutan negara yang dikelola masyarakat dengan skema perhutanan sosial, yang pemanfaatannya ditujukan untuk pemberdayaan dan penguatan masyarakat lokal dengan memberikan hak kepada mereka dalam menggunakan lahan secara lestari dan berkelanjutan.

Ketua Gapoktanhut Wono Lestari, Riyanto mengungkapkan program agroforestri yang dilakukan dapat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan lahan gambut yang terdegradasi secara lestari dan berkelanjutan untuk pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

“Semoga program ini dapat memberikan manfaat dan berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat di desa kami” ujar Riyanto.

Dengan begitu, terang Riyanto, masyarakat dapat mempertahankan fungsi hutan dan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Senada, Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna menjelaskan skema perhutanan sosial telah membantu masyarakat lokal sehingga bisa memiliki hak untuk mengelola dan memanfaatkan, yang secara bersamaan dapat berkontribusi dalam memulihkan kawasan hutan.

Skema ini, terang Dolly, menawarkan kondisi yang memungkinkan untuk restorasi lahan gambut jangka panjang, tidak hanya selaras dengan agenda global dalam mitigasi perubahan iklim tetapi juga mampu mendorong peningkatan sosial ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan.

“Salah satu metode yang dapat mendukung pemulihan lahan gambut terdegradasi berbasis masyarakat adalah dengan menanam pohon menggunakan jenis tanaman yang banyak manfaatnya atau MPTS (multi-purpose tree species),” ujar Dolly di Jakarta, Jumat (16/2).

Spesies-spesies tanaman multi manfaat menyediakan banyak manfaat pada lahan yang terbatas. Antara lain sebagai sumber pangan, membantu dalam mengatur hidrologi, meningkatkan biomassa, memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan produktivitas lahan terdegradasi.

Implementasi program itu, kata Dolly, yang juga pengajar Pascasarjana di Universitas Pakuan, meliputi penyiapan dan penguatan kapasitas kelompok masyarakat, lahan siap tanam, penanaman dan perawatan bibit tanaman multi manfaat sebanyak lebih kurang 16.712 bibit pada lahan seluas 30 hektar. Juga termasuk pembangunan kebun bibit dan pondok kerja, serta dukungan monitoring dan evaluasi program.

Sejauh ini, bibit tanaman multi manfaat yang telah ditanam antara lain pinang (Areca catechu), nangka (Artocarpus heterophyllus), jengkol (Archidendron pauciflorum) dan kopi liberika (Coffea liberica). Ini merukan salah satu bentuk win-win solution, dimana masyarakat mendapatkan manfaat sosial-ekonomi sekaligus memperbaiki lahan gambut yang terdegradasi.

“Keterlibatan masyarakat sebagai aktor, Belantara Foundation sebagai fasilitator, adanya dukungan dari pemangku kepentingan setempat, serta dukungan pendanaan dari para donor termasuk sektor swasta merupakan faktor penting untuk memastikan keberhasilan program pemulihan dan restorasi lahan gambut secara berkelanjutan”, terang Dolly.

Keberadaan lahan gambut sangat penting bagi upaya global untuk memerangi perubahan iklim dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals, mengajak dan membantu dalam transisi menuju masyarakat rendah karbon, menurunkan suhu lingkungan di daerah sekitar, memberikan solusi berbasis alam termasuk mengatur sistem hidrologi tanah, memasok makanan, serat dan produk lokal lainnya yang menopang perekonomian, perlindungan dari panas yang ekstrem, meminimalkan risiko banjir dan kekeringan serta mencegah intrusi air laut.

Pemulihan lahan gambut di kawasan hutan produksi yang dikelola masyarakat melalui skema perhutanan sosial seperti Hutan Kemasyarakatan (HKm) sangat berpotensi memberikan kontribusi yang menjanjikan dalam mencapai target FOLU (Forestry and Other Land Use) Net Sink 2030.

26 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *