Iran Menolak Tekanan Trump!

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Foto: Getty Images via Bloomberg

Oleh: Syafruddin Karimi*

Iran menolak tunduk pada tekanan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang secara terbuka menuntut “penyerahan tanpa syarat” dari Teheran di tengah memuncaknya perang udara dengan Israel.

Melalui pernyataan resmi yang disiarkan televisi pemerintah, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan bahwa rakyat Iran tidak akan menerima ancaman dan tidak akan menyerah pada tekanan militer atau politik asing.

“Orang-orang cerdas yang mengenal Iran, bangsanya, dan sejarahnya, tidak akan pernah berbicara dengan bahasa ancaman. Bangsa ini tidak akan menyerah,” tegasnya (Hafezi, Choukeir, & Balmer, 2025).

Baca juga: Wajah Ketimpangan Moralitas G7

Pernyataan Khamenei disampaikan setelah 50 jet tempur Israel menggempur lebih dari 20 lokasi strategis di Teheran, termasuk fasilitas produksi rudal dan komponen militer. Serangan ini memicu kepanikan dan eksodus warga sipil dari ibu kota Iran.

Di tengah kondisi tersebut, Trump dilaporkan mempertimbangkan opsi bergabung dalam serangan udara terhadap situs nuklir Iran, meskipun duta besar Iran untuk PBB di Jenewa, Ali Bahreini, memperingatkan bahwa Iran akan membalas setiap bentuk keterlibatan langsung dari Amerika Serikat. Bahreini menyebut Amerika sudah “terlibat secara tidak langsung” dalam kejahatan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Iran (Hafezi et al., 2025).

Sikap Iran mencerminkan penolakan terhadap tatanan internasional yang timpang. Ketika negara-negara G7 gagal mengutuk pembantaian warga Gaza oleh Israel dan justru memberikan dukungan diam-diam terhadap serangan ke Iran, dunia Global South melihatnya sebagai bentuk baru dari imperialisme lama—kolonialisme yang dibungkus dengan retorika “hak membela diri.”

Baca juga: Daya Beli Melemah Picu Penurunan Penjualan Eceran

Iran tidak sekadar menolak ultimatum, melainkan mengirim pesan bahwa tekanan militer tidak akan menghapus kedaulatan nasional dan martabat historis bangsa mereka.

Penolakan Iran menjadi simbol perlawanan terhadap standar ganda kekuatan Barat yang terus mengklaim moralitas global sembari mendukung pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

Dalam konteks ini, sikap Khamenei bukan tindakan nekat, melainkan deklarasi bahwa bangsa yang pernah berdiri melawan imperium lama tidak akan goyah hanya karena diancam oleh imperium modern. Dunia harus mencatat dengan jernih: Iran memilih untuk berdiri tegak, bukan berlutut.

*) Guru Besar Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Andalas

13 kali dilihat, 13 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *