apakabar.co.id, JAKARTA – Kudeungoe Sugata, anak perusahaan KOLTIVA dan pionir di sektor pertanian, berhasil menjadi salah satu pemenang TRANSFORM: BESTARI Challenge 2024. Sugata memperoleh pendanaan hibah untuk mendukung rantai pasok kakao yang berkelanjutan.
TRANSFORM: BESTARI Challenge merupakan inisiasi yang dipimpin oleh TRANSFORM, akselerator dampak yang digagas oleh Unilever, Pemerintah Inggris melalui Foreign Commonwealth and Development Office (FCDO), and Ernst & Young (EY).
Mereka memberikan dana hibah sebesar £300,000 kepada perusahaan berdampak yang dipilih oleh sejumlah panel. Inisiatif ini mendukung proyek inovatif yang mendorong pembangunan berkelanjutan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), mendorong kolaborasi antara bisnis, komunitas lokal, dan pemerintah.
Salah satu pemenang, Kudeungoe Sugata, merupakan perusahaan asal Aceh yang beroperasi sejak 2018. Perusahaan itu menyediakan biji kakao bean-to-bar dan kopi single origin yang berasal dari produsen kecil di Indonesia.
Menggunakan teknik pemrosesan pascapanen yang inovatif, Kudeungoe Sugata menghasilkan produk berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pembuat cokelat artisan dan perusahahaan multinasional di pasar lokal dan global. Sugata ingin menjadikan bisnis sebagai kekuatan untuk kebaikan, dengan memastikan rantai pasok yang berkelanjutan melalui perdagangan yang etis.
Tak berselang lama, perusahaan ini memperkuat posisinya di sektor pertanian. Kudeungoe Sugata berkembang menjadi pemasok terpercaya yang menekankan pada keterlacakan, keberlanjutan, dan perdangangan etis.

Head of Single Origin Sourcing PT Kudeungoe Sugata Gde Sukardi mengungkapkan, pengakuan dari TRANSFORM mencerminkan dedikasi tim dalam mentransformasi industri kakao melalui praktik yang berkelanjutan dan pemberdayaan komunitas.
“Dengan memperkuat komunitas lokal, kami bisa membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan bertanggung jawab,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima apakabar.co.id, pada Sabtu (21/12)
Gde Sukardi menjelaskan fokus utama mereka adalah pada dampak sosial dan lingkungan. “Memastikan pertanian berkelanjutan bukan hanya tujuan, melainkan kekuatan penggerak perubahan yang bertahan lama bagi masyarakat dan planet ini,” paparnya.
Beroperasi di seluruh Indonesia, meskipun pasokan terkonsentrasi di Sumatera dan Sulawesi dengan melibatkan 2.400 produsen dalam rantai pasoknya, Kudeungoe Sugata sejak awal ingin memberdayakan komunitas lokal dengan menyediakan sumber daya, pelatihan, dan akses pasar.
Proyek mereka, kata Gde Sukardi, telah bermanfaat kepada 500 rumah tangga petani, dengan tambahan 1.000 anggota keluarga yang memperoleh manfaat secara tidak langsung melalui peningkatan aktivitas ekonomi.
Inisiatif itu, mengedepankan partisipasi perempuan dalam bisnis sebesar 50%. Ini menunjukkan komitmen kuat terhadap kesetaraan gender dan inklusi sosial.
Hal itu sangat signifikan mengingat jumlah perempuan mencakup rata-rata 43% dari tenaga kerja di sektor pertanian, berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO). Dengan fondasi itu, kata Gde Sukardi, inisiatif mereka ingin meningkatkan partisipasi perempuan serta memberdayakannya sebagai kontributor utama dalam pembangunan berkelanjutan.
Senada, Sustainable Sourcing Lead Sumatera PT Kudeungoe Sugata, Mirza mengungkapkan investasi sumber daya terhadap petani kecil, utamanya perempuan dan pemuda, tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif namun juga membentuk masa depan pada praktik berkelanjutan.
“Itu merupakan langkah inovatif dalam industri kakao yang kami yakin bisa menciptakan manfaat jangka panjang bagi komunitas,” terangnya.

Sementara itu, Country Lead Finance & Business Development Unilever Indonesia Jessica Pauline mengakui Sugata telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong perubahan sosial dan lingkungan di sektor pertanian. Perusahaan berdampak seperti Sugata memiliki solusi yang inovatif dalam menghadapi tantangan global.
“Selain pendanaan hibah, kami juga memanfaatkan kolaborasi lintas sektor untuk membantu perusahaan ini memperluas dampaknya,” katanya.
Selanjutnya, imbuh Jessica, “Kami menantikan perkembangan mereka dalam beberapa bulan mendatang.”
Pendanaan yang diterima Kudeungoe Sugata akan digunakan untuk berbagai inisiatif utama dalam rencana aksi komprehensif selama 18 bulan, bertujuan untuk mendorong penggunaan sistem produksi regeneratif dan mengembangkan plot demo agroforestri, serta memastikan keterlibatan inklusif perempuan dan pemuda dalam produksi kakao fermentasi.
Inisiatif tersebut mencakup pelatihan bagi produsen tentang pertanian regeneratif dan agroforestri, termasuk pengembangan plot demo agroforestri untuk mendukung transisi mereka ke praktik rendah karbon.
Juga akan dibentuk sistem pemantauan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memungkinkan produsen berpartisipasi dalam pasar karbon di masa depan, menciptakan sumber pendapatan baru sambil menghadapi tantangan perubahan iklim.
Proyek ini juga mengeksplorasi potensi daur ulang nutrisi dari limbah kakao untuk digunakan pada lahan pertanian atau sebagai sumber pendapatan tambahan melalui pasar lokal.