Menuju COP30: Energi Terbarukan Komunitas jadi Harapan Baru Indonesia

Delegasi aktivis energi terbarukan Indonesia bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Brasil, Edi Yusup, pada Sabtu lalu dalam rangka "Renew Our Power" –sebuah pertemuan lebih dari 200 pembaharu (changemakers) menjelang pembicaraan iklim PBB COP30 yang dijadwalkan pada November mendatang di Belém, Brasil. Foto: 350.org

apakabar.co.id, JAKARTA – Delegasi aktivis energi terbarukan asal Indonesia bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Brasil, Edi Yusup, pada Sabtu (12/4) lalu. Pertemuan itu merupakan bagian dari kegiatan Renew Our Power, sebuah inisiatif global yang menghimpun lebih dari 200 pembaharu (changemakers) dari berbagai negara. Kegiatan ini digelar menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) yang akan berlangsung pada November mendatang di Belém, Brasil.

Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia menyampaikan kisah sukses pengembangan energi terbarukan berbasis komunitas dan pentingnya memperkuat komitmen iklim secara global, khususnya dari Indonesia.

Suriadi Darmoko, Field Organizer dari 350.org Indonesia, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Sementara itu, masih banyak wilayah yang belum menikmati akses listrik yang layak.

“Kita membutuhkan COP30 untuk mendorong transisi energi terbarukan yang cepat, adil, dan terdanai sepenuhnya. Kita perlu melipatgandakan kapasitas energi terbarukan secara global sebelum 2030, menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan praktik eksploitatif, serta melindungi masyarakat melalui pendekatan berbasis hak dan inklusif,” ujar Darmoko di Jakarta, Senin (14/4).

Darmoko menyoroti bahwa saat ini energi terbarukan baru menyumbang sekitar 14,1% dari bauran energi nasional. Padahal, Indonesia telah menyatakan komitmennya dalam forum G20 untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan.

Menurutnya, komitmen tersebut harus diwujudkan secara nyata dalam pembaruan Nationally Determined Contribution (NDC) yang akan disampaikan sebelum COP30. Pelibatan komunitas juga dianggap sebagai kunci untuk mempercepat pencapaian target energi bersih ini.

SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu jadi Contoh

Salah satu contoh nyata pengembangan energi terbarukan berbasis komunitas adalah proyek panel surya di SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu. Proyek ini didanai oleh lebih dari 400 pendonor publik yang berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp80 juta.

Dana tersebut digunakan untuk memasang panel surya yang kini menyuplai listrik untuk laboratorium komputer dan sistem keamanan sekolah.

“Model ini bisa direplikasi di lebih dari 1.400 sekolah Muhammadiyah di Indonesia. Ini bisa menjadi kontribusi besar bagi transisi energi nasional,” ujar Sutanpri dari SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu.

Ia berharap ke depannya seluruh aktivitas belajar di sekolah bisa mengandalkan energi bersih, bukan bahan bakar fosil.

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Edi Yusup menyampaikan pentingnya akses listrik sebagai pintu masuk bagi pembangunan ekonomi. Ia mencontohkan transformasi ekonomi Korea Selatan sejak tahun 1970-an yang didukung oleh ketersediaan listrik yang luas dan terjangkau.

Ia juga mendorong generasi muda Indonesia untuk terus berinovasi di bidang energi terbarukan. “Indonesia juga bisa belajar dari Brasil dalam menerapkan model energi terbarukan yang berhasil,” tuturnya.

Seruan Jelang COP30

Menjelang COP30, 350.org Indonesia menyampaikan tiga seruan utama:

  1. Menetapkan target penurunan emisi 2035 yang ambisius dan memperkuat target 2030 agar sejalan dengan tujuan net zero emisi pada 2060, atau lebih cepat.

  2. Menyelaraskan komitmen energi nasional dalam NDC terbaru dan Rencana Investasi serta Kebijakan Komprehensif JETP, dengan mempercepat penghapusan energi fosil dan melipatgandakan energi terbarukan.

  3. Memberikan ruang setara bagi masyarakat adat dan komunitas lokal dalam pengambilan keputusan di COP30, demi tata kelola iklim yang adil dan inklusif.

“Sebagai pemimpin di Asia Tenggara, Indonesia punya peluang besar untuk menjadi teladan,” tegas Darmoko. Ia berharap Indonesia dapat merespon ajakan Presiden Brasil Lula untuk aksi iklim yang ambisius dari negara-negara BRICS.

Inisiatif Renew Our Power menunjukkan bahwa suara dari komunitas lokal dan masyarakat adat sangat penting dalam mendorong transisi energi yang adil. Mereka bukan hanya bagian dari perubahan, tapi aktor utama dalam menciptakan masa depan yang bersih dan berkelanjutan.

525 kali dilihat, 525 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *