Miftah Kenakan Blankon saat Mundur sebagai Utusan Presiden, Ini Alasannya

Tangkapan Layar - Miftah Maulana Habiburrahman menyatakan mundur dari jabatan Utusan Khusus Presiden, dalam konferensi pers di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, D.I. Yogyakarta, pada Jum’at (6/12). Miftah menegaskan keputusan mundurnya diambil bukan atas tekanan maupun permintaan dari siapapun, melainkan karena rasa cinta dan hormatnya kepada Presiden Prabowo Subianto serta seluruh masyarakat. Foto: apakabar.co.id

apakabar.co.id, JAKARTAMiftah Maulana Habiburrahman atau yang akrab disapa Gus Miftah mengenakan blangkon saat mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembangunan Sarana Ibadah.

Pengumuman tersebut disampaikan Miftah di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, pada 6 Desember 20242. Berbeda dari biasanya sejak menjabat UKP, pria berusia 43 tahun itu selalu terlihat mengenakan peci kemana pun ia pergi.

Pengunduran diri Miftah menyusul kritik pedas publik atas pernyataannya dalam sebuah ceramah yang dinilai tidak pantas. Ia menegaskan bahwa keputusan pengunduran dirinya seabgai utusan khusus presiden diambil atas dasar kecintaan, rasa hormat, dan tanggung jawab terhadap Presiden Prabowo Subianto dan masyarakat Indonesia.

“Beberapa saat ketika masih di Utusan Khusus Presiden (UKP), saya selalu mengenakan peci. Peci itu satu simbol yang sangat dicintai oleh Bapak Prabowo,” papar Miftah dalam jumpa pers, Jumat (6/12).

Miftah kembali memilih mengenakan blangkon yang merupakan ciri khasnya, persis  seperti ketika masyarakat mengenalnya dulu sebagai penceramah agama.

Kepada awak media ia mengungkapkan, “Hari ini, saya kembali memakai blangkon sebagai identitas saya sebagai pendakwah.”

Blangkon memang menjadi ciri khas penampilan Miftah karena hal itu berhubungan dengan identitas budaya, yang mencerminkan keterikatannya dengan adat Jawa.

Miftah menegaskan, mengenakan blangkon berarti kembali ke masyarakat dan pesantren yang merupakan tempatnya berasal.

“Artinya, saya kembali ke masyarakat. Kembali ke pesantren, seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah,” tegasnya.

Ini adalah pernyataan yang kuat, yang menegaskan komitmen Miftah terhadap akar dan orang-orang yang dilayaninya. Miftah telah menjadi tokoh penting di masyarakat, dan sikap tersebut menegaskan dedikasinya.

Sebelum menutup pernyataannya, Miftah menegaskan bahwa keputusannya untuk mengundurkan diri bukan karena adanya tekanan atau permintaan dari pihak lain. Hal tersebut murni telah dipikirkan secara matang.

Ia memastikan, “Keputusan ini dibuat atas dasar kecintaan, rasa hormat, dan tanggung jawab yang mendalam kepada Presiden Prabowo Subianto dan seluruh masyarakat Indonesia.”

Ditegur Presiden Prabowo

Miftah Maulana Habiburahman akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan khusus presiden usai video dirinya viral  di media sosial saat merendahkan seorang penjual es teh.

Setelah peristiwa itu, Kepala Biro Komunikasi Presiden Hasan Nasbi menyampaikan teguran dari Presiden Prabowo Subianto kepada Gus Miftah.

Hasan Nasbi menegaskan, Presiden Prabowo sangat menjunjung tinggi rasa hormat dan sopan santun kepada semua orang. Ia menyayangkan insiden yang menimpa utusan khusus tersebut.

“Kantor Komunikasi Kepresidenan turut menyayangkan kejadian kurang baik yang terjadi belakangan ini. Dan itu telah melibatkan utusan khusus Presiden RI,” terang Hasan Nasbi dalam video yang dibagikan ke media, Rabu (4/12).

Hasan Nasbi menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto sudah menegur Miftah, melalui Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Presiden Prabowo mendorong Miftah meminta maaf langsung kepada Sunhaji (pedagang es teh) yang mungkin sangat terluka atas kejadian tersebut.

PM Malaysia sorot Miftah

Ucapan Miftah Maulana Habiburahman yang merendahkan seorang penjual es teh telah menarik perhatian Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Dalam pidatonya di acara Kementerian Keuangan di Kuala Lumpur pada 5 Desember 2024, Anwar menyampaikan keprihatinannya atas video viral tersebut.

Anwar menyoroti kegaduhan di media sosial di Indonesia dan menyebutkan bahwa teman-temannya dari Indonesia telah mengiriminya video tersebut. Ia merasa terganggu bahwa seorang tokoh agama dapat membuat komentar yang tidak sopan seperti itu.

Hal itu, kata Anwar Ibrahim justru menekankan bahwa kesombongan dapat ditemukan bahkan di antara mereka yang berpengetahuan tentang agama.

“Di Indonesia, beberapa hari ini riuh rendah di media sosial. Seorang kyai, gus, dalam dakwahnya menghina penjual es teh. Oh ada yang nonton ya? Teman-teman saya di Indonesia ada yang kirim, lalu viral,” terang Anwar.

Peristiwa itu, menurut Anwar Ibrahim menjadi pengingat akan pentingnya menjaga rasa hormat dan kerendahan hati, terutama bagi tokoh masyarakat dan pemimpin agama.

PM Anwar Ibrahim menganggap video viral itu cukup aneh dan mencatat pernyataan tegas Presiden Prabowo Subianto telah berujung pada permintaan maaf Gus Miftah. Anwar menyoroti bahwa kesombongan terkadang dapat ditemukan tidak hanya di antara mereka yang kurang pengetahuan agama, namun juga mereka yang fasih dalam agama dan berbicara tentang Islam, iman, dan doa.

“Ini satu contoh bahwa angkuh, sombong, kadang-kadang bukan saja di kalangan orang-orang yang tidak tahu agama, tapi juga di orang yang paham agama. Yang bicara tentang Islam, akidah, dan, salat dan sunat,” paparnya.

Menurut Anwar Ibrahim, hal itu merupakan pengingat bahwa kerendahan hati dan rasa hormat itu penting, terlepas dari pengetahuan atau jabatan seseorang.

Miftah menuai kritikan tajam dari publik setelah video interaksinya dengan seorang penjual es teh menjadi viral di media sosial. Dalam video tersebut, Miftah terlihat mengerjai (prank) penjual minuman tersebut saat acara Magelang Bersholawat digelar beberapa hari lalu.

Kejadian itu menuai banyak perbincangan dan reaksi dari masyarakat maupun pejabat. Hal itu menjadi pengingat betapa besar dampak yang dapat ditimbulkan oleh tindakan figur publik, terutama di era digital saat ini.

Es tehmu ijek okeh ora? Masih. Yo kono didol Dol en ndisik. Ngko lak rung payu yo wes, takdir,” kata Miftah kepada Sunhaji (pedagang es teh) di video tersebut.

Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Miftah mengatakan, “Es tehmu masih banyak nggak? Masih. Ya sana dijual, goblok. Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya berarti takdir.

404 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *