Panglima Pajaji Klarifikasi, Warga Muara Kate Malah Makin Curiga

Agustinus Luki alias Panglima Pajaji. Foto: istimewa

apakabar.co.id, JAKARTA – Klarifikasi Agustinus Luki alias Panglima Pajaji soal tragedi berdarah di Posko Penolakan Hauling, Muara Kate, Kalimantan Timur, justru menimbulkan kecurigaan baru.

Alih-alih menjernihkan suasana, keterangannya memantik keraguan warga, yang sejak awal menolak keras aktivitas truk batu bara PT Mantimin Coal Mining (MCM) di jalan negara.

Penyerangan pada 15 November 2024 menewaskan tokoh masyarakat, Russell (60), dan melukai Anson (55). Pajaji mengaku datang ke lokasi atas permintaan keluarga korban dan tiba di Muara Kate pukul 03.00 WITA.

Namun, alih-alih menunjukkan simpati, ia langsung menginterogasi delapan orang di rumah korban.

“Saya curiga, kok tidak ada yang dengar pembunuhan itu terjadi. Semua diam, tidak ada yang tahu,” kata Pajaji dalam unggahan Facebook @Panglima Pajaji Skw, Sabtu (3/5).

Namun, pernyataannya segera dibantah Warta Linus, warga Muara Kate. Ia menyebut ada 11 orang di rumah, lima di pelataran dan enam di dalam.

Mereka semua tertidur lelap karena kelelahan setelah berjaga selama 10 hari berturut-turut usai meninggalnya pendeta Veronika.

“Kami bukan peminum alkohol seperti yang dituduhkan. Kami berduka, bukan berpesta,” tegas Warta.

Warga mempertanyakan motif klarifikasi tersebut yang dilakukan via media sosial, bukan secara langsung kepada komunitas terdampak.

Mereka juga meragukan netralitas Pajaji setelah dokumen Kompolnas menyebut dirinya sebagai penanggung jawab hauling PT MCM—perusahaan yang jadi pusat konflik sejak 2023.

Posisi strategis Pajaji sebagai koordinator hauling PT MCM mengejutkan warga. Mereka mengaku baru mengetahui bahwa sosok yang sebelumnya kerap tampil mendukung perjuangan mereka, ternyata bagian dari sistem tambang yang mereka tolak.

Kecurigaan makin tajam setelah terungkap bahwa Pajaji membawa dua pemuda Muara Kate—termasuk saksi kunci—ke Balikpapan, dengan dalih menemui pelaku yang menyerahkan diri ke Polda Kalsel.

Faktanya, mereka malah dibawa ke showroom mobil, toko souvenir, dan markas ormas, serta menyaksikan pertemuan antara Pajaji, direksi MCM, dan seorang bakal calon kepala daerah.

Para saksi mengaku mendengar sang calon menyerahkan uang Rp500 juta kepada Pajaji untuk “jasa bantuan” politik.

“Katanya mau bantu cari pelaku pembunuhan, tapi ternyata dibawa keliling. Kami dimanfaatkan,” kata salah satu dari mereka.

Warga akhirnya menjemput paksa kedua pemuda tersebut setelah tahu mereka dibawa tanpa kejelasan. Pajaji sempat tersinggung, namun kemudian meminta maaf lewat telepon.

Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso, ikut bersuara. Ia meminta Kapolda Kaltim yang baru, Irjen Endar Priantoro, menuntaskan kasus ini secara transparan.

“Ini bukan sekadar konflik tambang, tapi menyangkut nyawa. Perlu penugasan khusus agar pengusutan tragedi Muara Kate tidak mandek,” kata Sugeng.

Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Yulianto, mengatakan pihaknya masih mendalami status pemeriksaan terhadap Pajaji.

Konflik antara warga Paser dan PT MCM mencuat sejak 2023 ketika truk hauling mulai melintasi jalan nasional tanpa izin resmi. Aktivitas ini menimbulkan kerusakan jalan dan sejumlah kecelakaan fatal.

Pada 1 Mei 2024, Ustaz Teddy tewas tertabrak truk. Oktober 2024, Pendeta Veronika meninggal setelah truk tambang gagal menanjak.

Tragedi mencapai puncaknya ketika Russell dibunuh dan Anson terluka dalam serangan 15 November.

Rentetan kejadian ini memicu aksi damai besar-besaran warga pada April 2025 di depan Kantor Gubernur Kaltim dan DPRD Kalsel.

Mereka menuntut penghentian hauling yang dinilai melanggar Perda Kaltim No. 10 Tahun 2012 dan UU Minerba No. 3 Tahun 2020.

 

4 kali dilihat, 4 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *