apakabar.co.id, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia sebagai produsen nomor satu dunia untuk 10 komoditas pertanian unggulan. Target ambisius itu akan diwujudkan melalui peningkatan produktivitas dengan dukungan riset, pembiayaan, serta pemanfaatan teknologi modern.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono saat melakukan kunjungan kerja ke Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Industri dan Penyegar di Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (9/5).
“Presiden sudah memberikan instruksi kepada kami di Kementerian Pertanian untuk menyiapkan 10 komoditas agar bisa kembali menduduki peringkat satu dunia sebagai produsen utama,” kata Sudaryono.
Komoditas yang termasuk ke dalam daftar prioritas antara lain pala, kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, lada, dan bawang putih. Meski belum dirinci secara lengkap, Wamentan memastikan seluruhnya memiliki nilai strategis baik dari sisi konsumsi domestik maupun potensi ekspor.
Sudaryono menjelaskan, selain untuk ekspor, pemerintah juga ingin menghadirkan swasembada atas komoditas yang selama ini masih bergantung pada impor.
“Yang masih impor, tidak lagi impor. Yang tidak impor, kita dorong untuk ekspor. Itu yang kita inginkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, sejumlah komoditas seperti kopi dan cokelat telah memiliki potensi ekspor besar. Namun, tantangan yang dihadapi adalah produktivitas per hektare yang masih rendah dibandingkan negara lain, seperti Vietnam.
Untuk mendukung peningkatan produktivitas, pemerintah tengah menyiapkan skema investasi dan pembiayaan guna mendorong program peremajaan tanaman perkebunan seperti kopi, kelapa sawit, dan kelapa secara nasional.
“Investasinya sedang dihitung. Karena bukan hanya butuh riset, tapi juga pembiayaan. Kita siapkan skema financing-nya,” kata Sudaryono.
Selain itu, pemerintah juga mendorong hilirisasi sektor pertanian guna meningkatkan nilai tambah dan memperluas pasar ekspor. Hilirisasi dinilai penting agar Indonesia tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi juga produk olahan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
Wamentan menegaskan bahwa infrastruktur dan hasil riset yang diperlukan untuk mendukung program ini sudah tersedia. Saat ini, pemerintah hanya tinggal menjalankan langkah-langkah strategis yang telah dirancang.
“Modul-modulnya sudah kita siapkan. Insya Allah, paling tidak, di kuartal terakhir 2025 kita mulai peremajaan kopi, sawit, dan kelapa. Termasuk bagaimana mempercepat pertumbuhan dan panennya,” jelasnya.
Langkah tersebut menjadi bagian dari visi besar pemerintah untuk mengembalikan kejayaan sektor pertanian Indonesia di kancah global, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.