Taman Baca Inklusi, Wadah Literasi Ramah Anak dan Disabilitas di Bekasi

Suasana Taman Baca Inklusi (TBI) di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (3/4/2025) Foto: Kemensos

apakabar.co.id, JAKARTA – Kementerian Sosial (Kemensos) menghadirkan Taman Baca Inklusi (TBI) di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi sebagai upaya meningkatkan literasi bagi Pemerlu Atensi Sosial (PAS) dan masyarakat umum. Fasilitas ini dirancang untuk memberikan ruang belajar yang nyaman dan inklusif bagi anak-anak, penyandang disabilitas, serta berbagai pihak yang membutuhkan.

Dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis (3/4), penanggung jawab TBI, Ena Rudiah, menjelaskan bahwa taman baca ini dapat dimanfaatkan oleh anak-anak penerima manfaat (PM), baik yang tinggal di residensial maupun yang berasal dari layanan keluarga di luar rusun atau residen. Desainnya dibuat ramah anak dan dapat diakses oleh penyandang disabilitas.

“Karena inklusif, kami terbuka untuk semua lapisan masyarakat,” kata Ena Rudiah.

TBI STPL tidak hanya menyediakan buku bacaan, tetapi juga menawarkan berbagai kegiatan edukatif. Mulai dari belajar membaca, menulis, dan berhitung (calistung), hingga menggambar, mewarnai, dan melukis sebagai bagian dari terapi seni untuk penyandang disabilitas.

“Di sini juga diberikan Art therapy. Terapi dengan seni ini, berupa terapi seni melukis, diajarkan oleh Pak Andri, salah satu instruktur di TBI STPL,” ujar Ena.

Metode pembelajaran yang diterapkan di TBI bersifat non-formal dan lebih menarik dibandingkan pendekatan akademik konvensional. Ena mencontohkan seorang peserta penyandang disabilitas bernama Ucok yang belajar berhitung dengan metode praktis. Karena Ucok berjualan air mineral, ia diajarkan untuk menghitung harga barang dan kembalian secara langsung.

“Misalnya, Bang Ucok ini diajarkan, kalau air mineral per botol seharga Rp6 ribu dan kita belanja dengan uang Rp20 ribu, kembalian yang harus diberikan berapa? Ini juga bagian dari belajar berhitung,” jelas Ena.

Fasilitas lengkap

TBI STPL juga menyediakan berbagai koleksi buku, termasuk yang menggunakan huruf braille bagi penyandang tunanetra. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan budaya membaca di semua kalangan, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Selain itu, taman baca ini juga berperan dalam melatih kepercayaan diri dan mengembangkan potensi setiap individu.

“Poin pertamanya memang taman baca, tetapi kami mengembangkannya ke berbagai aspek. Jadi taman baca ini berjalan, tetapi di dalamnya juga banyak kegiatan yang berfungsi sebagai rehabilitasi sosial bagi masyarakat, penyandang disabilitas, dan anak sekolah,” ujar Ena.

TBI STPL beroperasi setiap Senin hingga Jumat sejak pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB. Agar suasana belajar lebih kondusif, pengelola menerapkan aturan khusus, seperti larangan penggunaan gawai atau gadget bagi anak-anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi langsung antara peserta dan instruktur.

Berdasarkan data yang dikumpulkan pihak pengelola, setiap bulan sekitar 200 anak dan remaja mengunjungi taman baca ini. Jumlah ini terus bertambah seiring meningkatnya minat masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas yang tersedia.

Dengan hadirnya TBI STPL, Kemensos berharap dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan literasi serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua kalangan.

1,100 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *