apakabar.co.id, JAKARTA – Mantan Dirlantas Polda Metro Jaya Irjen Pol (Purn), Royke Lumowa menceritakan kisahnya saat bersepeda dari Jakarta ke Paris demi mendukung Indonesia di Olimpiade 2024.
Selain membutuhkan menghabiskan waktu 387 hari atau 1 tahun 21 hari untuk sampai di Paris, Royke juga melewati banyak tantangan unik hingga yang ekstrem.
Sebab, ia harus menempuh jarak 20.620,87 kilometer dan melintasi 44 negara dari 2 benua, Asia dan Eropa dengan mengusung misi “Cycling Anywhere to Save the Earth” lewat bersepeda.
Ke-44 negara yang dilewati Royke selama bersepeda ke Paris itu mulai dari Singapura, Thailand, China, Nepal, India, Pakistan, Iran, Tibet, Belanda, Spanyol, Denmark, Swiss, Belgia, Andorra, Liechtenstein, Italia, Spanyol, Inggris hingga finis di Prancis.
“Perjalanan bersepeda yang saya lakukan dari Jakarta hingga Paris akhirnya masuk finish di ibukota Perancis tersebut pada Senin, 29 Juli 2024 pukul 11.00 waktu setempat,” ucap Royke dalam pernyataan resminya, Senin (12/8).
Royke menyelesaikan petualangannya di Club France, Grande Halle de la Villette. Disana dia disambut Presiden Komite Olimpiade (NOC) Perancis David Lappartient yang juga Presiden Union Cycling International (UCI).
Dalam penyambutan tersebut juga hadir Duta Besar Indonesia untuk Prancis Mohamad Oemar, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari, Vice President NOC Prancis, Joseph Pierre Luc Tardif dan perwakilan dari federasi internasional cabang olahraga.
“Aksi bersepeda saya ini untuk ikut menyukseskan Olimpiade 2024 dan mendukung perjuangan atlet Indonesia di Olimpiade Paris yang mana akhirnya sukses merebut dua medali emas. Serta ikut menyukseskan kampanye Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2036,” ungkap Royke.
Namun, perjalanan Royke selama mengayuh sepeda lebih dari satu tahun ke Paris itu membutuhkan perjuangan ekstra keras.
Berangkat dimulai dari Monumen Nasional (Monas), Jakarta,pada 8 Juli 2023, mantan Kapolda Sulawesi Utara itu menemui beragam cobaan dan tantangan silih berganti di beberapa negara.
Rintangan yang dihadapi mulai dari gangguan suhu ekstrim, elevasi ekstrim, badai angin kencang, pencurian uang, bahkan pencurian sepeda, kesulitan memperpanjang visa Uni Eropa dan lainnya.
Pikiran Royke juga sempat terganggu saat sedang mengayuh sepeda di wilayah Thailand. Ia mendapat kabar istrinya harus menjalani operasi di Jakarta.
Untungnya setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, istri Royke tak perlu dioperasi. Perjalanan ke Paris pun bisa dilanjutkan, Royke tidak jadi pulang ke tanah air.
Setelah itu, Royke menemui beberapa wilayah yang cukup memberatkan saat mengayuh sepedanya ke Paris antara lain, Pakistan, Tibet, Italia, Latvia hingga Jerman.
Royke memilih Tibet sebagai medan terberat. Elevasinya mencapai 5.250 meter di atas permukaan laut (mdpl) sebanyak 3 gunung tentunya elevasi yang menguras tenaga, dimana kandungan oksigen pada ketinggian tersebut sangat tipis.
Kemudian di Pakistan, Royke harus mendapat pengawalan dari kepolisian setempat. Pasalnya provinsi yang dilewati sering terjadi serangan teroris. Di Pakistan, Royke juga merasakan badai gurun.
Rintangan berat lain adalah angin kencang di Yunani dan Jerman utara. Sepeda sempat melayang layang akibat tertiup angin. Badai salju dan dingin ekstrim di Latvia dan sekitarnya juga begitu merepotkan karena menyentuh angka minus 26 derajat celcius.
Dua sepeda yang dibawa Royke juga hilang dicuri saat berada di Roma, Italia. Kasus pencurian juga dialaminya di dua kali di Iran.
Pencurian uang tunai di kamar hotel di Kota Chalus, Iran serta pencurian barang-barang di dalam mobil saat parkir dengan memecahkan kaca jendela di Teheran.
Meski begitu, Royke mengatakan yang paling penting adalah menjaga kesehatan selama menjalani misinya, meski beberapa crew atau teman seperjuangan dalam penjelajahan ini satu per satu harus kembali ke Indonesia karena alasan kesehatan ataupun rindu rumah.
Namun, itu tak menyurutkan semangatnya untuk menuntaskan misi bersepeda ke Paris demi mendukung Indonesia di Olimpiade Paris 2024