Banner Iklan

Pengasuh Pesantren di Banjar Diduga Sodomi Santri: Modus Ritual

MR memberikan keistimewaan kepada para santri yang disodomi.

Tak ada lagi aktivitas di pesantren asuhan MR terduga pelaku sodomi santri. apakabar.co.id/Hendra Lianoor

apakabar.co.id, MARTAPURA – Seorang pengasuh pesantren di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, diduga menyodomi santrinya sendiri.

Jumlah korban pelecehan pelaku yang berinisial MR disebut-sebut mencapai belasan bahkan puluhan orang.

Kabarnya MR sudah menyerahkan diri ke Polres Banjar sejak Senin (13/1) tadi malam.

Kepala Humas Polres Banjar, AKP Suwarji, saat dikonfirmasi belum mau memberikan keterangan.

“Nanti kami kabari bila sudah siap dipublikasikan,” ujarnya, Selasa (14/1).

Namun, sumber media ini menyebut sampai siang tadi status MR masih sebatas saksi. Penyidik tengah melakukan pendalaman laporan lewat saksi-saksi.

Pantauan media ini, di lokasi kini tak ada lagi aktivitas di pesantren asuhan MR. Pintu-pintu terkunci. Tak terlihat seorang pun penjaga.

Menurut Fendi, seorang warga yang rumahnya selemparan batu dari pesantren, pemicunya adalah kabar asusila yang dilakukan oleh MR ke santri.

Sudah sejak Sabtu (11/1) tadi santrinya dibubarkan oleh pengawas.

“Ya gara-gara adanya isu itu. Awalnya saya tidak tahu isu itu, namun tiba-tiba bubar dan isunya menyebar,” ungkap pria paruh baya ini.

Kata dia, sejatinya pesantren ini cukup berkembang. Jumlah santri dan santriwatinya saja mencapai ratusan. Pesantren itu dibangun sejak 2013 dan mulai berfungsi tahun 2015.

Sosok MR

MR sejatinya merupakan warga pendatang. Fendi sendiri tidak akrab lantaran MR jarang bersosialisasi dengan warga sekitar.

“Agak tertutup dengan tetangga. Pas ada kematian saja tidak ada turun hadir melayat,” tuturnya.

Namun begitu, MR cukup dekat dengan ulama-ulama di Martapura. Tak jarang pada kegiatan-kegiatan keagamaan hadir di barisan depan. Sejajar dengan para ulama lainnya.

Salah satu santri AH (21) membenarkan adanya dugaan asusila. Karenanya, para santri sudah dibubarkan ke rumah masing-masing sejak Sabtu (11/1) lalu.

“Kami semua disuruh pulang, karena adanya isu itu,” ungkap AH yang kini sudah tidak mau lagi kembali ke pesantrennya itu.

Sejak sebulan belakang, kelakuan sang pimpinan ponpes sudah jadi bahan perbincangan di kalangan santri.

“Yang jadi korban santri yang berasal dari daerah jauh,” ungkapnya berdasar cerita temannya yang menjadi korban MR.

Modus Privilege

Ada juga yang menyebut jumlah korban MR mencapai puluhan. MR diduga melancarkan aksinya di dalam kamar pengasuh. Modusnya; minta pijat.

Sejurus kemudian ia, masih menurut sumber media ini, menawarkan ritual pembersihan nahas atau membuang sial.

Setelahnya, barulah aksi asusila terjadi.

@kabarinlah♬ Cinematik Menegangkan – Neng manis

“Santri yang jadi korban dapat kenyamanan (privilege) di dalam pondok meskipun melanggar aturan,” tutur santri ini.

“Jadi banyak yang memilih berhenti sekolah juga setelah jadi korban,” tuturnya lagi.

Atas arahan orang tuanya, AH kini memilih untuk pindah ke pondok pesantren lain.

Habis Izin

Kepala Seksi Pendidikan Diniyah & Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama Banjar, H Akmad Shaufie, menyayangkan kabar tak sedap ini.

Shaufie bilang bahwa pesantren ini sedianya sudah habis izin operasional sejak 2020 silam. Sampai hari ini, tidak ada lagi upaya perpanjangan oleh pengurusnya.

Meski diklaim sebagai pondok pesantren dan santrinya menginap di sana, namun sejatinya ini tidak termasuk kategori ponpes.

Melainkan madrasah diniyah takmiliyah, atau sekolah tambahan sore.

“Kami kemarin sudah mendatangi ke sana, tapi tidak dapat informasi apa-apa karena sudah tutup, santrinya bubar. Sehingga kami tidak mendapat informasi yang detil,” tutur Shaufie.

Namun begitu, berdasarkan pengawasan selama ini, pihaknya tak menemukan ada penyimpangan pada pesantren tersebut.

“Kami sangat menyayangkan adanya kabar seperti ini. Biasanya kami dapat memberi sanksi mencabut izin operasionalnya, tapi karena izinnya sudah habis, jadi tidak ada lagi yang dicabut. Semoga hal seperti ini tidak ada lagi terjadi ke depannya di Kabupaten Banjar,” tutupnya.

1,708 kali dilihat, 17 kunjungan hari ini
Editor: Fariz Fadillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *