Gelap Tragedi Muara Kate Tak Sampai DPR RI

Tiga bulan berlalu, tragedi Muara Kate masih saja gelap. Belum lagi pembunuh warga penolak hauling Russell (60) tertangkap, sudah muncul ancaman baru.

Sejumlah emak-emak ketika menghadapi pria yang mengaku perwakilan dari MCM. Foto: Ist

apakabar.co.id, JAKARTA – Tragedi pembunuhan warga penolak hauling di Muara Kate, Russell (60) rupanya tak sampai DPR RI. Konflik maut warga-truk batu bara sejak setahun belakangan tak pernah sekalipun dibahas di Komisi III.

“Tidak pernah,” kata sumber media ini di komisi yang membidangi urusan hukum tersebut, Jumat petang (21/2).

Analis kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mendorong Mabes Polri mengatensi penanganan kasus Muara Kate.

“DPR RI seharusnya sudah memanggil kapolri dan Kompolnas untuk dimintai pertanggungjawaban,” kata Rukminto, Jumat siang (21/2).

Sebelumnya, Kompolnas sudah mendatangi Muara Kate pada 23 Januari 2025 lalu. Sejumlah rekomendasi telah Kompolnas berikan. Itu berdasar hasil diskusi dengan keluarga korban.

Namun Kompolnas enggan membuka isi rekomendasi. Media ini diarahkan untuk bertanya langsung ke pemerintah daerah.

”Maaf sudah materi penyidikan,” kata Komisioner Kompolnas Irjen (Purn) Ida Oetari, Jumat petang (21/2).

Informasi dihimpun media ini, Kompolnas telah menyurati Polda Kaltim pada 27 Desember 2024. Yang dibalas oleh Polda dengan klarifikasi penanganan. Salah satunya mengenai minimnya petunjuk yang mengarah kepada pelaku sebagai kendala penyidikan.

Disebutkan, sebanyak 21 saksi dan 10 CCTV telah diperiksa. Pengerahan personel dan peralatan IT serta upaya penyidikan ilmiah telah dilakukan. Bahkan sampai Tabalong. Tetap tak ada petunjuk.

Sebagai tindaklanjut, polisi disebutkan juga akan memeriksa seorang tokoh adat dan ormas.

Ancaman baru

Tiga bulan berlalu, tragedi Muara Kate masih saja gelap. Belum lagi pembunuh warga penolak hauling Russell (60) tertangkap, sudah muncul ancaman baru.

“Kami mendengar mereka [MCM] akan menggunakan orang bayaran untuk mengintimidasi warga,” jelas seorang perwakilan warga Muara Komam sebut saja Leo, Jumat pagi (21/2).

Media ini sengaja menyamarkan nama Leo demi alasan keamanan. “Saya dengar MCM sekarang sudah terafiliasi dengan orang kuat di Kalimantan,” kata Leo.

Desas-desus akan adanya serangan baru ke warga penolak hauling seperti bukan pepesan kosong belaka.

Warga mendengar petinggi PT MCM (Mantimin Coal Mining) telah turun langsung ke Kalimantan Timur.

Turun tangannya bos MCM untuk mengupayakan agar armada batu bara tetap bisa menggunakan jalan negara.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kabarin Lah! (@kabarinlahh)

Benar saja, aktivitas hauling di atas jalan negara kembali berjalan selepas tragedi Muara Kate pada tiga bulan silam.

Sejak 16 Februari kemarin, di saat penjagaan warga melonggar, sejumlah truk dari Kalimantan Selatan masuk diam-diam ke Kalimantan Timur melalui Muara Kate.

“Mereka tak lagi konvoi, tapi jalan berpisah,” jelasnya.

Truk-truk ini lalu menuju Desa Rangan untuk mengantarkan batu bara diduga dari tambang milik PT MCM.

Rangan, sebuah desa yang juga dikenal sebagai habitat Bekantan ini menjadi sentra distribusi utama batu bara dari sisi selatan Bumi Etam.

Empat hari berselang 19 Februari, truk-truk bertenaga kuda (PS/100) lalu mendapat pengadangan di wilayah Batu Kajang. Truk ini bisa mengangkut sampai 10 ton batu bara.

Sekelompok emak-emak nekat melakukan pengadangan. Mereka berang. Sebab, kelas jalan di Batu Kajang hanya berkisar 8 ton saja. Sebuah truk pun berhasil mereka tahan.

“Ini [diduga] milik vendor petinggi desa,” kata Ana, salah satu ibu-ibu yang ikut memblokade truk.

Buntut pengadangan, subuh tadi 21 Februari, sekelompok orang mendatangi posko warga penolak hauling di Batu Kajang.

Sekitar pukul 04.00 subuh, lima orang turun dari mobil. Dua di antaranya dengan membawa parang berjalan menuju posko penjagaan warga.

 

@kabarinlah #CapCut ♬ Sound Berita Ngeri Ngeri Sedap – Musik Menyentuh Hati

Beruntung ketika itu satu dari dua warga yang tengah di posko masih dalam kondisi terjaga.

Muhammad (nama samaran), seorang warga yang tengah berjaga menduga kedatangan orang-orang ini untuk membebaskan truk yang ditahan warga.

“Informasinya, mereka orang ormas pendukung hauling,” kata Muhammad.

Dua hari sudah mereka tidak tidur karena tak tega dengan ibu-ibu yang ikut berjaga.

Walau dalam kondisi ngantuk, mereka begitu jelas melihat dua orang berparang ini. Sebab ketika itu jaraknya hanya berkisar 10 meter.

Namun kedua orang bersenjata tajam ini tidak berbicara sepatah katapun. “Yang jelas dari wajahnya tidak kenal,” aku perwakilan warga dari Muara Kate ini.

Setelah melihat warga di posko terbangun, keduanya urung mendekati posko.

“Kami pun tidak jadi tidur, berjaga sampai pagi,” jelas dia.

Muhammad lalu menghubungi seorang pendeta. Agar warga di Muara Kate kembali waspada.

“Kami sengaja tidak melapor,” kata Muhammad.

Warga pun meminta agar PT Mantimin mendatangi posko untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Kami akan terus tahan truk ini,” jelas dia seraya menjamin tidak akan ada pelanggaran hukum yang akan dilakukan warga.

Media ini sudah menghubungi perwakilan direksi PT MCM Andreas Purba. Tak ada respons. Kantor MCM di Cityloft Apartement Jakarta juga sudah didatangi. Tapi resepsionis bilang kantor ini sudah setahun belakangan tidak lagi ada aktivitas.

Sementara, Kapolres Paser AKBP Novy Adhi Wibowo belum menerima laporan soal kemunculan orang bersajam ini. Ia mengimbau masyarakat untuk melapor.

“Laporkan ke kami saat melihat. Foto dan rekam jika memungkinkan untuk memudahkan penyelidikan kami,” jelas Novy, Jumat sore.

Ada sederet alasan penolakan warga di Batu Kajang. Pertama, jalanan Batu Kajang sudah tak mendukung untuk dilintasi alat berat.

Sebagai contoh, sepanjang jalur dua di wilayah ini sudah rusak parah. Dipenuhi lubang-lubang menganga selutut orang dewasa. Ketika hujan lubang-lubang ini tak kasat mata.

Tak terhitung lagi jumlah warga yang mengalami kecelakaan di sini hingga patah tulang.

Yang kedua, mereka kuatir praktik yang melabrak Perda Kaltim Nomor 10/2012 ini memperparah kerusakan pada jembatan sekitar.

Sebagaimana diketahui, Kamis 26 Januari 2025 lalu sebuah jembatan di desa Busui sekitar 30 kilometer dari Muara Kate ambruk akibat lalu lalang truk.

“Jembatan yang ada sudah mau jebol, besi kerangkanya sudah terlihat,” jelasnya.

Mereka juga tak ingin konflik yang sampai memunculkan korban jiwa seperti di Muara Kate terulang di Batu Kajang.

“Kami ingin pembunuh Paman Russe segera ditangkap,” kata warga Batu Kajang, Ana.

Media ini sudah mencoba menghubungi kontak yang terhubung dengan Rudy Mas’ud. Namun belum ada respons dari sang gubernur Kalimantan Timur.

Harapan Warga Kate

Saat ini penjagaan kembali dilakukan warga di Muara Kate. Karenanya, sudah tak ada lagi kemunculan truk-truk hauling.

“Setelah kami jaga tadi malam tidak ada lagi yang melintas. Sebagian putar balik,” jelas Leo.

Minggu 26 Januari 2025, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) turun ke Muara Kate. Namun, kata Leo, tak ada dampak signifikan.

15 Februari 2025 lalu tepat tiga bulan kasus pembunuhan Russell terjadi. Pembunuhnya masih belum tertangkap. Sementara itu truk-truk batu bara tetap melintasi jalan negara.

“Harapan kami, yang menyuruh juga segera bisa ditangkap. Supaya warga bisa tenang,” jelas Leo.

Leo juga meminta polisi lebih proaktif menjaga keamanan masyarakat. “Kami hanya bisa bertahan, mas,” jelas Leo.

Ia juga meminta agar Komnas HAM dan wakil rakyat mereka di Senayan, DPR RI memberi perhatian khusus.

“Kaltim ini darurat tambang ilegal. Jangan datang ketika masa kampanye saja,” jelas Leo.

Sejumlah kontak anggota DPR RI telah media ini hubungi. Termasuk di antaranya mereka yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur, seperti Hetifah, Budisatrio Djiwandono hingga Syarifudin. Tak ada respons.

Soal Muara Kate, Kapolda Kaltim, Irjen Pol Nanang Avianto hanya merespons singkat pertanyaan media ini.

“Saya sudah perintahkan kapolres Paser untuk menangani hal tersebut,” jelas Nanang, Jumat tadi siang (21/2).

Indonesia Police Watch (IPW) memahami kesulitan polisi. Seperti tidak adanya CCTV, atau kesaksian yang mengarah ke ciri pelaku.

“Saya perhatikan alat buktinya masih lemah untuk menjerat siapa pelakunya. Termasuk adanya dugaan mengarah ke perusahaan,” kata Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso, Jumat siang.

Sugeng pun mendorong polisi untuk segera menemukan cara mengungkap dalang pembunuhan ini.

“Ini bukan soal keberpihakan atau apa, ini soal alat bukti,” jelas advokat satu ini.

2,040 kali dilihat, 2 kunjungan hari ini
Editor: Fahriadi Nur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *