Fulus di Balik Tragedi Muara Kate ke Ormas Penyokong Hauling MCM

Sejumlah ormas memetik pundi-pundi rupiah dari praktik hauling PT Mantimin Coal Mining (MCM) di atas jalan negara Kalsel-Kaltim. Fulus untuk memuluskan hauling.

Sampai hari ini siapa pelaku penyerangan ke posko warga penolak hauling yang menewaskan kakek Russell (kanan) dan membuat kritis Anson (kiri) belum juga terungkap. Foto: tangkapan layar/Youtube

PT Mantimin Coal Mining (MCM) diduga menyalahgunakan dana sosial (CSR). Untuk membungkam organisasi masyarakat (ormas) dan melanggengkan praktik kotor menyulap jalan negara sebagai lintasan batu bara (hauling) di Muara Kate, Paser, Kalimantan Timur. 

SUDAH setahun belakangan, praktik ugal-ugalan hauling oleh PT MCM memicu konflik sosial antar-warga. Sebagian menentang jalan nasional di dusun mereka jadi lintasan batu bara karena membahayakan keselamatan jiwa. Sebagian lain yang menjadikan hauling sumber mata pencaharian justru mendukung.

Konflik ini belakangan harus dibayar mahal. Tak hanya satu nyawa warga yang sudah melayang. Melabrak Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 10 tahun 2012, belum ada penindakan yang menyentuh sampai akar masalah.

Pada 1 September 2024, misalnya, Teddy seorang ustaz yang baru saja menikah tewas diduga ditabrak lari truk batu bara. Memasuki akhir Oktober 2024, giliran seorang pendeta bernama Veronika tewas setelah tertindih sebuah truk batu bara yang tak kuat menanjak.

Warga yang geram kemudian bergotong-royong membangun sebuah posko di perbatasan Kaltim, tepatnya di Muara Kate. Secara mandiri, mereka mencoba menghalau setiap truk yang datang dari Kalimantan Selatan.

@kabarinlah #CapCut ♬ Gang Life Anthem – Dutrex

Siang malam ratusan truk hilir-mudik di jalan nasional perbatasan Kalsel-Kaltim. Tujuan mereka cuma satu; Desa Rangan yang menjadi sentra pelabuhan batu bara di sisi selatan Bumi Etam, sebutan Kaltim.

Saking banyaknya lalu lalang truk, untuk sekadar menyeberangi jalan nasional yang selebar 5 meter saja warga harus ekstra hati-hati.

“Kalau mereka [truk batu bara] sudah konvoi, hampir gak ada putusnya truk lewat,” kata seorang warga Muara Kate, Leo, bukan nama sebenarnya saat dihubungi apakabar.co.id, Jumat (10/1).

Sehari-hari, memakai data warga setempat, bisa lebih 200-an truk merk Sacman, truk roda 10 Renault (100 unit), truk engkel Fuso roda enam (50 unit). Itu belum termasuk truk-truk kecil bertenaga kuda (pferdestärke atau PS) yang melintas. Warga memperkirakan jumlahnya bisa mencapai ratusan unit per hari.

“Setahunan ini siang malam mereka melintasi muka rumah kami,” jelasnya.

Puncak konflik, aksi penyerangan maut ke posko terjadi pada 15 November 2024. Di saat sejumlah warga sedang terlelap, sekelompok orang tak dikenal yang menumpangi mobil keluar menggunakan masker dan menyerang dengan senjata tajam.

Russel (60) tewas akibat luka tusuk di leher selebar 15×8 centimeter. Warga penolak hauling lainnya Anson (55) kritis akibat luka tusuk 8×5 centimeter juga di bagian leher.

Mereka seakan sudah tahu kelengahan warga dan jam waktu berjaga melonggar, serta tak ada jejak yang ditinggalkan sedikitpun.

Sampai detik ini, pelaku terlebih dalang penyerangan warga penolak hauling belum juga terungkap. Polisi masih kesulitan melakukan pelacakan.

“Kami terus melakukan penyelidikan,” kata Kapolda Kaltim, Inspektur Jenderal Polisi Nanang Avianto baru-baru ini kepada apakabar.co.id. Kembali dihubungi, Nanang tak merespons pertanyaan media ini mengenai perkembangan terbaru penyelidikan sampai saat ini.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sebenarnya juga telah turun mengatensi perkara tragedi Muara Kate. Mereka ikut memonitor setiap perkembangan, meski penyelidikan belum berbuah hasil signifikan.

“Polda Kaltim sudah berproses terus untuk ungkap,” kata Komisoner Kompolnas, Inspektur Jenderal (Purn) Ida Oetari dihubungi terpisah oleh apakabar.co.id, Kamis (9/1).

Sudah lewat sembilan bulan lamanya truk-truk batu bara dari PT MCM berseliweran di atas jalan negara. Kepolisian resor mengaku terkendala wewenang melakukan penindakan di atas jalan nasional.

Langkah yang mereka ambil pun sekadar normatif; membiarkan penindakan ada di tangan warga di Muara Kate. Polisi juga melihat hauling ini merupakan sumber pencaharian sebagian warga.

Faktor Fulus

Antrean truk di posko warga penolak hauling di Muara Kate. Foto: apakabar.co.id

Mulusnya praktik kotor hauling MCM di jalan negara ditengarai karena faktor fulus. Sejak praktik hauling berlangsung pada akhir 2023, sejumlah ormas ditengarai menikmati aliran dana dari PT MCM. Hasil wawancara media ini dengan masyarakat dan sejumlah pengurus ormas menemukan fakta jumlahnya mencapai sebanyak 62 ormas (Koreksi: sebelumnya disebut 63).

“Ini sudah menjadi rahasia umum,” kata seorang tokoh adat yang tahu betul penyaluran CSR di Paser kepada apakabar.co.id, Kamis (9/1).

Namun tidak semua mendukung terang-terangan praktik kotor PT MCM. Setidaknya ada delapan ormas yang paling menonjol memberikan dukungan. Mereka rata-rata berbasis di kecamatan yang dilintasi oleh hauling PT MCM. Mulai dari Muara Komam, Batu Sopang, hingga Kuaro.

Ormas-ormas tersebut tersebar mulai dari Gunung Halat hingga kota Paser di perbatasan Kalsel-Kaltim. Mulai dari ormas kedaerahan, kepemudaan, hingga nasionalis.

“Bahkan ada kecamatan lain [ormas] yang dapat CSR walau daerah mereka tak dilintasi truk batu bara,” sambungnya.

“Paling banyak ormas kedaerahan,” sambungnya.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh @apakabar_indonesiaa

Kecurigaan bahwa ormas-ormas ini terlibat praktik kotor MCM kian dirasakan warga Muara Kate. Misalnya saja, pada 15 November atau tepat di hari penyerangan yang menewaskan kakek Russell.

Sejumlah ormas penyokong MCM kedapatan menanggalkan atribut mereka. Di sebuah posko yang biasa diisi oleh ormas-ormas itu tak ada lagi bendera-bendera atau panji kebesaran organisasi mereka.

Anggota mereka juga tak lagi terlihat mengenakan seragam yang biasa mereka kenakan saat menggelar rapat-rapat. Tak cuma itu, mereka juga disebut-sebut sampai mengungsikan sejumlah keluarga.

“Mungkin ini karena mereka takut terjadi penyerangan balik ketika terjadi apa-apa di Muara Kate,” kata Leo, sumber media ini.

Sekadar tahu, posko ormas penyokong PT MCM itu berjarak 14 kilometer dari dusun Muara Kate. Didirikan setidaknya sejak Desember 2023.

“Di sinilah pusat koordinasi mereka, sudah lebih setahun,” sambung Leo.

Ormas-ormas yang menyokong PT MCM ini selanjutnya membentuk ormas gabungan. Jumlah ormas yang tergabung dalam induk ormas ini berjumlah tujuh ormas. Kabarnya, pembina mereka adalah seorang aparatur pemerintahan. Lewat induk ormas inilah kerja sama dengan PT MCM untuk memastikan kelancaran hingga keamanan armada-armada pengangkut emas hitam dari Kalsel terjalin.

“Mereka juga mencatut nama ormas TBBR,” jelasnya.

Tak cuma pusat koordinasi, para ormas penyokong PT MCM ini menjadikan posko di perbatasan Kalsel-Kaltim itu sebagai sarana untuk menghitung jumlah truk batu bara yang melintas. Truk-truk ini terdiri dari roda 10 muatan 30 ton, Fuso engkel roda 6 muatan 25 ton, dan truk kecil muatan 14 ton.

Tak main-main jumlahnya. “Bisa sampai 600 truk per harinya yang melintasi dusun kami,” kata Leo.

Guna memuluskan praktik hauling, ada sejumlah fee yang diterima ormas penyokong PT MCM. Jumlahnya, kata dia, Rp 7 ribu untuk tiap Fuso atau truk roda 10 yang berhasil melintas. Nominal lebih kecil Rp 5 ribu diterima untuk setiap truk PS bermuatan 14 ton.

Jika diakumulasikan, bisa Rp 130 juta per minggu yang mereka terima. “Iya yang kami dengar jumlahnya segitu,” kata Leo.

Seorang mantan aparatur pemerintahan setempat, kata dia, mengonfirmasi bahwa uang-uang ni semestinya diperuntukkan untuk sosial kemasyarakatan. Seperti memperbaiki musala, menyantuni yatim piatu, perbaikan jalan hingga membiayai pemakaman warga.

“Tapi nyatanya semua cuma di atas kertas. Yang ada uang masuk untuk pribadi,” jelasnya.

Dugaan Leo berdasarkan fakta lapangan. Bahwa kehidupan para pengurus ormas ini juga mencolok sejak menjadi penyokong MCM.

“Lihat saja mobilnya bagus-bagus,” jelasnya.

Diduga Beking

Jejeran truk pengangkut batu bara di kawasan Muara Komam.

Setelah kematian ustaz Teddy dan pendeta Veronika, warga di Muara Kate mendirikan posko. Tepatnya sekitar akhir Oktober 2024 lalu. Suatu hari, posko di Muara Kate ini dikunjungi ormas-ormas penyokong PT MCM. Mereka membawa sejumlah aparatur pemerintahan dan beberapa polisi (sebagai catatan Kasatreskrim Polres Paser AKP Helmi sudah membantah adanya dugaan beking pada praktik hauling).

Mereka berupaya melobi warga Muara Kate agar hauling PT MCM kembali dibiarkan melintas.

“Tapi kami tolak,” jelas Leo yang heran mengapa ormas-ormas ini segigih itu datang melobi warga.

Warga Muara Kate pun berharap pemerintah membuka mata terhadap kehadiran ormas-ormas penyokong PT MCM ini. Warga menuntut pemerintah mengevaluasi ormas-ormas yang diduga memiliki anggota fiktif itu.

“Harusnya ormas menjadi pelindung dan pengayom masyarakat, bukan justru berhadapan dengan kami,” sesal Leo, pria 45 tahun ini.

Kantor PT MCM di Cityloft Jakarta. apakabar.co.id/Fariz

apakabar.co.id sudah berupaya kembali menghubungi PT MCM. Pada 18 November 2024, jurnalis media ini sudah mendatangi kantor PT MCM di Jakarta tepatnya di apartemen Cityloft Sudirman. Namun hanya resepsionis apartemen yang bisa ditemui. Nomor kontak yang terhubung dengan Andreas Purba selaku direksi juga sudah dihubungi. Tak ada respons.

Terlepas dari itu semua, warga di Muara Kate yang masih berkabung atas kematian Russell mulai terhibur. Pasalnya, perjuangan mereka terus diapresiasi masyarakat luas. Buktinya bantuan ke posko terus mengalir. Ada yang berbentuk air minum, makanan kotakan, mie instan, kue-kuean, hingga uang.

“Penyumbang bilang bahwa mereka kini merasa aman karena tak ada lagi truk hauling di jalan,” pungkas Leo.

Respons Polisi

Warga mendirikan posko untuk menyetop aksi hauling truk batu bara dari Kalimantan Selatan usai menimbulkan rentetan korban jiwa. Sampai hari ini dukungan warga terus mengalir. Foto: Warta Linus

Sejumlah perwakilan ormas penyokong PT MCM menjadi terperiksa. Polisi ingin mendalami ada tidaknya keterlibatan ormas pada tragedi 15 November yang merenggut nyawa kakek Russell.

Tak hanya ormas. Polisi juga memeriksa perwakilan dari PT MCM. Termasuk penyedia jasa atau vendor angkutan batu bara perseroan itu. Mereka semua diperiksa lantaran merupakan pihak yang paling dirugikan atas aksi sweeping warga di Muara Kate.

“Iya benar, kami periksa,” kata Kasatreskrim Polres Paser AKP Helmi Saputro, Senin 6 Januari 2024.

Namun sampai hari ini, bukti belum ditemukan penyidik. Total sudah sebanyak 21 orang telah diperiksa.

“Mohon doa dan bantuannya semoga kasus ini segera terungkap,” ujar Helmi.

Pengakuan Ormas

Dua kali gelombang aksi massa menyasar kegubernur Kaltim tak juga mampu mendorong pengungkapan Tragedi Muara Kate. Foto via Beri.id

Sebanyak 62 ormas diduga menerima aliran dana dari PT MCM. Dana itu digunakan untuk ragam keperluan.

“Pokoknya banyak itu. Yang pernah saya hitung saja jumlahnya 62 ormas,” kata salah satu pengurus ormas yang turut kebagian jatah dari PT MCM kepada apakabar.co.id, Selasa 7 januari 2025.

Ormasnya memang mendapat CSR dari PT MCM. Namun, ia mengeklaim tak seperti ormas lain, dana digunakan untuk kegiatan sosial. Misalkan bantuan untuk warga yang terkena musibah, hingga memperbaiki jalan.

Seperti halnya ketika menjelang perhelatan Haul Guru Sekumpul pada 5 rajab tadi. Untuk membantu kenyamanan jemaah menuju Kabupaten Banjar yang menjadi lokasi acara di provinsi tetangga, mereka menimbun jalan-jalan yang rusak di seputaran Batu Kajang.

“Banyak yang mengatasnamakan ormas tapi sebenarnya sendirian aja. Bahkan SK-nya saja tidak valid,” jelas ketua sebuah ormas kedaerahan satu ini.

Setiap ormas mendapatkan jatah untuk setiap truk batu bara yang melintas di tiga kecamatan.

“Jatahnya Rp5 ribu/ton untuk ormas dan yang terkait,” kata dia tanpa menjelaskan siapa pihak terkait dimaksud.

Namun ia mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Ia kemudian menyebut pihak-pihak yang ada ‘di belakang’ PT MCM.

“Posisi kita hanya mengikuti alur. Tidak mungkin kami melawan arah,” jelasnya.

Apalagi praktik setoran ke ormas sudah menjadi tradisi yang mengakar. Bahkan, kata dia, sejak zaman PT TMJ.

“Bahkan tambang ilegal yang lewat juga memberi [jatah],” pungkasnya.

1,704 kali dilihat, 24 kunjungan hari ini
Editor: Fariz Fadillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *