Kisah Perjuangan Dua Pengajar di Samarinda demi Memajukan Pendidikan

Kisah Perjuangan Dua Pengajar di Samarinda demi Memajukan Pendidikan - apakabar.co.id
Kisah Perjuangan Dua Pengajar di Samarinda demi Memajukan Pendidikan. Foto: dok. PSF

apakabar.co.id, JAKARTA – Seorang guru atau pengajar menjadi ujung tombak dalam membangun generasi muda yang tidak hanya pintar, tapi juga berkarakter.

Ibarat paku yang sudah menancap kuat, setiap ilmu dan tindak-tanduk para guru yang diamalkan kepada murid-muridnya akan membentuk kualitas diri mereka di masa depan.

Begitu pula dengan kompetensi seorang guru yang harus diasah secara konsisten dengan mengikuti pelatihan. Tujuannya agar para murid mendapatkan akses pendidikan yang sama rata.

Oleh karena itu, tak jarang para guru melakukan berbagai upaya untuk memajukan kualitas pengajarannya untuk berkontribusi dalam kemajuan pendidikan.

Rachmad Syarif, seorang guru yang rela merantau ke Samarinda demi membentuk kualitas generasi muda yang berpendidikan bisa menjadi contoh bagi generasi muda.

Syarif sapaan akrabnya, mengajar sebagai guru bahasa Indonesia di SMPN 4 yang merupakan salah satu sekolah unggulan di kota Samarinda.

Mengajar di sekolah unggulan bukan berarti Syarif tidak menemui tantangan, apalagi berhadapan dengan ratusan remaja yang sedang giat-giatnya menggali potensi diri.

Keberagaman minat para murid inilah yang membuat Syarif harus mencari jalan tengah agar materi pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik tanpa menghalangi cara para siswa berekspresi.

Salah satu contohnya adalah murid Syarif yang sudah sering menjuarai turnamen sepak bola. Melalui minat muridnya terhadap sepak bola Syarif memasukkan banyak perumpamaan sepak bola saat menyampaikan pelajarannya.

Syarif pun berusaha memotivasi siswanya agar terus konsisten mengejar prestasi sesuai ketertarikan mereka. Ia berharap, cara semacam itu akan lebih mudah diterima dan dipahami.

Syarif tidak hanya membuat siswa-siswanya lebih semangat belajar, tetapi juga menjadikan guru sebagai sosok yang kehadirannya selalu dinanti.

Sosok berikutnya adalah Sotinsia Desi. Datang jauh dari pusat kota ke ke sisi utara Samarinda, tepatnya di Lempake, Desi memiliki tekat kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan generasi muda.

Ia meninggalkan zona nyaman setelah lebih dari sepuluh tahun mengenyam karier sebagai guru. Di SDN 007 Lempake, Samarinda Utara, Desi tunjuk sebagai kepala sekolah.

Desi menerima amanah itu, untuk terus menghidupkan denyut pendidikan di dalam ruang-ruang kelas yang sangat sederhana di sekolah yang dibangun sejak tahun 1970-an tersebut.

Menjadi kepala sekolah di usia muda membuat Desi juga berhadapan dengan rekan guru dengan rentang usia beragam, termasuk yang lebih senior.

Hal ini membuat Desi harus berusaha keras melakukan pendekatan agar rekan-rekannya dapat lebih membuka diri untuk metode pengajaran yang lebih sesuai dengan generasi saat ini.

Desi pun menghadapi berbagai tantangan selama menjadi kepala sekolah, mulai dari beradaptasi dengan budaya yang berlaku di sekolah, metode belajar mengajar yang masih berporos pada guru, hingga partisipasi murid di kelas.

Oleh karena itu, Desi bertekad untuk menghadirkan solusi pengelolaan sekolah di setiap situasi yang mereka hadapi, terlepas dari kondisi fisik dan lokasi sekolah.

Dari masing-masing tantangan yang mereka hadapi, Syarif dan Desi sama-sama mengemban tanggung jawab besar terhadap kelangsungan pendidikan di sekolah.

Lebih jauh lagi, peran mereka diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas sektor pendidikan yang menjadi prioritas utama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda.

Melihat kedekatan Samarinda drngan IKN Nusantara pengembangan kompetensi guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas para guru berkualitas di wilayah tersebut.

Berangkat dari keinginan membangun kulitas pendidikan yang lebih baik di Samarinda, Syarif dan Desi tidak hanya aktif di komunitas guru, tetapi juga dalam program Ekosistem Pendidik Profesional (EPP).

EPP merupakan kolaborasi antara Putera Sampoerna Foundation melalui inisiatif School Development Outreach dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) yang berlangsung sejak tahun 2022.

Program EPP telah melatih 30 peserta guru terpilih secara intensif untuk menjadi Fasilitator Kota di wilayah Samarinda. Fasilitator Kota akan berperan sebagai roda perubahan dalam penyelenggaraan pelatihan di Samarinda sesuai dengan kebutuhan guru sekitar.

Peserta EPP diberikan pelatihan mengenai Kurikulum Merdeka dengan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan di kelas. Serta, pelatihan lainnya yang menunjang peningkatan profesionalisme para guru.

Sebagai institusi bisnis sosial yang telah berkomitmen untuk membantu meningkatkan pendidikan Indonesia selama lebih dari 20 tahun.

PSF-SDO bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) mengupayakan pemerataan akses pendidikan di Samarinda yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota

Program EPP dibangun atas dasar inisiasibahwa pengembangan kompetensi guru dapat memperluas akses pendidikan dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

Program EPP diharapkan menjawab tantangan terhadap peningkatan kompetensi guru.

Syarif dan Desi menjadi dua dari 30 guru terpilih dari jenjang TK, SD dan SMP dalam program EPP yang mendapatkan pembekalan menyeluruh sebagai persiapan Fasilitator Kota di Samarinda.

Selain mendapat pemaparan teori dan praktik yang berlangsung selama lima hari terkait metode belajar mengajar, para Fasilitator Kota juga mendapatkan pendampingan penuh oleh PSF-SDO.

Pendampingan dilakukan dari awal pelatihan hingga penerapan di sekolah masing-masing selama dua tahun ke depan.

“Pelatihan guru di EPP oleh PSF sangat terstruktur sejak awal. Begitu kami dinyatakan lulus seleksi berkas dan wawancara, ada observasi lebih lanjut ke sekolah untuk dilihat kompetensi awalnya,” ujar Desi.

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan focused group discussion guna membahas hal-hal yang dibutuhkan oleh seorang guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Samarinda.

Program EPP tidak hanya menawarkan program pelatihan bagi peserta, tetapi juga menyesuaikan dengan kebutuhan setiap guru yang terlibat dengan program tersebut.

“Saat pelatihan berlangsung, EPP memang mengakomodasi hal-hal yang kami sampaikan pada saat focus group discussion tersebut,” Kata Desi.

Setelah mendapatkan pembekalan dan menjadi Fasilitator Kota dari program EPP, satu per satu tantangan yang Syarif dan Desi hadapi, mulai terjawab.

Setelah Syarif mengikuti EPP dan menjadi Fasilitator Kota, murid-murid menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Syarif tidak hanya lebih banyak melibatkan para siswa saat belajar di kelas, tetapi juga mendukung mereka untuk mencari pengetahuan sesuai dengan minat.

Faktor yang mengukur prestasi para siswa tidak hanya nilai akademik, tetapi juga penilaian dari teman-teman sebaya. Sehingga selain rapor akademik ada jurnal deskriptif yang menentukan kesiapan belajar siswa.

Apabila ada siswa yang memiliki nilai bagus, biasanya Syarif memberikan tantangan kepada siswa tersebut untuk mengajar teman-temannya.

Alhasil minat belajar siswa meningkat dengan banyaknya aktivitas fisik dan kelas yang berlangsung interaktif, sehingga para siswa lebih aktif bertanya dan berbagi cara memaparkan pelajaran.

Nilai-nilai yang mereka peroleh juga mengalami peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya.

“Saya telah mengikuti banyak pelatihan guru, tetapi baru pelatihan EPP dari PSF inilah saya dan rekan-rekan guru lainnya tidak hanya diberikan pemaparan teoretis, tetapi juga praktik,” ujar Syarif.

Setiap materi yang diajarkan dibuat dalam bentuk cooperative learning . Hal itu bisa membantu para guru untuk lebih senang belajar.

“Diferensiasi yang membantu para siswa belajar sesuai minat masing-masing, dan asesmen menyeluruh yang menilai para siswa tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga pembentukan karakter,” jelas Syarif.

Metode-metode itu bisa membuat setiap guru yang ikut berpastisipasi lebih berprestasi, dalam arti kehadirannya ditunggu-tunggu oleh para muridnya saat mengajar.

Keikutsertaan Desi dalam program EPP juga membawa dampak positif di sekolah. Desi melakukan diseminasi kepada para guru di sekolah agar lebih mudah menyampaikan materi belajar di kelas.

Para guru pun mulai menyambut baik kebiasaan baru mereka selama mengajar para siswa dengan metode diferensiasi. Sehingga para guru juga lebih aktif berdiskusi santai dengan Desi terkait kegiatan belajar mengajar.

Selain membawa perubahan positif di masing-masing sekolah, Syarif dan Desi juga melaksanakan perannya sebagai Fasilitator Kota.

Pada 23-25 Mei 2023 lalu, mereka bersama para Fasilitator Kota lainnya menyebarluaskan pemaparan dari PSF-SDO melalui kegiatan Educators Sharing Network kepada 450 guru TK, SD, dan SMA di SMAN 1 Samarinda.

Terlaksananya Educators Sharing Network pada program EPP di Kota Samarinda, diharapkan dapat berdampak dalam meningkatkan pengetahuan. Serta, pemahaman guru mengenai metode pembelajaran yang beragam sehingga meningkatkan minat belajar siswa.

Pengalaman keduanya dalam program EPP serta kegiatan Educators Sharing Network menjadi komitmen PSF dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui kemitraan bersama PT SMI.

Pengalaman dan rekam jejak PSF selama lebih dari dua dekade mengukuhkan PSF sebagai mitra yang terpercaya bagi berbagai pihak dalam setiap program kerjasama.

Untuk ke depannya, PSF melalui SDO selalu menyambut baik inisiatif pihak yang sama-sama memiliki kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia dalam berbagai program kolaborasi yang bertujuan memperluas pemerataan akses pendidikan.

Head of Program & Development, Putera Sampoerna Foundation – School Development Outreach, Juliana turut mendukung program tersebut.

Menurutnya Pelaksanaan Educators Sharing Network membuktikan bahwa kolaborasi antara PSF-SDO dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) menjadi langkah besar untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Terutama dengan peningkatan kualitas kompetensi guru yang terdapat di Samarinda.

“Melalui EPP, kami pun percaya bahwa Samarinda memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk memberikan kontribusi pada kualitas pendidikan di daerahnya dan akan terus menyebar luas,” ujarnya.

Program PSF-SDO sendiri sangat terbuka dalam menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang memiliki kepedulian yang sama terhadap dunia pendidikan

“Tujuannya agar bersama-sama memperluas pemerataan akses pendidikan melalui berbagai program kolaborasi,” pungkasnya.

22 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Denny Firmansyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *