AS Cabut Mandat EV, Empat Dampak Mengintai RI

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Foto: Bloomberg

apakabar.co.id, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan kebijakan mencabut mandat penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di negaranya terhadap ekosistem pengembangan EV di Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menerangkan kebijakan tersebut akan memberikan empat dampak bagi Republik Indonesia (RI). Di antaranya seperti semakin menurunnya permintaan mineral kritis untuk bahan baku baterai kendaraan listrik dan berpalingnya minat investor asal AS.

“Termasuk pembiayaan internasional berpotensi macet dan hilirisasi nikel di Indonesia akan didominasi oleh perusahaan asal China,” katanya di Jakarta, Selasa (28/1).

Bhima menerangkan turunnya permintaan mineral kritis di dunia, secara langsung membuat harga seperti nikel, tembaga, timah, dan bauksit yang merupakan bahan baku EV akan turun drastis.

Baca juga: Rentokil Gunakan 11 Unit Mitsubishi L100 EV untuk Mobil Operasional

Ia mencontohkan, saat ini saja harga referensi nikel di pasar internasional anjlok 3,7 persen secara year on year. Begitu pun kobalt yang mengalami penurunan 16,6 persen di periode yang sama.

“Diperkirakan dampak ke penurunan harga dalam dua bulan ke depan memicu perubahan rencana bisnis perusahaan EV di AS sehingga berisiko ke perubahan kontrak pasokan bahan baku,” katanya.

Tak hanya itu, investasi perusahaan AS, khususnya di smelter nikel hingga pabrik baterai semakin kecil prospeknya. Padahal sebelumnya kebijakan Inflation Reduction Act (IRA) memberi harapan adanya investor asal AS yang membawa perubahan pada tata kelola hilirisasi tambang di Indonesia.

“Pembiayaan internasional dalam kerangka transisi energi dan elektrifikasi sektor transportasi AS ke Indonesia juga akan menurun bahkan macet,” katanya.

Baca juga: All New Mazda CX-80 Mengaspal di Indonesia, Dibekali Teknologi PHEV

Dalam Just Energy Transition Partnership (JETP), kata Bhima, ada peran dekarbonisasi industri mineral, dan mendorong komponen EV domestik. Sehingga apabila AS sudah mencabut mandat kendaraan listrik hingga Kesepakatan Paris, akan membuat kemitraan terkait transisi energi tidak bisa diharapkan.

Dampak selanjutnya, yakni hilirisasi nikel di Indonesia akan didominasi oleh perusahaan asal China. Situasi ekonomi China saat ini sedang mengalami pelambatan, sehingga berimbas ke harga nikel olahan terutama bahan baku stainless steel yang diproduksi Indonesia.

“Kinerja ekspor nikel olahan tahun ini diproyeksi makin terpuruk dan berimbas juga ke penurunan surplus neraca dagang,” pungkasnya.

22 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *