apakabar.co.id, JAKARTA – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan fenomena bandara di Indonesia kosong karena disebabkan sejumlah faktor. Pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama.
Di sisi lain, kondisi tersebut juga diperparah dengan penurunan secara drastis populasi pesawat di dunia. Inilah menjadi penyebab pabrikan pesawat tidak beroperasi dengan baik.
“Yang kedua sparepart yang tadinya diandalkan itu collapse pada saat Covid-19, bahkan sebagian sparepart itu dari Uni Soviet dan Ukraina, tidak didelivery,” ujarnya di Jakarta dikutip, Rabu (2/10).
Baca juga: Menhub Bongkar Penyebab Mahalnya Tiket Pesawat
Baca juga: BREAKING! Kapten Philip Tiba di Bandara Halim
Kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah penerbangan di Indonesia terhenti. Karena itu, ia menegaskan mengenai pentingnya keselamatan menjadi alasan utama mengapa penerbangan tidak bisa dijalankan jika suku cadang tidak tersedia.
“Sehingga penerbangan kita yang ada di Indonesia bahkan banyak yang tidak beroperasi, ada tongkrongannya, ndak bisa berjalan. Karena sparepart-nya nggak ada. Dan safety-nya tinggi sekali sehingga kita tidak bisa menjalankan itu,” tuturnya.
Tak hanya dua hal itu, daya beli masyarakat yang menurun berimbas kepada kemampuan masyarakat untuk menggunakan layanan penerbangan juga menurun.
Dalam beberapa kasus, kata Budi, tarif penerbangan harus mencapai batas atas agar leasing dan biaya avtur dapat dibayar.
Baca juga: CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Bandara Prancis
Budi menerangkan penerbangan bandara yang dilakukan sejak 2014 sesuai arahan dari Presiden Joko Widodo yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan moda transportasi udara di berbagai daerah di Indonesia.
Saat pembangunan bandara dilakukan, jumlah pesawat sempat mendekati 700 unit, tetapi setelah pandemi, jumlah tersebut merosot tajam menjadi sekitar 300 unit.
Saat ini, kata Budi, jumlah pesawat yang beroperasi hanya sekitar 420 unit, dan jumlah ini stagnan tanpa ada peningkatan yang signifikan.
“Pada saat itu bandara kita bangun, pesawat itu udah mendekati 700, tetapi apa yang terjadi pada saat setelah pandemi Covid-19? pesawat itu merangkak jadi 300, sekarang ini kira-kira (tersisa) 420. Itu pun stagnan, nggak bisa naik-naik,” pungkasnya.