apakabar.co.id, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong hilirisasi nikel ke tahap lanjutan, yakni pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar.
Wakil Ketua Komite Hilirisasi Mineral dan Batu bara Kadin Indonesia, Djoko Widayatno menerangkan transportasi merupakan masa depan yang harus ditopang oleh industri yang berkelanjutan.
Nikel kita harus menjadi tulang punggung transisi energi hijau, bukan sekadar komoditas ekspor jangka pendek,” kata Djoko dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (28/6).
Baca juga: Kadin: Kepastian Hukum Kunci Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Saat ini, Indonesia mulai membangun ekosistem industri baterai EV secara terintegrasi, dari produksi prekursor hingga perakitan sel baterai dan kendaraan listrik.
Proyek-proyek besar seperti pembangunan pabrik baterai di Karawang dan Morowali diyakini menjadi wujud dari komitmen menciptakan rantai pasok domestik yang kompetitif di pasar global.
Jika berhasil diakselerasi, pengembangan ekosistem ini diproyeksikan menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar.
Sebagai pembanding, China, yang membangun rantai pasok EV sejak dekade lalu, pada 2023 mencatat kontribusi industri EV dan baterai mencapai lebih dari 150 miliar dolar AS dan menjadikan negara tersebut sebagai eksportir utama kendaraan listrik dunia.
Baca juga: Saran Kadin ke Pemerintah: Perluas Insentif Kewirausahaan Sosial
Djoko melanjutkan, Indonesia harus belajar dari keberhasilan China dalam mengembangkan industri baterai EV sebagai bukti potensi ekonomi besar dari hilirisasi lanjutan.
Di mana, saat ini China menguasai sekitar 60 persen produksi EV global dan 80 persen pasar baterai dunia, serta menjadi pusat teknologi dan rantai pasok kendaraan listrik terbesar secara global.
“Untuk itu, kami mendorong pemerintah memperkuat tata kelola lingkungan, memperluas pelatihan SDM lokal, serta mendorong transfer teknologi agar industri hilir nikel memberikan manfaat maksimal bagi Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Kadin Minta Hati-Hati Hadapi Kebijakan Tarif AS-China
Dia juga mendorong penggunaan teknologi bersih seperti High Pressure Acid Leach (HPAL) dan penerapan standar Environment, Social, and Governance (ESG) di seluruh rantai pasok.
Djoko menekankan pentingnya mengarahkan nikel kelas satu (high grade) untuk produk baterai EV, bukan hanya stainless steel guna memaksimalkan potensi nikel dalam transisi energi dan mendukung target Net Zero Emissions (NZE) 2060.
“Indonesia sudah mencetak capaian strategis dalam hilirisasi nikel. Namun, agar proses ini benar-benar berkelanjutan dan inklusif, perlu diperkuat dengan tata kelola yang baik dan pembangunan ekosistem industri yang komprehensif,” pungkasnya.