1446
1446

Terendah Sejak Pandemi, Situasi Geopolitik Bikin Rupiah Keok

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Foto: Antara

apakabar.co.id, JAKARTA – Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia mencatat eskalasi geopolitik di Timur Tengah membuat rupiah mengalami depresiasi yang cukup tajam terhitung sejak Maret 2024. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) semakin terpukul.

Sejak 28 Maret 2024, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan ke Rp15.873/USD. Kondisi tersebut diperparah pada 19 April 2024, nilai tukar rupiah semakin melemah ke Rp16.285/USD.

“Ini level terendah sejak pandemi Covid-19 pada 2020. Kemudian Rabu kemarin (24/4) ditutup ke Rp16.150/USD,” ujar Direktur Riset Layanan Keuangan CORE Indonesia, Etikah Karyani dalam diskusi Tantangan Ekonomi di Tengah Transisi Pemerintahan yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis (25/4).

Selain faktor geopolitik, kata Etikah, juga dipengaruhi oleh sikap The Fed yang masih terus menunda turunnya suku bunga dalam waktu lama. Hal ini diproyeksikan akan bertahan hingga Q3-2024.

“Sikap tersebut berkaca pada kondisi inflasi AS yang masih belum menurun,” paparnya.

Etikah menilai bila The Fed melunak, maka ada harapan rupiah mengalami penguatan. Ini dikarenakan akan ada dana asing yang akan mengalir ke pasar keuangan Indonesia.

Kalau The Fed masih keras, ujar Etikah, maka perekonomian global berpotensi rawan karena suku bunga masih bisa bertahan tinggi. Kondisi tersebut membuat ongkos pinjaman menjadi mahal.

“Cadang devisa sebagai amunisi untuk mengendalikan nilai tukar rupiah, pengganti tingkat suku bunga. Namun cadangan devisi cenderung menurun,” jelasnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia terus mengalami penurunan. Terhitung sejak Januari 2024 cadangan devisi sebesar 145 miliar USD. Kondisi tersebut terus mengalami penyusutan di bulan berikutnya pada Februari 2024 sebesar 144 miliar USD dan Maret 2024 sebesar 140 miliar USD.

“Cadangan devisa ini seharusnya dijaga karena di akhir 2025 nanti pemerintah membidik cadangan devisa 149-153 miliar USD,” pungkasnya.

8 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *