Kelompok Umur 5 – 11 Tahun Rentan DBD, Cegah dengan Penerapan 3M

kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) terus meningkat di Indonesia. Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di seluruh Indonesia jumlah kasus DBD hingga minggu ke 27 mencapai 154.082. Dari seluruh kasus tersebut, 916 di antaranya mengakibatkan kematian. Foto: Istimewa untuk apakabar.co.id

apakabar.co.id, JAKARTA – Dokter spesialis anak RS UNS, dokter Debby Andina Landiasari mengungkapkan faktor lingkungan sekitar serta daya tahan tubuh yang masih belum kuat, mengakibatkan kelompok anak-anak rentan terkena Demam Berdarah Dengue (DBD).

“Karena memang daya tahan tubuh anak masih belum sekuat orang dewasa dan anak-anak cenderung sering berada di dalam ruangan. Nyamuk Aedes aegypti yang menjadi pembawa virus dengue sering berada di dalam ruangan terutama ruangan yang gelap dan lembab,” jelas Debby dalam keterangannya, Sabtu (20/7).

Bagi anak yang sudah lebih besar, biasanya dapat terjangkit DBD saat bermain di lingkungan sekolah atau di taman. Hal itu dimungkinkan karena nyamuk Aedes aegypti dapat terbang sejauh 200-meter dan menggigit anak-anak di cakupan lingkungan tersebut.

Dalam rangka menekan angka kasus DBD, masyarakat diminta lebih waspada terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Indonesia mencatat 154.082 kasus DBD dalam kurun periode 1 Januari hingga minggu ke 27 di tahun 2024. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemkes) dr. Imran Pambudi menyampaikan bahwa angka tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada 2023.

Dari seluruh kasus hingga minggu ke 27 tersebut, 916 di antaranya mengakibatkan kematian. Selain itu, Kota Bandung tercatat menjadi kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak nasional, yakni mencapai 5.489 kasus. Selanjutnya, Kabupaten Tangerang menduduki posisi kedua yaitu dengan total 3.400 kasus.

Terkait kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok umur 5 hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan. Penerapan 3M merupakan aksi pencegahan DBD yang paling efektif.

Penerapan 3 M meliputi, menguras yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Kemudian menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya. Berikutnya, mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat kembang biak nyamuk.

MY BABY sebagai merek kepercayaan para ibu selama hampir 40 tahun turut mengambil peran melalui kampanye Gerakan Indonesia Berantas Nyamuk. Dalam aksinya, mereka mengajak ribuan keluarga melakukan penerapan 3M disertai pengasapan (fogging) dan pemberian bubuk larvasida.

Managing Director Brand Investment & Consumer Engagement MY BABY Winny Yunitawati menjelaskan risiko kematian yang ditimbulkan penyakit DBD merupakan hal serius yang bisa dicegah. Untuk itu, mereka berinisiatif meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya langkah pencegahan dan berkontribusi nyata untuk menekan angka kasus DBD.

Selain itu, sebagai merek minyak telon di Indonesia, perusahaan berkomitmen menemani keluarga dalam memberi perlindungan optimal dari gigtan nyamuk dengan penerapan 3M dan menghadirkan produk berkualitas yang mampu mencegah gigitan nyamuk hingga 12 jam.

“Minyak telon dengan formula paduan bahan alam Eucalytpus, Lavender, Citronella, Chamomile, Anise Oil, dan Cajuput Oil, tidak hanya memberikan rasa hangat dan nyaman pada tubuh bayi dan meredakan perut kembung saja, tapi sudah teruji memberi perlindungan dari gigitan nyamuk dan serangga hingga 12 jam,” ujarnya.

Gerakan Indonesia Berantas Nyamuk merupakan aksi kolaborasi bersama masyarakat dalam pencegahan DBD. “Mari lindungi keluarga kita dengan menerapkan 3M Plus secara disiplin bersama MY BABY”, tutup Winny.

344 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Fahriadi Nur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *