apakabar.co.id, JAKARTA – Sebanyak 15 musisi dan band asal Indonesia berkumpul di Bali pekan lalu. Mereka menyatakan komitmennya untuk menyuarakan isu krisis iklim lewat karya musik.
Salah satu penggagas IKLIM, I Gede Robi dari band Navicula menjelaskan kehadiran para musisi tersebut untuk mengikuti kegiatan lokakarya bertajuk ‘Aktivisme Musik dan Lingkungan’ yang diadakan oleh The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab (IKLIM ).
“Selama 5 hari, mereka berpartisipasi dalam sesi interaktif bersama organisasi dan pakar lingkungan serta musisi yang tergabung di inisiatif IKLIM sejak tahun sebelumnya,” ujar Robi dalam keterangannya di Ubud Bali, Kamis (4/7).
Menurut Robi, inisiatif IKLIM pertama kali digagas pada tahun 2023 dengan melibatkan 13 musisi, seperti Iga Massardi, Endah N Rhesa, Navicula, dan Tuantigabelas. Pada tahun itu, para musisi merilis album kompilasi bertajuk ‘Sonic/Panic’ sebagai cara kreatif untuk menyebarkan pesan kesadaran lingkungan kepada masyarakat.
“Musisi memiliki tugas untuk menciptakan lagu yang dapat membentuk opini publik sehingga isu ini menjadi skala prioritas perbincangan di masyarakat,” katanya.
Jika semakin banyak dibicarakan, ujar Robi, maka akan terbentuk kebijakan atau regulasi yang mendukung. “Sinergi kita melalui musik ini bertujuan untuk membentuk opini publik, terutama mengenai krisis iklim,” terangnya.
Lebih jauh Robi mengutarakan, upaya kolektif yang konsisten sangat diperlukan. Dengan demikian semakin banyak musisi terlibat dalam menyuarakan isu lingkungan akan memberikan dampak yang luas.
Vania Marisca dari duo Wake Up Iris mengungkapkan rasa gembiranya bisa terlibat dalam IKLIM tahun ini. Termasuk mengikuti lokakarya yang ditawarkan panitia.
“Di lokakarya ini, kita dipaparkan dari bermacam-macam hal. Sebagai musisi kami melihatnya sebagai kesempatan untuk mengolah data itu dengan cara kreatif agar tersampaikan ke khalayak lebih luas,” katanya.
Lokakarya ini ditutup dengan aktivitas penanaman pohon di area Gianyar sebagai bentuk tanggung jawab musisi terhadap emisi karbon yang dihasilkan untuk menghadiri dan selama beraktivitas di Bali.
Selanjutnya, seluruh musisi yang terlibat di lokakarya akan menciptakan karya musik dengan pesan kesadaran lingkungan dan krisis iklim. Hasil kolaborasi tersebut rencananya diluncurkan pada penghujung tahun 2024.