Forum Surya: Kolaborasi Lintas Sektor Menuju Ketahanan Energi Nasional

ZONAEBT berhasil menyelenggarakan 'Forum Surya' sebuah diskusi daring lintas sektor yang digelar pada Selasa (29/4). Dengan mengangkat tema, “Mewujudkan Ketahanan Energi Indonesia Nasional yang Berkelanjutan”, acara ini menghadirkan pakar energi surya, praktisi, serta perwakilan pemerintah untuk membahas strategi percepatan transisi menuju energi bersih di Indonesia, khususnya dalam pemanfaatan panel surya. Foto: Zona EBT

apakabar.co.id, JAKARTAZONAEBT sukses menggelar Forum Surya, sebuah diskusi daring lintas sektor yang diselenggarakan pada Selasa (29/4), dengan tema ‘Mewujudkan Ketahanan Energi Nasional yang Berkelanjutan’. Acara itu menghadirkan para pakar energi surya, praktisi industri, dan perwakilan pemerintah untuk membahas percepatan transisi menuju energi bersih, khususnya melalui pemanfaatan panel surya.

Forum ini menjadi wadah strategis untuk bertukar gagasan mengenai tantangan, peluang, dan strategi pengembangan energi surya di Indonesia. Tidak hanya membahas aspek teknis, diskusi juga menyentuh soal kebijakan, skema investasi berkelanjutan, dan inovasi teknologi.

Dengan menghadirkan berbagai perspektif, forum ini diharapkan mampu menghasilkan solusi konkret bagi percepatan transisi energi nasional.

Forum dibuka dengan sambutan dari Bhakti Nuryadin, perwakilan dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM. Ia menegaskan bahwa energi surya memiliki potensi terbesar di Indonesia, yakni 3.294 GW, namun realisasinya masih di angka 675 MW. Menurutnya, tantangan terbesar bukanlah teknologi, melainkan kolaborasi antar pihak.

“Tanpa kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, transisi energi hanya akan menjadi mimpi,” ujar Bhakti.

Diskusi sesi pertama yang dimoderatori oleh Michael Suryaprawira dari Purnomo Yusgiantoro Center, mengangkat tema kebijakan energi surya. Narasumber seperti Alvin Putra, Haidar Ahmad Daffa, dan M. Firmansyah menyoroti pentingnya regulasi yang stabil, dukungan PLN, dan keterlibatan swasta.

Alvin menjelaskan bahwa sistem ketenagalistrikan Indonesia masih didominasi oleh PLN. Namun, dengan model kemitraan publik-swasta (public private partnership), sektor swasta dapat mengambil peran penting dalam pengembangan PLTS. Haidar menambahkan bahwa pembelajaran dari negara lain dan peningkatan pemahaman publik menjadi kunci sukses implementasi energi surya.

Sesi kedua forum membahas peluang dan tantangan bisnis energi surya di tahun 2025. Dihadiri praktisi seperti Ridwan Kurnia (PT SEI), Anggita Pradipta (SUN Energy), dan Zidny Ilman (Suryanesia). Diskusi ini dipandu oleh Andhita Mustikaningtyas dari BTI Energy.

Para pembicara sepakat bahwa permintaan terhadap energi surya meningkat, khususnya dari sektor UKM. Meski peluangnya besar, tantangan tetap ada, terutama terkait kualitas teknologi, SDM, pembiayaan, dan edukasi pasar. Ridwan menekankan pentingnya ekosistem yang saling mendukung agar industri energi surya dapat tumbuh secara berkelanjutan.

Forum ini juga menghadirkan Satrio Yudho dari Institut Teknologi PLN yang memaparkan berbagai inovasi panel surya hasil riset kampus. Inovasi tersebut diharapkan dapat mendukung kemajuan teknologi energi surya dalam negeri.

Sebagai pelopor edukasi energi terbarukan, ZONAEBT terus mendorong partisipasi aktif masyarakat, swasta, dan pemerintah. Forum Surya menjadi bukti komitmen ZONAEBT dalam membangun dialog lintas sektor, memperkuat kolaborasi, dan mempercepat pemanfaatan energi surya di Indonesia.

“Transisi energi bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kolaborasi, kesetaraan, dan masa depan bersama,” kata I Kadek Alamsta Suarjuniarta, CEO & Founder ZONAEBT.

Forum Surya diharapkan menjadi titik awal lahirnya inisiatif-inisiatif baru yang membawa Indonesia lebih dekat pada masa depan energi yang bersih, adil, dan berkelanjutan.

Adapun energi surya merupakan kunci utama untuk mencapai target emisi nol persen (net zero emission) pada tahun 2060. Selain ramah lingkungan, teknologi panel surya dinilai semakin terjangkau dan mudah diakses. Namun, pengembangan energi ini tidak bisa dilepaskan dari dukungan infrastruktur, regulasi, serta peran aktif masyarakat.

Partisipasi sektor rumah tangga dan komunitas lokal menjadi penting dalam mendorong adopsi panel surya. Studi kasus dari negara lain dan kisah sukses di Indonesia dapat dijadikan rujukan untuk memperluas penggunaan panel surya di perumahan, industri, dan UKM.

560 kali dilihat, 561 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *