150 Hari Tragedi Muara Kate, Komnas HAM Merespons, Bakal Ada Demo Besar-besaran

Tragedi Muara Kate Masih Menggantung.

apakabar.co.id, JAKARTA – Dua hari lagi, genap 150 hari tragedi kemanusiaan yang terjadi di Muara Kate, Kabupaten Paser. Russell seorang warga penolak hauling di atas jalan negara tewas dalam penyerangan pagi buta itu. Sampai kini, pelaku penyerangan yang juga membuat warga lainnya, Anson (55), kritis belum terungkap.

17 hari sejak pecahnya tragedi Muara Kate, media ini sudah berulang kali menghubungi Komnas HAM. Namun tak ada satupun respons dari dua komisioner yang intens dikontak oleh media ini.

Teranyar, respons datang dari salah satu Komisioner Komnas HAM lainnya, Uli Parulian Sihombing. Uli berkata Komnas HAM mendorong kepolisian agar segera mengungkap kasus ini. “Komnas HAM sudah meminta keterangan Polda Kaltim,” jelas Uli dikontak media ini, Minggu petang (13/4).

Komnas HAM, kata Uli, juga sudah menginformasikan hal tersebut ke LBH Samarinda. “Komnas HAM merekomendasikan penegakan hukum yang adil dan transparan,” Uli menerangkan.

Coba dikonfirmasi mengenai penyelesaian kasus ini, Kapolda Kaltim Irjen Pol Endar Priantoro belum menjawab. Kabid Humas Kombes Pol Yulianto mengarahkan media ini ke Kapolres Paser. Sampai malam ini belum ada respons dari AKBP Novy Ady.

Irvan, pengacara publik dari LBH Samarinda mengaku belum menerima surat rekomendasi yang dimaksud oleh Komnas HAM. “Kami belum menerima,” jelasnya.

Satu yang pasti, kata Irvan, LBH mendorong agar Komnas HAM turun tangan memberi rekomendasi penyelesaian praktik hauling di atas jalan negara. “Kan ini muara konfliknya,” jelasnya.

Dari Muara Kate, sampai hari ini warga setempat terus berjibaku menghalau setiap truk batu bara yang coba melintas dari Kalimantan Selatan.

Menurutnya, negara harus hadir. Sebab, praktik hauling menggunakan jalan negara melabrak Perda Kaltim 10 tahun 2012 dan UU Nomor 3 Tahun 2020.

“Komnas HAM harus memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk menghentikan hauling yang sudah menimbulkan kerugian bahkan kehilangan nyawa dan berdimensi pelanggaran HAM,” jelas Irvan.

Soal ini, Uli kemudian merespons, “Komnas HAM merekomendasikan penegakan hukum yang adil, dan transparan dengan menggunakan metode ilmiah (scientific crime investigation),” pungkasnya.

Komnas HAM adalah singkatan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, sebuah lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia.

Lembaga ini didirikan berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan bersifat mandiri, bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

Tragedi Muara Kate terjadi pada Jumat dini hari, 15 November 2024, di Dusun Muara Kate, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Dua warga yang berjaga di posko penolakan aktivitas hauling batu bara diserang oleh orang tak dikenal. Rusel (60) tewas akibat luka bacok, sementara Anson (55) mengalami luka serius dan dirawat intensif di rumah sakit.

Insiden ini memicu kemarahan publik dan aksi solidaritas dari berbagai elemen masyarakat, termasuk Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim dan mahasiswa, yang menuntut keadilan dan penyelidikan tuntas atas kasus ini.

Dalam sepekan, demo besar-besaran bakal dilakukan di Kaltim bahkan Kalsel. Mereka mendorong agar pembunuh Kakek Russel segera ditangkap. Dan, polisi berani menindak praktik sewenang-wenang angkutan batu bara di atas jalan negara.

“Ini [respons Komnas HAM] yang kita tunggu selama ini agar ada perhatian serius atas apa yang kami alami,” jelas Warta Linus, perwakilan warga Muara Kate.

Suara dari Muara Kate

Muara Kate adalah sebuah dusun di Muara Komam, sebuah kecamatan terluar Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Jarak tempuh ke Grogot pusat daripada Paser bisa berkisar 141 kilometer. Ke ibu kota Nusantara, Penajam lebih jauh lagi; berkisar 166 kilometer.

Pun di sisi selatan dengan provinsi tetangga, Kalimantan Selatan. Jarak terdekat dengan Kota Tanjung, yang menjadi pusat Kabupaten Tabalong berkisar 219 kilometer. Mayoritas warganya bersuku Dayak.

Di lapangan, warga Muara Kate belum berhenti berjaga. Mereka masih berdiri mengadang setiap truk batu bara yang coba melintas dari Kalimantan Selatan menuju Kalimantan Timur. Tekanan terus mereka rasakan, tapi semangat tak surut.

Tragedi yang menimpa Russell dan Anson telah memantik solidaritas luas. Koalisi masyarakat sipil, mahasiswa, dan aktivis lingkungan di Kaltim dan Kalsel bersiap menggelar unjuk rasa besar-besaran dalam sepekan ke depan. Tuntutannya jelas: Tangkap pembunuh Russell. Hentikan hauling di jalan negara. Dan, negara harus hadir.

Kerusakan jalan turut dirasakan hingga Kalimantan Selatan. Semenjak tragedi Muara Kate pecah, truk-truk diduga dari PT MCM beralih haluan menuju arah Banjarmasin. Imbasnya, sisi kiri sepanjang jalan dari hulu sungai menuju ibu kota Kalsel rusak-rusak. Truk-truk batubara juga menghadirkan ancaman baru bagi pengendara lain di jalan raya.

“Jika tuntutan tak dipenuhi, kami akan suarakan hingga DPR RI,” kata pentolan warga Hulu Sungai, Emma Rivilia dikontak media ini, Minggu malam (13/4).

276 kali dilihat, 276 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *