apakabar.co.id, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan terbaru agar masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem merupakan dampak dari 3 (tiga) bibit siklon, yakni 90S, 99S, dan 96P yang terjadi di wilayah Indonesia.
Hal itu diungkapkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers virtual di Jakarta, pada Sabtu (1/2) malam. Pada kesempatan itu, Dwikorita menyampaikan potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia.
“Dampak dari ketiga bibit siklon ini perlu kita waspadai, bahkan siagakan. Terutama bibit siklon 90P yang memicu curah hujan sangat deras hingga ekstrem,” papar Dwikorita dipantau melalui laman YouTube Info BMKG.
Dia mengutarakan, bibit siklon tropis 90S dipastikan muncul di wilayah selatan Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sementara bibit siklon 99S muncul di selatan Banten, dan bibit siklon 96P hadir di Teluk Carpentaria di Australia atau di selatan wilayah Papua.
Kemunculan bibit siklon itu, kata Dwikorita, merupakan pertanda tentang kondisi terbaru dari cuaca ekstrem yang akan terjadi di wilayah Indonesia.
Sebelumnya, kata Dwikorita, ada beberapa fenomena yang berdampak pada cuaca ekstrem. Di antaranya pengaruh monsun atau angin dari Benua Asia dengan intensitas yang menguat, bersamaan La Nina yang melemah.
Juga ada pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) yang kian bergerak menuju Indonesia di bagian tengah, dan pengaruh udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Lalu ada labilitas atmosfer secara lokal, serta pengaruh gelombang ekuator Rossby dan Kelvin.
Hal itu telah memunculkan bibit siklon tropis. “Pemain baru istilahnya,” ujar Dwikorita.
Kemunculan bibit siklon itu, ujar Dwikorita, patut diwaspadai, utamanya di wilayah Papua, seperti Provinsi Papua, Papua Pegunungan, Papua Selatan, Papua Barat Daya, hingga Papua Barat. Lokasi tersebut berpeluang dilanda curah hujan ekstrem.
Khusus masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Timur, kata Dwikorita, terutama di wilayah Kupang dan sekitarnya serta Nusa Tenggara Barat, perlu waspada terhadap intensitas hujan yang diprediksi terus meningkat.
Sementara di Pulau Jawa, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, diprediksi mendapat pengaruh yang tidak langsung. Wilayah di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Jawa Barat, dan Jambi juga akan mengalami peningkatan curah hujan.
Selain curah hujan, menurut Dwikorita, masyarakat diminta untuk mengantisipasi dampak tidak langsung dari kemunculan bibit siklon. Hal itu ditandai dengan ketinggian gelombang laut yang bisa mencapai 2,5 meter hingga 4 meter.
“Hal itu diprediksi terjadi di Samudera Hindia, barat Bengkulu hingga Lampung,” katanya.
Untuk wilayah Samudera Hindia selatan Banten hingga Nusa Tenggara Timur, termasuk di Laut Sawu, perairan Kupang hingga Pulau Rote, kata Dwikorita, perlu tetap waspada.
Hal serupa juga bakal terjadi di laut Maluku, laut Halmahera hingga perairan utara Papua Barat Daya hingga Papua. Serta tak ketinggalan wilayah Samudera Pasifik di utara Halmahera hingga Papua.
“Ini perlu disiagakan. Tidak hanya curah hujan tinggi disertai petir, tapi gelombang tinggi dan juga angin kencang,” tandasnya.