apakabar.co.id, JAKARTA – Nama Aminah Syukur memang tak setenar R.A. Kartini, tapi perjuangannya di dunia pendidikan layak diangkat ke panggung nasional.
Perempuan asal Samarinda yang lahir pada 1901 ini adalah pionir pendidikan dan pelestarian budaya di Kalimantan Timur.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, dalam acara kebudayaan di Samarinda baru-baru ini.
“Sosok Aminah Syukur adalah bukti bahwa sejak dulu perempuan memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan budaya,” ujarnya.
Hetifah menyoroti dedikasi Aminah dalam dunia pendidikan pada masa penjajahan.
Di era 1920-an, Aminah berani mendirikan sekolah khusus untuk perempuan—sebuah langkah revolusioner di tengah dominasi sistem kolonial.
Tak hanya mengajar di sekolah, ia juga menjadi guru privat, mendatangi murid dari rumah ke rumah, demi memastikan akses belajar tetap terbuka bagi para perempuan.
“Apa yang dilakukan Aminah di masa itu menunjukkan bahwa pendidikan untuk perempuan adalah kebutuhan, bukan kemewahan,” jelas Hetifah.
Politisi Partai Golkar ini juga menekankan bahwa perempuan punya peran vital dalam mewariskan nilai budaya dan norma sosial, baik sebagai ibu, guru, maupun pemimpin komunitas.
“Nilai-nilai budaya tidak turun dari langit, tapi ditanamkan sejak dini oleh tangan-tangan para perempuan,” lanjutnya.
Ia juga memberi apresiasi pada para pelaku seni dan budaya di Kalimantan Timur, mulai dari seniman, penulis, juru cerita, hingga inovator di bidang kuliner dan tari.
Menurutnya, karya-karya mereka adalah bagian penting dari ekosistem budaya yang hidup dan dinamis.
Hetifah menegaskan, memperjuangkan akses pendidikan bagi perempuan tidak berarti mengabaikan peran mereka dalam keluarga.
Justru, pendidikan memberi bekal untuk menjalankan berbagai peran itu dengan lebih baik.
“Kita perlu meneladani semangat Aminah Syukur. Konsistensinya dalam membuka jalan bagi perempuan untuk belajar dan berkembang patut kita tiru,” ungkapnya.
Sebagai Ketua Komisi X yang membidangi pendidikan dan kebudayaan, Hetifah berharap akan semakin banyak perempuan yang diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan tampil dalam posisi kepemimpinan, termasuk di sektor pendidikan.
“Kalau pendidikan kita berakar pada budaya, hasilnya bukan cuma pintar secara akademik, tapi juga bijaksana dalam bersikap. Itu pelajaran besar dari jejak Aminah Syukur,” pungkasnya.