BMKG Ingatkan Bahaya Gelombang Laut Setinggi 6 Meter

Arsip Foto - Warga melihat gelombang di dermaga Pangkalan Pendaratan Ikan Beba, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan laporan peringatan dini bahaya gelombang laut tinggi.

Dalam keterangannya, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo menjelaskan, potensi gelombang tinggi akan berlangsung pada 12-13 Februari 2024 di seluruh perairan Indonesia.

Sejauh ini, ada tiga kategori gelombang laut yang akan terjadi, yakni tinggi, lebih tinggi, dan sangat tinggi.

“Untuk gelombang sangat tinggi di kisaran 4 – 6 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan perairan utara Kepulauan Natuna,” ujar Eko di Jakarta, Senin (12/2).

Sedangkan untuk gelombang yang lebih tinggi, yakni di kisaran 2.5 – 4.0 meter berpeluang terjadi di perairan utara Sabang, selatan Kepulauan Natuna, perairan Kepulauan Subi – Serasan, perairan Kepulauan Anambas, perairan Kepulauan Sangihe – Kepulauan Talaud, Laut Sulawesi bagian timur.

“Dan Samudra Pasifik Utara Halmahera,” katanya.

Sementara tinggi gelombang 1,25-2,5 meter, terang Eko, berpeluang terjadi merata di sebagian besar kawasan perairan Indonesia barat-timur. Gelombang tinggi terjadi antara lain di perairan utara Sabang, barat Aceh barat Pulau Simeulue-Kepulauan Mentawai, Enggano, Bengkulu-Barat Lampung, Samudera Hindia barat Sumatera, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sunda bagian barat dan selatan.

Hal serupa juga terjadi di perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali-Badung-Lombok-Alas-Sape bagian selatan, Selat Sumba bagian barat-Laut Sawu, Selat Alor-Patar, Selat Wetar, perairan selatan Kupang-Pulau Rote, Samudera Hindia selatan Banten-NTT, perairan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, perairan Kepulauan Karimun Jawa, Selat Makassar bagian selatan, serta perairan barat Sulawesi Selatan.

Termasuk di Laut Flores, Laut Banda, perairan Kepulauan Sabalana – Kepulauan Selayar, Laut Sumbawa, perairan Pulau Bonerate-Kalatoa, Bau-bau, Wakatobi, Sernata-Leti, Barbar-Tanibar, dan Kepulauan Kai-Aru, Fak-fak-Kaimana.

Selanjutnya menyasar Kepulauan Amamapare-Agats bagian barat, Laut Arafuru, Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, perairan Kepulauan Sitaro-Bitung, selatan Sulawesi Utara, Laut Maluku, perairan utara dan timur Halmahera, Laut Halmahera dan perairan utara Papua Barat.

Analisa BMKG, ungkap Eko, menemukan pola angin menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya gelombang air laut. Termasuk dampak dari aktifnya gelombang ekuator Rossby-Kelvin yang memunculkan aktivitas Monsun Asia.

Dengan pola demikian, wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari utara-timur laut dengan kecepatan angin berkisar 8-30 knot.

“Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari barat baya – barat laut dengan kecepatan 4-20 knot,” terangnya.

BMKG mengingatkan agar masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di area pesisir agar selalu waspada dan mematuhi anjuran pemerintah.

BMKG juga berharap kewaspadaan bisa diterapkan oleh para pelaku pelayaran dan pihak pemegang otoritas keselamatan pelayaran laut dengan memperhatikan risiko yang mungkin terjadi.

Adapun klasifikasinya meliputi perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 meter), kapal feri (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 meter), dan kapal ukuran besar seperti kapal Kargo atau kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4.0 meter).

6 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *