News  

El-Rayyi, Putra Kaltim Ukir Sejarah di Istana Negara

El-Rayyi Mujahid Faqih tampil sebagai putra Kalimantan Timur pertama yang dipercaya membentangkan Sang Saka Merah Putih. Foto: istimewa

apakabar.co.id, JAKARTA – Sejarah baru tercatat di Istana Merdeka, Jakarta pada Upacara Detik-detik Proklamasi HUT ke-80 RI, Sabtu (17/8). El-Rayyi Mujahid Faqih tampil sebagai putra Kalimantan Timur pertama yang dipercaya membentangkan Sang Saka Merah Putih.

Momen itu menggetarkan hati, bukan hanya bagi keluarga dan sekolahnya di Samarinda, tetapi juga bagi masyarakat Kaltim yang sejak 1945 belum pernah menempatkan wakilnya pada posisi paling bergengsi dalam pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka).

El-Rayyi tergabung dalam tim Paskibraka Nasional 2025 bertema Indonesia Berdaulat, yang terdiri atas pelajar terbaik dari seluruh provinsi.

Bersama rekan terbaiknya, Putri Nur Azizah dari SMK Putra Bangsa Bontang, mereka lolos melalui seleksi ketat mulai tingkat sekolah hingga nasional, dinilai oleh BPIP, TNI, Polri, tenaga medis, dan psikolog.

Proses seleksi menuntut ketangguhan fisik, wawasan kebangsaan, psikotes, hingga evaluasi kesehatan. Kedua siswa ini dikukuhkan ke dalam tim Paskibraka Nasional pada 13 Agustus 2025, dan menjalani pelatihan intensif di Jakarta hingga hari-H.

El-Rayyi bukan hanya unggul secara akademik. Ia aktif di OSIS, Pramuka, bela diri Kempo, hingga kegiatan keagamaan. Disiplin, jiwa kepemimpinan, dan tanggung jawab yang terbentuk dari aktivitas itu menjadi bekal penting saat dipercaya membentangkan pusaka Merah Putih.

Momen ini bukan sekadar prestasi pribadi. Kehadirannya di Istana Negara mengharumkan dunia pendidikan kehutanan, sekaligus menjadi simbol generasi muda Kalimantan Timur yang tampil di panggung nasional.

Awal perjalanan mereka tidak mudah. Putri Nur Azizah (17) sempat merasa minder dan hampir mundur karena masalah kesehatan. Dari SMK Putra Bangsa Bontang, ia lolos seleksi kota dan provinsi, meski harus menghadapi operasi gigi yang mendesak di tengah persiapan seleksi nasional.

“Waktu pertama ikut seleksi di kota, saya udah minder duluan. Tapi ternyata saya masuk peringkat tiga di Bontang,” ujarnya kepada.

Motivasi terbesar Putri adalah sang tante, yang merawatnya sejak kecil. Paskibraka ia anggap sebagai langkah awal untuk menjadi abdi negara dan Kowad. “Bude saya selalu ingin saya jadi abdi negara. Paskib ini awal jalan saya menuju cita-cita itu,” tuturnya.

Berbeda dengan Putri, El-Rayyi (17) sudah menaruh minat pada paskibraka sejak kecil. Menonton prosesi pengibaran bendera di TV memupuk impian, yang kemudian diperkuat pengalaman baris-berbaris di SD dan SMP, hingga organisasi Pramuka di SMK.

“Sejak SD saya suka baris-berbaris. Waktu lihat Paskibraka di TV, saya bertanya, ‘mungkinkah saya bisa sampai di sana?’” kata El-Rayyi. Dukungan sekolah memfasilitasi minat dan bakatnya, dari musik tradisional hingga latihan PBB.

Seleksi nasional menuntut kemampuan lengkap: baris-berbaris, kesehatan, psikotes, hingga unjuk bakat. El-Rayyi menampilkan permainan alat musik sape, menunjukkan bahwa persiapan mental dan fisik sama pentingnya.

Kini, baik Putri maupun El-Rayyi siap mengemban tugas sebagai pasukan kehormatan di Istana Merdeka. Cerita mereka membuktikan, rasa minder dan keterbatasan bukan penghalang, selama tekad kuat dan dukungan lingkungan hadir.

5 kali dilihat, 5 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *