Pangeran Cevi: Megaproyek IKN Jangan Lupakan Urang Banjar

Pangeran Cevi Yusuf Isnendar (paling kanan). Keturunan generasi keempat Sultan Banjar; Hidayatullah. Foto: Istimewa

apakabar.co.id, JAKARTA – Lama tak terdengar, Pangeran Cevi Yusuf Isnendar menaruh perhatian pada megaproyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Pemerintah diminta tak meminggirkan warga lokal.

Presiden Joko Widodo menargetkan HUT 17 Agustus ke-79 berlangsung di IKN. Pangeran Cevi sepakat.

“Tentunya kami sangat mendukung,” ujar generasi ke-4 Sultan Hidayatullah (Raja Banjar III) itu kepada apakabar.co.id, Rabu (8/5).

Namun Cevi mengingatkan pemerintah. Warga lokal wajib diperhatikan. Mereka  turun temurun sudah mendiami Pulau Kalimantan. Jauh sebelum megaproyek IKN digarap.

“Khususnya Suku Banjar. Mendiami kawasan yang dibangun menjadi ibu kota baru, mereka masih diabaikan,” jelas Cevi.

Kalimantan pulau yang amat luas. Berbatasan langsung dengan Malaysia maupun Brunei Darussalam. Kata dia, tak hanya dihuni oleh suku Dayak, yang selama ini lebih dikenal masyarakat luas dan dikenali pemerintah. Masih banyak suku lain. Seperti halnya, Melayu, Tidung, Jawa, maupun Bugis.

Pembangunan hunian di Ibu Kota Nusantara (IKN). Foto Kementerian PUPR

Jauh sebelum negara ini ada dan Hindia Belanda masuk ditandai dengan bubarnya VOC,  Kesultanan Banjar sudah berdiri. Sejak tahun 1.300. Sesuai dengan dokumen perjalanan tim dari Kamar Dagang Inggris. Cevi meminta agar sejarah tak dilupakan.

Pedagang Inggris, kala itu sangat terpesona. Bahkan memberi catatan tak ada kerajaan lain yang ditemuinya lebih kaya dari Kerajaan Banjar.

Namun kemudian datanglah pendudukan Belanda yang memenggal banyak kepala pejuang Banjar. Kaum penjajah ini terakhir menangkap Sultan Hidayatullah, 2 Maret 1862, dan mengasingkannya ke Cianjur, Jawa Barat.

Setelah wafat, Sultan dimakamkan di tanah pengasingan dan hingga kini makamnya dirawat dengan baik oleh keturunannya.

Cevi berharap pemerintah dapat memulangkan kepala para syahidin Banjar. Dari Museum Belanda guna dimakamkan secara layak.

Teranyar, harapan itu ia kembali ia gaungkan. Termasuk ketika bersua Gubernur Sahbirin Noor saat halal bilhalal Kerukunan Keluarga Banjar di Jakarta, akhir pekan tadi. “Ini bisa menjadi semacam perhormatan terakhir,” jelas Cevi.

Masjid Sultan Suriansyah adalah salah satu peninggalan Kesultanan Banjar. Terletak di tepi Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Foto via masjidinfo.net

Momentum Revitalisasi Suku Banjar

Bersamaan dengan perang Banjar terakhir, penjajah Belanda menghancurkan Kesultanan Banjar. Mereka turut mengangkut kekayaan kesultanan ke negaranya.

Kesultanan Banjar memiliki sumber daya alam dan kebudayaan yang luar biasa. Termasuk pertambangan intan di Martapura, yang terbesar di Tanah Air.

Tak hanya memiliki pertambangan intan, Banjar juga punya budaya tinggi. Tecermin dari berbagai produk berkualitas yang dihasilkan. Selain intan, termasuk Sasirangan, yang merupakan kain adat suku Banjar.

Banjar juga sudah dikenal dengan komoditas pertanian. Utamanya lada hitam yang menarik banyak pedagang dari Eropa.

Saking mahalnya, para pedagang bule ini membawa emas untuk membeli lada hitam dari Kesultanan Banjar.

Komoditas lain yang sangat berharga adalah kayu gaharu. Selain ikan-ikannya sangat banyak di wilayah yang dikenal sebagai ‘daerah seribu sungai’.

Belum lagi batu bara. Komoditas yang sangat dibutuhkan sejak era Hindia Belanda.

Momentum pembangunan IKN sangatlah tepat bagi pemerintah untuk merevitalisasi masyarakat suku Banjar. Mulai seni budaya, hingga potensi perekonomiannya. Termasuk dengan membangun ikon pariwisata Banjar.

“Pemerintah jangan sampai mengulang tragedi lama, membangun luar biasa pesat Jakarta sebagai ibu kota, tapi suku Betawi yang merupakan penduduk aslinya terpinggirkan. Warga bahkan terpental dari tanah yang diwariskan para leluhurnya,” pesan Cevi.

Disklaimer: Artikel ini menukil artikel yang lebih dulu tayang di Investortrust

49 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Fahriadi Nur
Editor: Fahriadi Nur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *