Perdagangan Karbon Internasional Resmi Diluncurkan, Menteri LH: untuk Mencapai Target NDC

Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq (tengah) dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni (kedua kiri) dalam peluncuran perdagangan karbon internasional di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/1/2025). Foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTAIndonesia resmi memulai perdagangan karbon internasional di Jakarta pada Senin (20/1). Peluncuran tersebut dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai bagian dari upaya mencapai target penurunan emisi secara nasional.

Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq memaparkan langkah tersebut diambil untuk mendukung aksi nyata Indonesia demi mencapai target iklim yang tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Pada peluncuran perdagangan karbon internasional, Menteri LH/Kepala BPLH Hanif menyampaikan, “Pemerintah Indonesia terus berupaya mencapai target NDC. Salah satu caranya melalui implementasi nilai ekonomi karbon, termasuk adanya perdagangan karbon.”

Selain perdagangan karbon, Indonesia juga mendukung hadirnya pendanaan iklim dengan pembayaran berbasis kinerja. Upaya ini telah dilakukan dengan beberapa pihak dan diterapkan berdasarkan perkembangan teknologi.

Selanjutnya, Hanif memastikan perdagangan karbon akan didasarkan pada Perpres Nomor 98 Tahun 2021 Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional, dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional.

Pemerintah, kata Hanif, turut memperkuat Sistem Registri Nasional (SRN) sebagai bagian dari peluncuran perdagangan karbon internasional. Tidak hanya itu, infrastruktur dan instrumen lain seperti Standar Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi (Measurement, Reporting, and Verification/MRV) serta Sertifikat Pengurangan Emisi – Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) juga diberlakukan.

“Dengan elemen-elemen tersebut, bisa dipastikan sertifikat pengurangan emisi yang dikeluarkan Indonesia memiliki integritas yang tinggi,” tegas Hanif.

Selanjutnya, perdagangan karbon akan melibatkan beberapa proyek energi strategis potensial. Beberapa di antaranya, pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul yang mampu mengurangi 5.000 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Perdagangan karbon internasional juga melibatkan pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok Blok 4 yang akan mengurangi emisi hingga 500.000 ton CO2e.

Selain itu, konversi pembangkit single cycle menjadi combined cycle di PLTGU Grati Blok 2 turut berpotensi menurunkan emisi sebesar 495.000 ton CO2e, dan Blok 2 unit pembangkit di Muara Tawar berpotensi bisa menekan hingga 30.000 ton CO2e.

Terdapat juga potensi pengurangan emisi dari pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang. Diperkirakan, pembangkit tersebut mampu mengurangi emisi hingga 750.000 ton CO2e.

579 kali dilihat, 581 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *