apakabar.co.id, JAKARTA – Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, meninjau langsung Lapangan Migas Senipah–Peciko–South Mahakam (SPS) milik PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) di Kalimantan Timur, Rabu (30/4).
Lapangan ini bagian dari Wilayah Kerja (WK) Mahakam yang dikelola Pertamina sejak 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2037.
Dalam kunjungan tersebut, Bahlil melihat langsung proses produksi, termasuk upaya peningkatan lifting gas dari sumur-sumur tua (mature wells) yang masih aktif berproduksi.
“Kita tadi cek langsung ke Pertamina Hulu Mahakam. Meskipun ini sumur-sumur tua, mereka masih mampu mempertahankan bahkan meningkatkan lifting gas,” ujarBahlil di Senipah, dikutip Kamis (1/5).
Menurut Bahlil, Lapangan SPS berhasil menaikkan produksi gas dari semula hanya 200 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 400–500 MMSCFD.
“Awalnya diperkirakan hanya 200–300 MMSCFD, sekarang bisa tembus hingga 500 MMSCFD,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa peningkatan produksi migas nasional tak hanya mengandalkan lapangan baru, tetapi juga optimalisasi sumur lama. Salah satu kuncinya adalah penerapan teknologi seperti Enhanced Oil Recovery (EOR).
Kunjungan ini, lanjut Bahlil, juga untuk memastikan target lifting migas nasional dalam APBN 2025 bisa tercapai.
“Saat ini lifting minyak nasional hanya sekitar 580 ribu barel per hari, padahal dalam APBN 2025 ditargetkan 605 ribu barel. Insyaallah kita bisa mencapai, bahkan melebihi target itu,” ujarnya optimistis.
Target ini sejalan dengan arahan Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam Asta Cita, yang menekankan pentingnya kemandirian energi.
Prabowo bahkan menetapkan target ambisius produksi minyak nasional sebesar 900 ribu hingga 1 juta barel per hari (BOPD) pada 2029.
Saat ini, Pertamina Hulu Mahakam menguasai 90% hak partisipasi di WK Mahakam, sementara 10% lainnya dipegang oleh PT Migas Mandiri Pratama Kutai Kalimantan Timur.
WK Mahakam sendiri membentang seluas 3.266 km², mencakup beberapa lapangan minyak dan gas, serta enam fasilitas produksi utama.
Per Maret 2025, rata-rata lifting dari Lapangan SPS tercatat sebesar 25.000 barel minyak dan kondensat per hari, serta 399 juta kaki kubik gas per hari.
Sejak 2018 hingga kuartal I 2025, total bagi hasil yang disalurkan ke BUMD mencapai sekitar USD 207,5 juta.
Dalam kunjungan itu, Bahlil didampingi Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto, Direktur Utama Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri, serta jajaran direksi Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PHM.
General Manager PHM Setyo Sapto Edi mengatakan, PHM mengedepankan inovasi, digitalisasi, dan keselamatan kerja sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk menjaga keberlanjutan produksi.
“Lapangan SPS adalah contoh bagaimana lapangan tua bisa tetap produktif dan ramah lingkungan jika dikelola dengan strategi yang tepat,” jelasnya.
Hingga Maret 2025, PHM mencatat produksi gas sebesar 439 MMSCFD dan minyak 25,1 BOPD. Sementara untuk aktivitas pengeboran, PHM telah menyelesaikan 20 sumur tajak tahun ini.
Capaian ini ditopang oleh efisiensi operasi dan penggunaan teknologi terbaru.
Tak hanya fokus pada produksi, PHM juga mencatat kinerja positif dari sisi keselamatan kerja. Sampai 29 Maret 2025, perusahaan telah membukukan 571 hari atau lebih dari 44 juta jam kerja tanpa kecelakaan kerja.