Tekno  

Kebijakan Marketplace Beratkan Pelaku Usaha, Toco Kasih Bebas Biaya Admin bagi Pelanggan

Arnold Sebastian Egg Founder & Ceo marketplace Toco - apakabar.co.id
Arnold Sebastian Egg Founder & Ceo marketplace Toco. Foto: dok. Toco

apakabar.co.id, JAKARTA – Berbelanja online di marketplace memang memberikan banyak kemudahan baik penjual maupun pembeli. Kemudahan transaksi dan banyaknya pilihan barang menjadi salah satu andalan utama belanja di marketplace

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan marketplace tak luput dari kekurangan. Seperti adanya tambahan biaya administrasi dan kebijakan yang memberatkan para pelaku usaha, UMKM maupun pembeli.

Dalam 1-2 bulan terakhir ini, gonjang-ganjing tentang tingginya biaya administrasi dan kebijakan yang dianggap tidak adil membuka mata banyak pelaku usaha di Tanah Air.

Banyak penjual online mulai tertekan oleh tingginya biaya administrasi dan kebijakan yang dianggap timpang di beberapa marketplace di Indonesia.

Di tengah keresahan tersebut, marketplace Toco hadir menjadi platform e-classified baru yang menawarkan bebas biaya administrasi seumur hidup dan free ongkir.

Andri Wibowo, pemilik toko Office One Stationery asal Jakarta pun turut menyambut baik kehadiran Toco di Indonesia karena selama ini penjualannya di marketplace besar menurun signifikan akibat biaya admin yang terus naik.

“Sekarang biaya admin bisa sampai 14 persen, ditambah ongkir yang makin mahal karena sistem volumetrik. Ini jelas memberatkan kami,” ujar Andri dalam keterangannya, Senin (7/7).

Andri mengenal Toco dari komunitas Facebook dan langsung tertarik karena adanya kebijakan bebas biaya admin seumur hidup.

“Itu (free admin) langsung bikin saya tertarik. Saya daftar dan mulai pindahin produk ke Toco,” tuturnya.

Sejak saat itu, ia mulai merasakan dampak positif, terutama dengan dukungan customer service Toco yang dinilai sangat membantu dan kooperatif.

Henry, owner toko mainan Toyybokki asal Malang yang kini menjadi seller aktif di Toco - apakabar.co.id
Henry, owner toko mainan Toyybokki asal Malang yang kini menjadi seller aktif di Toco. Foto: dok. Toco

Senada dengan Andri, Henry pemilik toko mainan Toyybokki asal Malang mengakui bahwa banyak kebijakan marketplace yang memberatkan usahanya.

Menurutnya, ketimpangan sistem retur, COD yang rawan disalahgunakan, serta tekanan dari fee admin yang tidak transparan membuat para seller UMKM seperti dirinya semakin terhimpit.

“Marketplace sekarang sudah tidak memperhatikan kualitas ekosistem. Seller hanya dijadikan objek, bukan partner,” kata Henry.

Ia kemudian menemukan Toco secara tidak sengaja lewat reels di Instagram. Meski sempat ragu, Henry kemudian justru mengapresiasi respons cepat customer service Toco saat ia mengalami kendala teknis. “Bukan bot. CS-nya manusia beneran dan paham masalah kami,” ungkapnya.

Henry kini aktif berjualan di Toco dan menyarankan sesama seller untuk rajin mempromosikan toko onlinenya lewat media sosial, memberi promo diskon dan ongkir gratis.

“Tidak ada fee admin adalah daya tarik utama di Toco dan saya rasa harapan seller buyer sama, mengharapkan marketplace yang nyaman untuk berjualan dan berbelanja tanpa banyak drama regulasi yang membingungkan,” tambahnya.

Dukungan terhadap Toco juga datang dari seller di Bali. Bu Gek, pemilik toko Supershop di Denpasar Barat yang menjual perlengkapan rumah tangga, menyebut Toco sangat membantu untuk pelaku usaha rumahan seperti dirinya.

Ia mengenal Toco dari kunjungan canvanser, dan merasa proses pendaftaran serta verifikasinya sangat mudah. Ia juga aktif mempromosikan produknya yang ada di Toco lewat status story WhatsApp, Facebook, dan media sosial lainnya.

“Saya harap Toco bisa makin dikenal luas. Promosinya harus lebih masif, baik secara online maupun offline,” ujar Bu Gek.

Di sisi lain, para pembeli juga menyambut kehadiran Toco di dunia markeplace. Salah satunya adalah Devi dari Tangerang, yang mengenal dari konten viral influencer di media sosial. Sejak itu, ia kerap menggunakannya untuk membeli kebutuhan kantor dan alat tulis.

“Saya pilih pengiriman reguler, barang sampai dalam 1–3 hari. Seller cepat merespons chat saya, transaksi diproses cepat, dan saya juga mendapat notifikasi berkala tentang status pengiriman,” ungkap Devi.

Devi berharap ke depan Toco bisa lebih aktif mengadakan promo, khususnya saat tanggal-tanggal cantik atau kembar, agar semakin banyak pembeli yang tertarik beralih dari marketplace lain.

Pertumbuhan Seller Toco Naik

Menanggapi fenomena migrasi besar ini, Arnold Sebastian Egg, Founder sekaligus CEO Toco, mengaku cukup terkejut melihat lonjakan pengguna.

“Semuanya terjadi secara organik. Kebijakan bebas biaya admin seumur hidup adalah bentuk komitmen kepada para seller. Itu janji saya kepada mereka. Saya yang tandatangani sendiri,” tegasnya.

Hanya dalam waktu tiga pekan sejak awal Juni 2025, jumlah seller di Toco melonjak dari ratusan menjadi 45 ribu.

Bahkan, hingga penghujung Juni, jumlah itu meningkat drastis menjadi lebih dari 150 ribu seller aktif, dengan total produk melebihi 1 juta item.

Jutaan produk itu datang dari berbagai kategori, mulai dari fashion, elektronik, gadget, F&B, perlengkapan rumah tangga hingga hobi.

Secara siginifikan aktivitas penggunaan marketplace yang berdiri sejak Agustus 2024 ini meningkat hingga 600 ribu hingga 1 juta lebih monthly active users.

Sebagai strategi monetisasi yang lebih sehat, Toco hanya mengenakan biaya parkir flat Rp2.000 per transaksi, bukan dari potongan komisi penjualan.

“Ini seperti konsumen datang ke mal, mereka bayar parkir. Tapi di sini, promo berasal dari seller, bukan dari e-commerce,” jelas Arnold.

Dengan pendekatan yang transparan, adil, tanpa biaya admin, serta pelayanan cepat dan komunitas yang aktif, Toco dinilai semakin relevan dan menjanjikan sebagai marketplace masa depan bagi pelaku usaha di Indonesia.

17 kali dilihat, 20 kunjungan hari ini
Editor: Denny Firmansyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *