Banner Iklan

Buka-bukaan Polisi soal Tragedi Muara Kate: MCM pun Kami Periksa

Sejumlah pihak dicurigai polisi terlibat dalam penyerangan ke pos warga penolak hauling di kawasan perbatasan Kalsel-Kaltim ini. Terkendala bukti.

Warga mendirikan posko untuk menyetop aksi hauling truk batu bara dari Kalimantan Selatan usai menimbulkan rentetan korban jiwa. Sampai hari ini dukungan warga terus mengalir. Foto: Warta Linus

apakabar.co.id, JAKARTA – Empat pihak dicurigai polisi terlibat dalam penyerangan maut ke pos warga penolak hauling di Muara Kate, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Bentrok warga dengan truk-truk batu bara di batas Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan sejak sebulan belakangan merenggut nyawa pemangku adat Russel (60) dan melukai warga lainnya Anson (55). Dua warga lainnya tewas terlibat kecelakaan.

Nyaris dua bulan berlalu, siapa dalang pembunuhan tetua adat Dayak Deah tersebut belum terungkap. Namun penyelidikan polisi mulai mengerucut ke sejumlah pihak.

Kapolres Paser AKBP Novy Adi Wibowo pun meminta masyarakat bersabar seraya memercayakan penuh proses hukum ke pihaknya.

“Saat ini kami masih berusaha maksimal dalam pengungkapan kasus di mana kami di-backup oleh Subdit Jatanras Polda Kaltim,” kata Novy dihubungi apakabar.co.id, Minggu (5/1).

Selama ini seperti apa sebenarnya pendekatan yang dilakukan ke warga penolak hauling? Novy berkata pendekatan dilakukan secara persuasif. Termasuk pasca-insiden.

“Ini tolong dilihat. Satuan Binmas sudah lakukan upaya trauma healing ke warga. Apalagi Polsek Komam, sudah lakukan upaya dalam menjaga kamtibmas,” jelasnya.

Maka, ia meminta warga lebih bersabar. Sekali lagi, sambungnya, upaya maksimal terus dilakukan polisi.

Teranyar, tak hanya 14 saksi yang telah diperiksa kepolisian guna pendalaman motif dan perkara.

“Mohon doanya, agar kasus ini segera terungkap,” jelas Novy.

“Mencari tersangka tidak segampang membalik telapak tangan, butuh kejelian dan kepastian,” sambung eks Kabag Ops Polres Tanah Laut ini.

Pembunuhan pada 15 November atau sebulan setelah warga Muara Kate mendirikan posko anti-hauling.

Di posko yang meminjam rumah RT setempat ini warga bergantian berjaga siang-malam demi menghalau truk-truk batu-bara dari Kalimantan Selatan.

Pagi buta itu, Russel dan Anson yang sedang terlelap usai berjaga tiba-tiba diserang oleh orang tak dikenal. Mereka membawa sajam, menggunakan masker, dan menumpangi sebuah mobil. Luka tusuk selebar 15×8 centimeter di leher membuat nyawanya tak tertolong.

Gerakan menolak hauling meluas setelah pendeta Veronika tewas tertindih truk batu bara, akhir Oktober 2024. Sebelum Veronika seorang ustaz bernama Teddy juga tewas. Pemuda satu ini ditabrak lari diduga oleh truk batu bara.

Truk-truk pengangkut emas hitam mayoritas berasal dari PT Mantimin Coal Mining (MCM). Konsesi raksasa tambang satu ini mencapai seluas 5 ribu ha mencakup dua kabupaten di Kalsel. Mereka memilih melintasi Muara Kate demi memasok hasil tambang ke Desa Rangan di Kabupaten Paser, ketimbang harus ke Banjarmasin dan sekitarnya.

Novy memastikan PT MCM juga sudah berhadapan dengan penyelidiknya. “MCM sudah kita periksa,” jelasnya.

Kepala Satuan Reserse Kriminal, AKP Helmi Saputro melanjutkan total sebanyak 20 orang telah diperiksa.

Empat orang di antaranya ialah perwakilan PT MCM. Mereka-lah yang selama ini membidangi hubungan dengan masyarakat alias humas.

“Intinya mereka yang mewakili MCM dan kerap berhubungan langsung dengan warga,” Helmi menambahkan, Senin (6/1).

Penyidikan mengerucut ke dalang

@kabarinlah #CapCut ♬ Epic News – DM Production

Polisi mencurigai beberapa pihak yang terlibat penyerangan ke posko warga penolak hauling di Muara Kate.

“Ada beberapa pihak kami duga sebagai dalang,” kata Helmi.

Pertama adalah pihak PT MCM. Kedua adalah pihak vendor angkutan batu bara PT MCM. Ketiga, sejumlah organisasi masyarakat (ormas). Dan terakhir beberapa warga.

Mulanya, polisi hanya mencurigai PT MCM. Sebab, aksi sweeping truk batu bara oleh warga membuat hasil tambang MCM tak bisa terdistribusi. Merekalah pihak yang sejatinya paling dirugikan.

Tapi setelah diselidiki polisi, ada lagi pihak yang dirugikan. Rupanya urusan angkut-mengangkut hasil tambang PT MCM telah di-vendorkan-kan ke pihak ketiga.

“Mereka ternyata beda entitas dengan PT MCM, makanya turut kami curigai,” jelasnya.

Pihak lain yang dicurigai polisi adalah ormas. Pasalnya, sebelum pembunuhan Russell, sejumlah ormas terindikasi mendukung hauling MCM. Beberapa ormas diketahui polisi menerima CSR [dana sosial perusahaan].

“Makanya kami periksa, semua kami periksa,” jelas Helmi.

Sumber media ini di masyarakat menyebut, total ada enam ormas yang menerima CSR MCM. Itu belum termasuk ormas yang ada di Batu Kajang atau Kuaro. Mereka bercorak adat.

Terakhir yang dicurigai polisi adalah beberapa warga sekitaran Muara Kate. Polisi ingin memastikan bahwa tak ada motif lain.

“Kami turut memeriksa siapa saja yang punya hubungan tidak baik dengan korban,” sambung Helmi.

Maka total sebanyak 20 saksi telah polisi periksa. Namun begitu belum ditemukan bukti materiil siapa dalang penyerangan ke posko.

“Dari semua itu kami belum ada menemukan bukti keterlibatan,” tegas Helmi.

Lantas apa selanjutnya?

Helmi memastikan penyelidikan terus bergulir. “Masih banyak yang kami curigai,” jelasnya.

Demi mengais segala informasi, kata dia, informan terus disebar kepolisian. Mereka juga menggalang dukungan hingga aparat desa agar menemukan titik terang.

“Tolong jika ada info sekecil apapun hubungi kami,” kata Helmi.

Kendala CCTV

Kapolda Irjen Pol Nanang Avianto menyebut teknologi yang dimiliki kepolisian telah dikerahkan ke Paser. “Penyelidikan jalan terus,” kata Nanang di Balikpapan, baru baru tadi.

AKP Helmi kemudian menjelaskan sebanyak 10 kamera pengawas atau CCTV berhasil mereka periksa.

“Belasan CCTV kami periksa mulai radius 300 meter dari TKP,” kata Helmi.

Namun beberapa CCTV rupanya sudah tidak aktif, rusak, atau yang tidak mengarah ke jalan.

“Inilah kendala terbesar kami,” jelasnya.

Maka dari itu, ia belum berani jauh berspekulasi. Termasuk apakah eksekutor penyerangan ke posko ialah orang terlatih.

“Belum bisa disimpulkan sampai ke sana,’ sambungnya.

Klaim Tanpa Kepentingan

Kasatreskrim Polres Paser, AKP Helmi. Foto: Tribun

Helmi sedikit bercerita. Beragam upaya sebenarnya telah dilakukan. Seperti melakukan pendekatan ke warga.

“Namun itu kendalanya, korban hidup saja tidak bisa mengenali ciri pelaku,” jelas Helmi.

Ia lalu menegaskan. Bahwa kepolisian sama sekali tak memiliki kepentingan apapun dengan PT MCM.

“Silakan dicek tanya ke mereka [MCM]. Justru adanya [tragedi] ini menjadi pekerjaan berat buat kami,” ujar dia.

Lalu mengapa praktik kotor truk batu bara di negara terus terjadi, bagaimana sebenarnya sikap polisi?

Kata Helmi, memang ada dilema. Sebab truk-truk itu juga sumber pencaharian sebagian warga.

“Masyarakat ngeluh ke kami karena tak bisa bekerja,” jelas Helmi.

Polisi kemudian mengambil jalan tengah. Mediasi dilakukan. Mereka mempertemukan warga, ormas dan pemerintah.

RDP [rapat dengar pendapat] difasilitasi oleh DPRD Paser,” jelasnya.

Tak cuma itu, upaya menekan pemerintah, kata dia, juga telah dilakukan. Salah satunya dengan bersurat ke bupati agar mengeluarkan larangan perlintasan hauling.

“Di penindakan kami terkendala wewenang, karena ini jalan provinsi,” jelasnya.

Namun sikap polisi, kata dia, tegas melarang jalan negara menjadi lintasan batu bara.

“Kami tidak membiarkan [hauling]. Prinsip kami jelas melarang,” pungkasnya.

Prioritas Polisi

Setiap bulan setelah tragedi ini ada analisis dan evaluasi (anev) khusus membahas tragedi Muara Kate di internal kepolisian.

Kerja-kerja Satreskrim Polres Paser terus dipantau intensif oleh Direktorat Kriminal Umum. Mereka memantau setiap perkembangan.

“Kompolnas juga mengatensi, makanya kami tidak main-main dengan kasus ini,” jelasnya.

Soal ini, Irjen (Purn) Ida Komisioner Kompolnas sudah membenarkan saat dihubungi media ini. “Iya kami monitor.”

Selain penyelidikan, kembali ke Helmi, polisi memiliki prioritas lain. Salah satunya memastikan keamanan warga dan para saksi.

“Korban hidup juga sudah kami ajukan [perlindungan] ke LPSK,” jelasnya.

Bagaimana dengan keluhan warga yang merasa perkembangan penyelidikan tak diberitahukan secara maksimal?

Helmi memastikan pihaknya telah mengirimkan SP2HP atau surat perkembangan penyelidikan.

“Sudah, sudah kami kirim. Ke pihak keluarga,” jelasnya.

Karenanya, sekali lagi, ia meminta bantuan masyarakat untuk dapat mengungkap perkara.

“Kami berusaha se-profesional mungkin. Ada target oleh pimpinan untuk sesegera mungkin mengungkap kasus ini, jadi mohon bantuan,” pungkasnya.

Siap buka-bukaan

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kabarin Lah! (@kabarinlahh)

Benarkah ada pemicu lain yang melatari penyerangan ke posko warga? Pertanyaan demikian media ini juga sodorkan ke warga korban.

“Saya pastikan tidak ada,” jelas perwakilan warga Muara Kate, Warta Linus, dihubungi terpisah, Senin tadi malam (6/1).

Warga sempat kesal mendengar isu ini. Sampai hari ini mereka masih yakin peristiwa penyerangan ada hubungannya dengan aksi penolakan hauling.

“Tidak pernah ada konflik antara kami dengan warga lainnya. Saya paham, karena semua adalah keluarga dekat,” jelasnya.

Sebagai catatan, dalam wawancara cegat baru tadi, Direktur Reskrimum Kombes Pol Kristiaji menyebut ada kemungkinan Tragedi Muara Kate juga dilatari oleh konflik antarwarga.

“Atau misalkan karena usaha tambang koridoran yang terganggu, nah ini adalah tugas polisi untuk mengungkapnya,” sambung Warta.

Warta menjamin warga tidak akan mempermasalahkan jika memang ada dan terbukti ada yang pihak dari mereka yang bermain.

“Tapi polisi harus bisa tunjukan bukti valid bukan sekadar berasumsi,” sambungnya.

Lebih jauh, Warta juga membantah jika warga tertutup dalam penyelidikan kepolisian.

“Tidak, kami terbuka saja. Informasi apapun kami berikan,” jelasnya.

Video pernyataan dukungan ke Polres Paser juga sempat dibuat. Bahkan informasi terkait orang-orang yang dicurigai walau itu di luar dari warga di TKP.

“Sudah kami berikan. Sekarang kami tunggu kerja polisi untuk memeriksa para pihak yang dimaksud,” jelasnya.

Ada empat pihak yang dicurigai kepolisian. Mana yang paling warga curigai? Ada dua, kata Warta.

“Yang paling kami curigai PT MCM. Mereka kan owner-nya. Setelah itu baru vendornya,” jelas Warta.

Keduanya, menurut Warta, adalah pihak yang paling dirugikan atas aksi warga. Karenanya bukan tak mungkin merekalah yang mendalangi pembunuhan tetua adat Russell.

“Kecurigaan kami sudah kuat walau memang tidak ada bukti valid,” jelasnya.

Aktivis Dayak, Mei Christy mengapresiasi perkembangan penyelidikan polisi. Namun ia menggaransi tak ada warga yang memiliki dendam kepada tetua adat mereka, Russell.

“Kalau MCM itu nyata, jelas,” jelasnya. Ia berharap dengan profesionalitas dan dukungan teknologi kepolisian mampu melakukan pengungkapan.

Kuasa hukum korban, Pradarma Rupang meminta polisi menjerat PT MCM dengan pidana korporasi.

“Ada korban-korban lain dari ganasnya Mantimin selama hampir setahun ugal-ugalanan di jalan negara,” kata Rupang, Selasa (7/1).

“Harusnya ada desakan untuk berikan sanksi pidana korporasi ke MCM serta para kontraktornya,” sambung mantan Dinamisator Jatam Kaltim ini.

Sampai hari ini, PT MCM belum buka suara. apakabar.co.id sudah menghubungi kontak yang terhubung dengan Andreas Purbo selaku direksi. Namun tak ada respons.

Pun begitu, tak ada aktivitas apapun yang terlihat di kantor PT MCM cabang Jakarta, City Lofts Sudirman.

3,234 kali dilihat, 8 kunjungan hari ini
Editor: Fariz Fadillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *