apakabar.co.id, JAKARTA – Truk-truk batu-bara kembali beroperasi selepas tragedi Muara Kate. Melintasi jalan raya di Batu Kajang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, sekelompok emak-emak nekat mengadang, Rabu siang (19/2).
Aksi pengadangan oleh warga bermula pada 16 Februari ketika empat unit truk menepi di sebuah warung untuk membeli rokok.
Sejumlah warga kemudian bertanya apa muatan di dalam truk itu. “Biasa [batu bara],” jawab si sopir.
Mendapati informasi sejak empat hari lalu, warga makin intens bertukar informasi. Rencana aksi pengadangan dirampungkan apalagi setelah mendapat bocoran dari sejumlah sopir.
Siang tadi, sekolompok warga yang mayoritas emak-emak pun melakukan aksi sweeping. Pada pukul 11.00 Wita, dua truk berwarna kuning dengan pelat DA berhasil lolos dari amatan warga di posko anti-hauling.
Enggan kecolongan lagi, selepas zuhur warga yang semakin banyak berduyun-duyun turun ke jalan dan berhasil menghentikan sebuah truk.
Setelah berhasil menghentikan satu truk, si sopir diminta keluar. Ternyata ia bukan warga setempat. Ngakunya dari Kalimantan Selatan.
“Yang ketangkep ini punya vendor suami kades,” jelas salah seorang warga sebut saja Ana dihubungi media ini via seluler.
Kepada warga, sopir ini menjelaskan hanya sebatas menjalankan perintah mengangkut muatan dari Kalsel menuju Desa Rangan Kaltim.
“Katanya atas perintah pusat,” jelas Ana. Pusat dimaksud, kata Ana, merujuk kesepakatan yang diduga dibuat antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dengan perusahaan.
Sopir ini mengaku nekat melintas setelah melihat kondisi wilayah Paser pasca-Tragedi Muara Kate pada tiga bulan silam mulai kondusif.
“Kami hanya coba-coba, karena keliatannya aman,” ujar si sopir kepada warga.
Sopir itu bilang sebenarnya sudah sejak tadi malam puluhan truk-truk batu bara melintasi Batu Kajang. Namun bedanya, mereka tak lagi konvoi. Dari surat jalannya, asalnya dari PT Mantimin Coal Mining
“Jadi mereka jalannya berjarak-jarak supaya tidak mencolok perhatian,” kata Ana.
apakabar.co.id lalu menghubungi Kapolres AKBP Novy Adhi Wibowo. “Sedang dicek ke lapangan,” kata Novy, tadi siang.
Benar, tak lama berselang, kata Ana sejumlah polisi tiba. Termasuk kepala kepolisian sektor setempat. Polisi mengimbau warga tak anarkis. Namun tak adanya penindakan yang dilakukan turut disayangkan warga.
Alhasil, kata Ana, truk yang terjaring sweeping swadaya ini ditahan warga. Di bagian belakang truk, warga lalu memasangi spanduk penolakan.
“Ini sebagai jaminan agar tidak ada lagi yang melintas,” jelasnya. Lalu, Ana juga berkata masih ada 10 truk lain yang ditahan warga di Muara Komam.
Permintaan Warga
Sampai sore tadi aksi sweeping masih terus dilakukan warga. Cuma satu yang mereka inginkan; truk-truk batu bara gunakanlah jalan sendiri.
@kabarinlah #CapCut ♬ hot news sound – Musik Menyentuh Hati
“Kan kita juga sudah punya Perda nomor 12/2012, truk batu bara tidak boleh pakai jalan umum,” kata Ana.
Warga selalu cemas setiap kali truk batu bara melakukan konvoi. Bagaimana tidak, sekali konvoi bisa 700 hingga 1.000 truk yang melintasi Batu Kajang.
Karenanya, warga mencoba terus menolak. Puncaknya, pada akhir 2023 silam aksi pengadangan juga sempat dilakukan warga Batu Kajang. Tak ada hasil signifikan. Sejumlah truk bahkan nekat menerobos barikade warga.
Warga lalu mendirikan sebuah posko anti-truk hauling. Mereka kuatir jika truk-truk ini terus melintas hanya akan memperparah kerusakan jalan. Saat ini kondisi Batu Kajang dipenuhi lubang-lubang yang menganga.
Jika turun hujan, lubang-lubang itu tak kasat mata tertutup air. Kata, Ana sudah tak terhitung berapa banyak warga yang celaka akibat tabrakan hingga mengalami patah tulang.
“Lobangnya bisa selutut kaki,” kata dia.
Warga hanya bisa menanam pohon pisang di tengah jalan. Sampai hari ini jalan-jalan rusak ini belum tersentuh perbaikan. Saking rusaknya, kata Ana, kini hanya ada satu ruas jalan yang bisa digunakan. Kehadiran truk batu bara semakin menambah risiko keselamatan warga.
Media ini sudah coba menghubungi perwakilan direksi PT Mantimin Coal Mining, Andreas Purba. Namun tak ada respons.
Bobol
Kesadaran warga menolak jalan negara menjadi lintasan batu bara bukan sebatas di Batu Kajang saja. Sebuah posko juga didirikan warga Muara Kate di perbatasan Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan.
Perjuangan warga menolak jalan negara digunakan truk batu bara harus dibayar rentetan nyawa.
1 September 2024, seorang ustaz muda yang baru menikah bernama Tedi meregang nyawa diduga akibat ditabrak lari truk batu bara.
Oktober 2024, giliran seorang pendeta bernama Vronika yang tewas terlindas truk batu bara yang tak kuat menanjak.
Akibat aksi sweeping warga, penyerangan brutal terjadi ke posko Muara Kate terjadi pada 15 November 2024.
Seorang warga bernama Russel tewas. Sedangkan Anson warga lainnya mengalami kritis. Sampai hari ini pembunuh Russel belum tertangkap.
Penelusuran media ini, truk-truk yang terjaring sweeping warga di Batu Kajang ini berhasil lolos setelah pos penjagaan di Muara Kate melonggar. Sebab, sejumlah warga tengah menghadiri hajatan keluarga di kampung sebelah.
“Kami heran mengapa mereka tahu posko sedang tidak dijaga,” kata seorang warga di Muara Kate, dikontak terpisah.
Soal kematian Russel, polisi mengatakan pengungkapan kasus masih coba dilakukan. “Silakan dicek, anak-anak [anggota polisi] masih di lapangan. Jadi mohon sabar,” kata Kapolres Paser AKBP Novy.
Medio Januari 2025, sejumlah truk berpelat KT terpantau menyeberangi Gunung Halat, perbatasan Kaltim-Kalsel. Melintas di atas jalan negara, mereka bertolak menuju sebuah pelabuhan yang ada di Bumi Lambung Mangkurat, sebutan Kalsel. Mereka putar haluan dari semula menuju Rangan menjadi Kalsel buntut tragedi Muara Kate.
Kematian Russell imbas konflik warga dengan truk hauling sejatinya sudah jadi atensi nasional. Pada 26 Januari 2025, rombongan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyambangi Muara Kate.
“Waktu kami datang hauling sudah disetop,” kata Komisioner Kompolnas Irjen (Purn) Ida Oetari, dihubungi terpisah.
Analis kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto heran. Mengapa masih saja ada truk hauling yang melintas.
“Sebenarnya untuk apa Kompolnas ke sana? Melakukan kunjungan kerja atau berwisata,” jelas Rukminto via seluler.