Muara Kate Memanggil: Tiga Nyawa Melayang, Keadilan Masih Menghilang

Ketegangan di Muara Kate sudah berlangsung berbulan-bulan. Jalan raya yang seharusnya digunakan warga, berubah jadi jalur hauling perusahaan tambang.

Solidaritas dari masyarakat sipil terus mengalir untuk Muara Kate. Foto: Mei untuk apakabar.co.id

apakabar.co.id, JAKARTA – Pagi ini, puluhan warga dari Dusun Muara Kate dan Batu Kajang bergerak menuju Samarinda, menempuh jarak ratusan kilometer. Bukan untuk berlibur, melainkan membawa luka lama yang belum sembuh—dan tuntutan yang masih belum digubris.

Tragedi yang merenggut nyawa Russell, melukai Anson, serta konflik tambang yang terus membayangi kehidupan warga, menjadi bara yang tak kunjung padam. Ditambah dengan lalu lintas truk batu bara yang menguasai jalan negara, penderitaan mereka kian lengkap.

Kehadiran warga bukan sekadar unjuk rasa. Mereka datang bersama Koalisi Masyarakat Sipil untuk menyuarakan jeritan dari kampung yang telah lama terluka akibat konflik tambang yang tak berkesudahan.

@kabarinlah #CapCut ♬ Men in Battle – FASSounds

“Tangkap pelaku pembunuhan Paman Russell, dan hentikan dominasi truk tambang di jalan umum,” ujar perwakilan warga Muara Kate, Wartaw Linus, saat dihubungi media ini.

Sampai berita ini tayang, demonstrasi masih berlangsung. Dari tepi Sungai Mahakam dengan latar tongkang batu bara, massa aksi menirukan pekerja tambang dengan atribut rompi safety, dan membawa miniatur truk tambang. Lewat spanduk, mereka menyindir diamnya penegak hukum atas apa yang menimpa warga Batu Kajang dan Muara Kate setahun belakangan.

“Mobil miniatur saja sudah memacetkan jalan, apalagi jalanan di Batu Kajang,” jelas orator aksi.

Media ini sudah menghubungi Kapolda Kaltim Irjen Endar Priantoro. Tak ada respons. Begitu juga dengan Kapolres Paser AKBP Novy Adi.

Tiga Nyawa Telah Hilang

Ketegangan di Muara Kate sudah berlangsung berbulan-bulan. Jalan raya yang seharusnya digunakan warga, berubah jadi jalur hauling perusahaan tambang.

Meski masyarakat terus melayangkan protes, respons yang diberikan dinilai sangat lamban. Sejumlah peristiwa tragis pun terjadi. Awalnya, pada Mei 2024, Teddy—seorang ustaz muda yang baru menikah—meninggal dunia akibat kecelakaan yang diduga sebagai tabrak lari oleh truk tambang di kawasan Songka, Batu Kajang.

Lima bulan berselang, Veronika, seorang pendeta, menjadi korban berikutnya. Ia tewas setelah ditabrak truk milik PT Mantimin Coal Mining (MCM) yang gagal menanjak di kawasan Marangit. Motornya ringsek, tubuhnya tak tertolong.

Namun tragedi terparah terjadi dini hari 15 November 2024. Dua warga Muara Kate, Russell dan Anson, diserang saat berjaga di posko pengawasan warga. Russell, yang dikenal sebagai penolak hauling paling vokal, tewas di tempat. Sementara Anson mengalami luka parah dan hingga kini masih menjalani pemulihan.

Telah 150 hari berlalu sejak insiden itu, namun belum ada satu pun tersangka yang ditetapkan. Polisi masih belum mengungkap pelaku, padahal korban telah meregang nyawa. “Komnas HAM menuntut penegakan hukum yang adil dan transparan,” ujar Komisioner Uli Sihombing, Minggu (13/4).

Muara Kate, sebuah dusun di Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, terletak ratusan kilometer dari pusat kekuasaan: 141 km dari Tanah Grogot, 166 km dari Ibu Kota Nusantara, dan 219 km dari Tanjung, Kalsel. Mayoritas warganya adalah Dayak yang menggantungkan hidup dari bertani dan hutan. Kini, jalan sunyi mereka telah berubah menjadi lintasan kendaraan tambang.

Sejak insiden berdarah, warga tak pernah berhenti berjaga. Truk-truk dari arah Kalimantan Selatan yang hendak melintas, mereka tahan. Perlawanan dilakukan secara fisik, administratif, hingga jalur hukum. LBH Samarinda menyiapkan surat keberatan kepada gubernur, menyoroti dugaan pembiaran terhadap pelanggaran HAM dan kerusakan lingkungan. Aktivitas hauling PT MCM dianggap melanggar Perda Kaltim No. 10 Tahun 2012.

“Lemahnya penegakan hukum telah menyebabkan kerugian dan kehilangan nyawa, ini bukan lagi sekadar persoalan hukum tapi sudah masuk ranah HAM,” tegas Irvan dari LBH Samarinda.

Pemerintah Mulai Bicara

Pemerintah provinsi akhirnya angkat suara. Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, menyatakan akan menemui perwakilan warga Muara Kate usai pelantikan Bupati Berau.

“Kami akan terima sekitar 20 orang delegasi di Samarinda,” ucap Rudy, Senin (14/4), dikutip dari Antara. Ia juga menyatakan kesediaan berdialog dan mendengar langsung aspirasi masyarakat.

Namun sebelumnya, Rudy sempat memicu polemik. Saat ditanya soal tragedi Muara Kate usai safari subuh pada 9 Maret lalu, ia menjawab, “Anda sudah ke sana belum? Kalau belum ya saya juga belum.”

Wakil Gubernur Seno Aji menjanjikan penyelesaian, tapi bagi warga yang kehilangan orang tercinta, tanah, dan rasa aman, janji belum cukup.

Dampak konflik ini juga menjalar hingga Kalimantan Selatan. Setelah jalur hauling di Paser diperketat, truk-truk PT MCM dialihkan ke arah Banjarmasin. Akibatnya, jalur sisi kiri dari hulu sungai menuju ibu kota Kalsel rusak parah. Pengguna jalan terancam, warga sepanjang rute ikut resah.

“Jika tuntutan kami tak dipenuhi, kami akan lanjutkan perjuangan hingga ke DPR RI,” tegas Emma Rivilia, tokoh masyarakat Hulu Sungai, Minggu malam (13/4). Aksi lanjutan dijadwalkan pada 17 April mendatang di Kalimantan Selatan.

Muara Kate mungkin hanya noktah kecil di peta, namun hari ini, solidaritas mengalir dari berbagai penjuru. Ia berdiri sebagai simbol perlawanan—dari kampung kecil yang menuntut keadilan, di hadapan negara yang terlalu lama bungkam.

 

605 kali dilihat, 626 kunjungan hari ini
Editor: Fariz Fadillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *