AESI Ungkap Tantangan Potensi PLTS di Lahan Bekas Tambang

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Foto: Antara

apakabar.co.id, JAKARTA – Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) mengungkapkan meski lahan bekas tambang menawarkan potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), namun terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi. Salah satunya jarak lokasi tambang yang jauh dari jaringan listrik.

Di sisi lain, sebagian besar PLTS yang dibangun di area bekas tambang berada di luar Jawa dan jauh dari pusat-pusat beban listrik. Akibatnya, sebagian besar PLTS yang sudah dibangun, seperti PLTS Terapung Adaro di Kalimantan, saat ini hanya digunakan untuk kebutuhan internal perusahaan, bukan untuk disalurkan ke jaringan listrik umum.

“Kalau untuk dijual listriknya ke PLN itu memang saya belum mendengar apakah mereka sudah bisa manfaatkan. Karena rata-rata kan jauh dari pusat-pusat bebannya,” kata Wakil Ketua Dewan Pakar Bidang Riset dan Teknologi AESI, Arya Rezavidi di Jakarta, dikutip Jumat (20/6).

Baca juga: RI Posisi Kedua Potensi Energi Surya di Lahan Bekas Tambang

Arya menyoroti pemanfaatan lahan bekas tambang sebenarnya menawarkan solusi untuk mengurangi biaya pengadaan lahan yang mahal, terutama untuk PLTS skala utilitas besar. Di daerah perkotaan atau Jawa, harga tanah bisa sangat tinggi, membuat investasi PLTS menjadi kurang efisien.

Lahan bekas tambang, kata Arya, seringkali hanya perlu disewa, dapat mengurangi beban biaya pengadaan lahan. Meski demikian, tantangan muncul pada bagaimana perusahaan tambang, yang bisnis utamanya bukan energi, dapat berkolaborasi dengan independent power producer (IPP) menjual listrik ke PLN.

Arya mengusulkan skema kerja sama, seperti penyewaan lahan kepada IPP, atau bahkan perusahaan tambang itu sendiri bertransformasi menjadi IPP, mengingat IPP harus terdaftar di PLN.

“Apakah nanti misalnya ada IPP yang kerja sama dengan perusahaan tambang ini memanfaatkan lahan-lahan ini. Ya apakah dengan menyewa atau perusahaan tambang itu sendiri menjadi IPP,” katanya memaparkan.

Baca juga: Pemprov Bali Komitmen Fokus Pengembangan PLTS Atap

Sebelumnya, dalam laporan terbaru Global Energy Monitor (GEM) berjudul “Bright Side of the Mine: Solar’s Opportunity to Reclaim Coal’s Footprint”, Indonesia menempati peringkat kedua dunia dalam potensi pengembangan energi surya di atas lahan bekas tambang batu bara, dengan kapasitas mencapai 59,45 GW

Namun, Indonesia baru merencanakan pengembangan energi surya sebesar 600 megawatt, atau kurang dari 1 persen dari total potensinya.

3 kali dilihat, 3 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *