apakabar.co.id, SOLO – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mendorong kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan koperasi (UKMK) menggunakan sawit untuk bahan baku membatik.
Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana/Plt Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto mengatakan dorongan ini untuk mengurangi ketergantungan pada lilin atau parafin yang masih impor.
“Ini sebetulnya bagian dari penguatan hilirisasi dalam rangka mendapatkan nilai tambah. Selama ini nilai tambah kita hanya menggunakan mentahnya. Sawit tidak diproses jadi turunannya, Sehingga kita tidak mendapatkan manfaat lebih,” ungkap Kabul Wijayanto usai Workshop UKMK, bertema oleofood berbahan sawit di Sukoharjo, Rabu (12/6).
Selain itu penggunaan lilin atau parafin yang impor ditambahkan Kabul menyebabkan efek domino.
“Kalau impor artinya bahan bakunya mahal. Sehingga kalau itu mahal otomatis produk batik yang dijual kepada masyarakat ini harganya ikut terdongkrak,” tuturnya.
Kabul menilai jika sawit bisa digunakan untuk membatik. Maka tentunya juga dapat di ekspor ke luar negeri.
“Batik itu adalah produk budaya Indonesia. Kemudian hampir beberapa daerah mempunyai batik dengan kekhasannya masing-masing. Ada batik dari Jawa Tengah, Jawa Timur. Belum lagi masuk kabupaten di Cirebon, kemudian di Pekalongan juga ada,” sambungnya.
Sementara itu dalam workshop yang dihadiri oleh 300 UKM dan mahasiswa tersebut. Para peserta tidak hanya diajarkan bagaimana sawit dapat digunakan untuk membatik.
Tetapi juga dikenalkan tentang oleofood, yaitu beragam produk kuliner yang berbahan dari turunan sawit.