apakabar.co.id, JAKARTA – Data Badan Pusat Statistik mengungkapkan inflasi IHK Maret 2024 tercatat sebesar 0,52 persen (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 3,05 persen (yoy).
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan inflasi IHK Februari 2024 yang mencapai 2,75 persen (yoy) dan 0,37 persen (mtm).
Melambungnya inflasi di bulan Ramadan tersebut terutama disumbangkan oleh inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) dan inflasi inti.
Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono mengatakan, inflasi inti pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,23 persen (mtm), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen (mtm) seiring dengan kenaikan permintaan musiman periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idulfitri.
“Realisasi inflasi inti tersebut disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan, minyak goreng, dan nasi dengan lauk. Secara tahunan, inflasi inti Maret 2024 tercatat sebesar 1,77 persen (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,68 persen (yoy),” ujar Erwin dalam pernyataan tertulisnya di Jakarta, Selasa (2/4).
Sementara itu, kelompok volatile food pada Maret 2024 mencatatkan inflasi sebesar 2,16 persen (mtm), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,53 persen (mtm).
Peningkatan inflasi volatile food tersebut disumbang terutama oleh inflasi komoditas telur ayam ras, daging ayam ras, dan beras.
“Peningkatan harga komoditas pangan, terutama beras dipengaruhi oleh faktor musiman periode HBKN dan pergeseran musim tanam akibat dampak El-Nino. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 10,33 persen (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,47 persen (yoy),” pungkasnya.
Ke depan, kata Erwin, inflasi volatile food diprakirakan kembali menurun seiring dengan peningkatan produksi akibat masuknya musim panen dan dukungan sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah, sehingga mendukung upaya menjaga stabilitas.
Tak seperti inflasi inti dan volatile food, beruntungnya inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami penurunan.
Kelompok administered prices pada Maret 2024 mengalami inflasi sebesar 0,08 persen (mtm), menurun dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,15 persen (mtm) disumbang oleh deflasi tarif angkutan udara.
“Penurunan lebih lanjut tertahan oleh inflasi komoditas sigaret kretek mesin (SKM) sejalan dengan berlanjutnya transmisi kenaikan cukai hasil tembakau. Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices menjadi sebesar 1,39 persen (yoy), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,67 persen (yoy),” imbuhnya.
Meski mengalami kenaikan, Erwin mengklaim inflasi Maret 2024 tetap terjaga yang merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
“Ke depan, BI meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2024,” tutup Erwin.