Lonjakan Wisatawan Domestik di Bali Diprediksi Usai Nyepi

Ilustrasi - Wisatawan menggunakan payung saat hujan deras mengguyur objek wisata Tanah Lot di Tabanan, Bali. Foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTA – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali memprediksi kenaikan kunjungan wisatawan domestik (wisdom) baru akan terjadi setelah Hari Suci Nyepi 29 Maret 2025.

Ketua PHRI Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati menerangkan hal itu dikarenakan Nyepi berdekatan dengan Idulfitri. Karena itu, wisatawan domestik menunggu setelah Nyepi.

“Mereka tidak mau Nyepi kecuali datang ke Bali memang ingin spesifik merasakan suasana Nyepi, tapi umumnya ingin jalan-jalan,” katanya di Bali seperti dilansir Antara, Rabu (26/3).

Baca juga: Kemenpar Genjot Kunjungan Wisatawan Lewat BBTF 2025

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan PHRI Bali, hotel bintang tiga hingga hari ini atau sekitar lima hari jelang Idulfitri okupansi mencapai di angka 69 persen. Ia mengaku optimis jumlah okupansi bisa mencapai 75-77 persen setelah Lebaran.

Sementara itu, wisatawan asing jumlahnya masih stabil, dan kondisi lonjakan akan berlangsung selama sisa libur Idulfitri yaitu 1-7 April 2025. Prediksi tersebut bukan tanpa dasar, sebab mereka membaca situasi pariwisata tahun dimulai sejak Januari.

Pada Januari 2025 jumlah seluruh pergerakan wisatawan 1.598.564, sedangkan periode yang sama tahun 2024 hanya 1.501.273 orang atau naik lebih dari 90 ribu orang meski belum menembus ekspektasi 2,1 juta.

Lalu, pada Februari 2025 terjadi anomali penurunan wisatawan akibat tak ada hari libur yang memancing kunjungan, libur tahun baru dan Imlek bersamaan pada Januari tidak lagi tersisa di Februari.

“Kemudian dikaitkan dengan puasa, libur Lebaran yang kita harapkan bisa libur panjang ini didahului oleh Nyepi, dan Nyepi ini bukan hari baik domestik datang ke Bali, mereka menghindari Nyepi karena hanya diam di rumah saja,” katanya.

Baca juga: Menparekraf Targetkan 100 Ribu Kunjungan Wisatawan di MotoGP Mandalika

Mantan Wakil Wali Kota Denpasar tersebut menilai meski saat ini belum terjadi lonjakan penyewaan kamar, bukan berarti wisatawan sepi di Bali. Justru yang perlu disoroti yakni keberadaan wisatawan tersebut.

PHRI Bali merasa semestinya jika dilihat dari jumlah wisatawan asing yang datang yaitu 1,9 juta selama Januari dan Februari berdasarkan data imigrasi, maka semestinya okupansi tidak serendah sekarang.

“Data imigrasi 1,9 juta secara proxy, atau katakanlah 1,5 juta wisman, dibanding 800 ribu tahun lalu itu hampir dua kalinya sekarang, jadi kemana mereka (wisatawan), okupansi hotel terjadi penurunan jadi ini indikasi hotel dan vila baru di luar pengetahuan kita yang sangat banyak,” jelasnya.

10 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *